BPS Masukkan Karaoke, Handphone, dan Aksesori ke Survei Biaya Hidup

Gedung Badan Pusat Statistik. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan

Badan Pusat Statistik atau BPS memasukkan 98 komoditas baru nasional yang terpilih berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun Dasar 2018. Dalam 90 komoditas baru itu, termasuk jasa penitipan anak (day care) hingga handphone dan aksesorinya.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, pemutakhiran data komoditas ini seiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat. Terutama karena bergesernya penggunaan teknologi. Sebelumnya, BPS menggunakan SBH Tahun Dasar 2012.

"Ada komoditas baru yang perlu diakomodasi. Seperti charger, aksesori HP, powerbank, dan kendaraan online. Intinya kami berusaha menangkap fenomena terkini yang betul-betul dikonsumsi masyarakat," kata Suhariyanto pada Sosialisasi Pemutakhiran Diagram Timbang IHK dan NTP di Kantor BPS, Jakarta, Selasa (28/1).

Adapun survei biaya hidup (SBH) yang di dalamnya terdapat komponen komoditas ini, akan membentuk nilai konsumsi dasar, indeks harga konsumen (IHK), dan inflasi/deflasi.

Pedagang ponsel di ITC Roxy Mas, Jakarta. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan

Pada Tahun Dasar 2018, BPS memasukkan 98 komoditas baru dan menghilangkan 101 komoditas yang sudah tidak signifikan atau tidak lagi dikonsumsi masyarakat sehingga totalnya ada 835 paket komoditas.

Sejumlah komoditas baru yang diinput oleh BPS, antara lain lampu LED/ hemat energi, jasa penitipan anak (day care), tas travel, kereta bayi (stroller), sewa tempat karaoke, charger, dan aksesori HP.

Sementara itu, komoditas lama yang dihilangkan, antara lain rantang, tarif puskesmas, kalkulator, CD-tape recorder, handycam, majalah remaja, biaya kirim surat, dan tarif sewa motor.

Anak asuh sedang bermain ditemani pengasuh anak Kinderhive. Foto: Nugroho Sejati/kumparan

BPS juga mencatat 20 komoditas nasional terpilih dengan bobot tertinggi, antara lain sewa rumah dengan bobot 4,66 persen; kontrak rumah 4,60 persen; tarif listrik 3,96 persen; biaya pulsa ponsel 2,54 persen hingga biaya langganan internet 0,91 persen.

"Beberapa komoditas yang bobotnya menurun, yaitu angkutan dalam kota mengalami penurunan signifikan karena konsumen lebih senang menggunakan transportasi online," kata Kepala BPS, Suhariyanto.