Bisnis Opium & Cara Taliban Urus APBN Afghanistan yang Lebih Kecil dari APBD DKI

2 September 2021 9:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani memanen getah opium dari ladang opium di distrik Gereshk, provinsi Helmand, Afghanistan, pada 13 April 2019.  Foto: NOOR MOHAMMAD / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Petani memanen getah opium dari ladang opium di distrik Gereshk, provinsi Helmand, Afghanistan, pada 13 April 2019. Foto: NOOR MOHAMMAD / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Afghanistan akan segera meresmikan pemerintahannya di bawah kelompok Taliban, dengan menunjuk Hibatullah Akhundzada sebagai pemimpin negara. Di tengah belitan kemiskinan negara itu, Taliban berjanji memberantas ladang opium.
ADVERTISEMENT
"Ketika kami berkuasa dulu, tidak ada produksi obat-obatan (terlarang)," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, seperti dikutip dari BBC, Kamis (2/9). "Kita akan membawa pertanian opium ke titik nol lagi," lanjutnya.
Afghanistan adalah salah satu negara termiskin di dunia. Dari jumlah penduduk 31,6 juta (2020), hampir separuhnya hidup di bawah garis kemiskinan.
Untuk mendanai berbagai program negaranya, APBN Afghanistan tahun 2020 hanya senilai USD 5,5 miliar atau sekitar Rp 75 triliun. Sebagai perbandingan, APBD DKI Jakarta di tahun yang sama Rp 87,95 triliun, meski kemudian direvisi karena pandemi jadi Rp 63,23 triliun.
"Konflik yang terus mendera membuat Afghanistan sangat ringkih. Sebagian anggaran negaranya masih tergantung pada bantuan internasional," tulis laporan tahunan Bank Dunia.
Kerumunan membawa peti mati yang dibungkus dengan bendera NATO, AS, dan Union Jack selama pemakaman pura-pura di sebuah jalan di Khost, Afghanistan, Selasa (31/8). Foto: ZHMAN TV/via REUTERS
Sektor pertanian mencakup 60 persen ekonomi negara dan jadi mata pencaharian utama penduduk Afghanistan. Di dalamnya termasuk ladang bunga popi penghasil opium.
ADVERTISEMENT
Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) pada 2020 menaksir ladang opium di Afghanistan menghampar seluas 224 ribu hektare. Dari setiap hektare ladang bunga popi itu, menghasilkan 28 kilogram opium.
Opium menjadi bahan dasar sejumlah obat-obatan vital untuk kebutuhan medis, termasuk heroin. Meskipun sebagiannya beredar sebagai barang terlarang. Opium asal Afghanistan memasok 80 persen peredaran di dunia.
Ekspor opium Afghanistan diperkirakan bernilai USD 3 miliar per tahun. Perdagangan opium itu memberi kontribusi 11 persen ke perekonomian Afghanistan.
BBC melansir, Taliban mengandalkan perdagangan opium sebagai salah satu sumber pendanaan untuk melawan militer Amerika Serikat (AS) dan pemerintahan di bawah Presiden Ashraf Ghani. Selain itu dari pungutan-pungutan terhadap para peladang bunga popi, serta para penyelundup heroin.
ADVERTISEMENT
"Perdagangan narkoba menyumbang hingga 60 persen dari pendapatan tahunan Taliban. Jumlahnya mencapai USD 400 juta per tahun," kata komandan pasukan AS di Afghanistan, Jenderal John Nicholson, dalam laporan tahun 2018. Tapi beberapa ahli menilai angka itu terlalu berlebihan.
Seorang pendukung Imarah Islam Afghanistan mengibarkan bendera Taliban di Kabul, Afghanistan, Rabu (1/9). Foto: WANA via REUTERS
Lantas jika pemerintahan Taliban benar-benar mewujudkan janjinya memberantas opium, dari mana negara itu menutupi tekornya anggaran negara? Selain dari opium, lama ini Taliban mengandalkan pembiayaan operasinya dari tiga sumber:

Bantuan/Donasi Asing

Bantuan atau donasi asing termasuk yang cukup besar jadi sumber pendanaan Taliban. Nilainya ditaksir mencapai USD 500 juta per tahun. Bantuan dari per orangan cukup banyak disalurkan dari negara-negara Arab dan Kawasan Teluk, seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Selain itu juga dari Rusia dan Pakistan yang bersimpati dengan Taliban.
ADVERTISEMENT

Pajak

Pajak menjadi salah satu sumber pendapatan Taliban selama ini. Dengan resmi menjadi penguasa Afghanistan dan menjalankan pemerintahan negara, tentu sumbangan pajak akan makin membesar seiring penguasaan wilayah di hampir seluruh Afghanistan. Termasuk di dalamnya pembayaran berbagai jasa layanan publik dari masyarakat, seperti tagihan listrik.

Pertambangan

Afghanistan kaya akan potensi mineral dan tambang batu mulia. Karena konflik dan pertikaian bersenjata selama bertahun-tahun, potensi ekonomi tambang ini tak tergarap dengan baik. Jika dikelola, potensi ekonominya mencapai USD 1 miliar per tahun. Selama ini, penambangan yang ada dijalankan secara ilegal dalam skala kecil. Taliban memungut pajak pada para pelaku penambangan ilegal itu, nilainya ditaksir mencapai USD 10 juta per tahun