Digugat Uni Eropa, Hilirisasi Mineral RI Justru Didorong Perusahaan Finlandia

24 Agustus 2023 22:37 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pemurnian (Refinery) katoda tembaga di Pabrik PT Smelting Gresik, Jawa Timur. Foto: Elsa Toruan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemurnian (Refinery) katoda tembaga di Pabrik PT Smelting Gresik, Jawa Timur. Foto: Elsa Toruan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan penyedia teknologi pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) asal Finlandian, Metso, membuka kantor di Jakarta. Hal ini dilakukan, sebagai bentuk dorongan terhadap hilirisasi mineral tambang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Chief Financial Officer Metso, Eeva Sipila, mengatakan pembukaan kantor tersebut dimaksudkan untuk memperkuat komitmen mendorong hilirisasi pada industri pertambangan yang berkelanjutan di Indonesia.
"Kantor baru ini akan berfokus untuk mendorong penjualan, mendukung implementasi proyek, serta menyediakan layanan dan solusi yang berkelanjutan bagi pelanggan Metso," kata Eeva Sipila, melalui keterangan resmi, Kamis (24/8).
Dia mengakui besarnya potensi produk berbagai jenis mineral Indonesia, bahkan untuk beberapa jenisnya tercatat sebagai yang terbesar di dunia. Terutama bahan baku logam baterai, seperti tembaga, nikel, emas, dan sebagainya.
Manajemen Metso, perusahaan penyedia teknologi pengolahan dan pemurnian mineral asal Finlandi di kantor baru mereka di Jakarta. Foto: Dok. Metso
Finlandia merupakan salah satu dari 27 negara anggota Uni Eropa. Organisasi supranasional itu, sebelumnya menggugat larangan ekspor bahan mineral mentah yang dilakukan Indonesia, ke organisasi perdagangan dunia atau WTO. Hal itu sendiri dimaksudkan Indonesia untuk mendorong hilirisasi atau industri pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Dalam gugatan tersebut, WTO memutuskan memenangkan Uni Eropa, seperti tertuang dalam laporan final panel WTO tertanggal 17 Oktober 2022 dan didokumentasikan pada 30 November 2022. Atas putusan tersebut, Indonesia mengajukan banding.
Tapi banding soal hilirisasi ini belum dapat diproses karena WTO belum bisa membentuk Badan Banding. Pembentukan Badan Banding terganjal penolakan salah satu anggota WTO, Amerika Serikat (AS).

Sudah Digunakan Sejak 50 Tahun Lalu

Sementara itu menurut Eeva, berbagai produk teknologi Metso sudah digunakan sejak 50 tahun silam dalam sejumlah proyek pertambangan dan peleburan. Bahkan sebagian di antaranya punya posisi signifikan di Indonesia.
Terbaru, Metso menangani desain dan pengiriman kompleks peleburan tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur. Kemudian, proyek lainnya adalah kontrak Metso untuk pengiriman 25 unit thickener mutakhir sebagai solusi penanganan tailing untuk proyek nikel laterit di Ningbo Lygend Resources Technology Ltd di pulau Obi, Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Metso juga telah mendapatkan pesanan ulang untuk teknologi filtrasi tailing yang berkelanjutan pada proyek tambang nikel laterit baru Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. di Indonesia. Untuk sektor timah, Metso menangani peningkatan dan modernisasi pabrik peleburan PT Timah lewat teknologi Metso Ausmelt TSL.
"Metso memiliki jejak rekam yang tepercaya di Indonesia, baik dari segi fasilitas maupun teknologi terpasang dan layanan bagi pelanggan," ujar Eeva.
Lebih lanjut, Metso berkomitmen untuk membatasi pemanasan global secara signifikan. Metso menargetkan zero emission dalam operasinya sendiri pada 2030.
Inti dari upaya keberlanjutan perusahaan asal Finlandia itu bagi pelanggan, adalah penawaran layanan dan produk yang lebih hemat energi atau air daripada standar pasar pada umumnya. Hal ini disebut akan membantu pelanggan mengurangi emisi karbon.
ADVERTISEMENT