Cerita Bos Tekstil Pan Brothers yang Pernah Lakukan PHK Pekerjanya

18 September 2020 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pekerja industri tekstil dan garmen. Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja industri tekstil dan garmen. Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masa pandemi COVID-19 menyebabkan aktivitas ekonomi melambat, sehingga banyak perusahaan terpaksa melakukan PHK pekerjanya. Meski PHK pekerja merupakan keputusan yang tidak mudah, namun PHK seringkali dinilai sebagai langkah yang efektif untuk menyelamatkan jalannya perusahaan.
ADVERTISEMENT
CEO perusahaan tekstil dan garmen PT Pan Brothers Tbk (PBRX), Anne Patricia Sutanto, mengatakan dalam dunia kerja, PHK jangan dianggap sebagai musuh mematikan. Sebab menurut Anne, terkadang keputusan PHK diambil untuk kepentingan yang jauh lebih besar.
“PHK itu jangan dilihat sebagai suatu momok. Kenapa perusahaan perlu melakukan PHK? Karena daripada seluruh perusahaannya ambruk, ada beberapa esktensif itu yang kita memang harus ambil. Untuk kepentingan apa? Ya itu untuk kepentingan makro yang lebih luas,” ungkap Anne dalam Webinar Top Business Talk #1 Rekrut Vs PHK?, Jumat (18/9).
Menurut Anne, kewajiban pemberi kerja setelah memutuskan untuk melakukan PHK, adalah memastikan bahwa para pekerja tersebut bisa kembali ke lingkungan sosial mereka. Bahkan mereka harus siap melakukan up-skilling atau justru terjun menjadi wirausaha baru.
ADVERTISEMENT
Menurut Anne yang memimpin perusahaan tekstil dan garmen, terkadang keputusan PHK harus diambil karena ada kondisi yang tidak menguntungkan. Kondisi itu dapat terjadi baik dari sisi pemberi kerja maupun pekerja. Secara blak-blakan Anne mengatakan bahwa perusahaan pernah melakukan PHK. Tepatnya pada medio 2014-2015, saat UMK Provinsi Banten dan Tangerang naik konsisten 40 persen.
Diversifikasi produk jadi salah satu siasat untuk menjalankan bisnis di masa pandemi, seperti dari produksi pakaian beralih produksi APD. Foto: Dok. Biro Humas Kemnaker
“Secara nalar kita ngomong semua di sini, apa mungkin sih kenaikan harga kita itu 40 persen? Apakah mungkin walaupun kita eksportir selisih kurs keuntungan yaitu 40 persen? Apakah mungkin produktivitas bisa langsung naik 40 persen?” ujar Anne.
Akhirnya saat itu Anne memberikan waktu bagi para karyawan untuk mempraktikkan dan melakukan efisiensi dalam hal produksi. Semua karyawan diberi tenggat waktu satu tahun, untuk membuktikan mereka bisa melakukan efisiensi dalam hal produksi.
ADVERTISEMENT
“Kalau di pertengahan merasa enggak mampu, kita lakukan PHK volunteering. Berarti kalian sudah siap mindset bahwa kalian akan meninggalkan kami,” ujarnya.
Namun menurut Anne, pihak manajemen berusaha seterbuka mungkin kepada pekerja termasuk kepada serikat karyawan. Sebab saat itu kondisi perusahaan tekstil dan garmen yang dipimpinnya, juga tidak memungkinkan untuk melakukan penundaan kenaikan UMK.
“Tapi untuk apa? Untuk kepentingan yang lebih luas, bahwa Pan Brothers Tangerang bisa tetap dipertahankan. Karena kita enggak bisa melakukan penundaan kenaikan UMK untuk pekerja,” tandasnya.