Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Serangan terhadap dua kilang minyak milik Aramco di Arab Saudi, membuat harga minyak mentah dunia terkerek. Dilansir Reuters, usai pengeboman yang terjadi pada Sabtu (14/9) waktu setempat, harga minyak dunia naik lebih dari 15 persen pada pembukaan perdagangan Minggu (16/9).
ADVERTISEMENT
Kenaikan tersebut merupakan yang tertinggi sejak empat bulan terakhir. Minyak mentah berjangka Brent melonjak lebih dari 19 persen ke sesi tinggi USD 71,95 per barel pada pembukaan, sementara minyak mentah AS naik lebih dari 15 persen ke sesi tinggi USD 63,34 per barel.
Kenaikan cukup tinggi terjadi karena aksi pengeboman itu telah menggangu produksi Aramco yang kehilangan 5,7 juta barel minyak mentah. Angka itu setara 5 persen produksi minyak dunia.
Komentar Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bakal menggenjot produksi minyak AS untuk menstabilkan harga minyak dunia juga ikut membuat mempengaruhi pergerakan harga di pasar bebas.
Direktur pelaksana strategi energi di RBC Capital Markets di New York, Michael Tran, mengatakan kenaikan harga minyak tak terhindarkan akibat kejadian ini. Pergerakan harga minyak mentah bakal dipengaruhi oleh seberapa lama perbaikan bisa dilakukan pihak Aramco dan beberapa langkah strategis lainnya.
"Lonjakan harga adalah reaksi spontan alami tetapi kemampuan untuk mempertahankan pada tingkat yang tinggi tetap tergantung pada durasi pemadaman, kemampuan untuk memenuhi komitmen ekspor melalui penarikan domestik, elastisitas permintaan dengan harga yang lebih tinggi serta pemerintah dan kebijakan agensi," kata Michael.
ADVERTISEMENT
Kilang minyak Saudi Aramco diserang 10 drone pada Sabtu (14/9). Akibatnya, dua kilang minyak terbakar dan menyebabkan produksi minyak di Arab Saudi anjlok 5,7 juta barrel per hari.
Aramco mengkonfirmasi bahwa kebakaran yang dipicu serangan di dua kilang pengolahan minyak mentah, yakni di Abqaiq dan Khurais telah berhasil dipadamkan. Meski begitu, untuk mengembalikan produksi 5,7 juta barel minyak yang hilang butuh waktu berminggu-minggu.
Kelompok pemberontak Houthi dari Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Tapi Amerika Serikat (AS) menuding Iran ada di balik serangan ini. Seorang pejabat AS bahkan menyebut perusakan ke dua kilang milik Aramco itu menggunakan misil jelajah (cruise missile).
Sumber itu menyebut ada 19 titik tumbukan yang membuktikan bahwa misil tersebut diluncurkan dari arah Iran, bukan dari Yaman. "Tidak diragukan lagi, Iran yang bertanggung jawab atas semua ini. Bagaimanapun Anda berkilah, tidak bisa menghindar lagi. Tidak ada kandidat lain," katanya seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Kepala analisis di Interfax Energy di London Abhishek Kumar mengatakan meski pemerintah Arab Saudi mengklaim sudah memadamkan api, aksi pengebom dan produksi jutaan minyak yang terganggu bakal berdampak luas terutama pada pergerakan harga minyak mentah dunia.
"Pemerintah Saudi telah mengklaim mengendalikan kebakaran, tetapi ini jauh dari memadamkannya. Kerusakan fasilitas di Abqaiq dan Khurais tampaknya luas, dan mungkin beberapa minggu sebelum pasokan minyak dinormalisasi," kata Kumar.
Akibat kejadian ini Aramco kemungkinan akan membeli sejumlah besar bensin, solar, dan kemungkinan bahan bakar minyak lainnya sambil memotong ekspor gas alam ke AS. Penjualan bensin AS melonjak 11 persen sedangkan heating oil naik sekitar 6,5 persen pada pembukaan.