Dihantam Maskapai Murah, Pelni Ditinggalkan Penumpang

29 Juni 2018 11:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Pelni. (Foto: Dok. Pelni)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Pelni. (Foto: Dok. Pelni)
ADVERTISEMENT
Pamor kapal laut sebagai moda transportasi yang aman, nyaman, dan murah semakin pudar. Hal ini dirasakan langsung oleh salah satu operator kapal laut milik negara, PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero). Selama lima tahun terakhir, jumlah penumpang kapal laut Pelni terjun bebas.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014, Pelni mengangkut sebanyak 4,4 juta penumpang. Jumlah itu turun 8% dibandingkan tahun 2013 di mana Pelni mampu mengangkut penumpang sebanyak 4,8 juta penumpang. Di tahun 2015, jumlah penumpang yang diangkut Pelni kembali turun menjadi 4,2 juta orang. Fenomena ini berlanjut di tahun 2016 di mana jumlah penumpang Pelni 4 juta penumpang. Puncaknya terjadi tahun lalu, penumpang Pelni hanya menyisakan 3,69 juta penumpang.
Manager Public Relations dan CSR Pelni Akhmad Sujadi mengungkapkan turunnya jumlah penumpang Pelni berawal dari munculnya berbagai maskapai penerbangan bertarif murah (Low-Cost Carrier/LCC). LCC memang berkembang cukup pesat di Indonesia sekitar 10 tahun lalu yang bikin pengguna kapal laut beralih.
"Sejak munculnya penerbangan dengan tarif yang murah dan menjangkau hampir seluruh wilayah yang juga dilewati oleh Pelni, penumpang kami menurun drastis," ungkap Sujadi kepada kumparan, Jumat (29/6).
ADVERTISEMENT
Pelni pun kedodoran dan mulai ditinggal penumpang setianya. Demi menjaga kondisi keuangan, pihak manajemen Pelni akhirnya mengubah strategi bisnis dengan meniadakan kamar-kamar eksklusif berharga mahal.
"Kalau dulu, kami itu buat kamar kelas bisnis dan kelas ekonomi untuk penumpang. Sekarang semua sudah disatukan jadi kelas ekonomi karena kebanyakan saat ini yang paling banyak menggunakan kapal laut adalah mereka yang di golongan menengah ke bawah," tambahnya.
Fasilitas di kapal Pelni. (Foto: Dok. Pelni )
zoom-in-whitePerbesar
Fasilitas di kapal Pelni. (Foto: Dok. Pelni )
Turunnya jumlah penumpang Pelni memang berbanding terbalik dengan jumlah penumpang pesawat terbang di Indonesia yang terus tumbuh. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 1999 jumlah penumpang pesawat terbang masih 6,6 juta orang. Namun 3 tahun setelahnya, jumlah penumpang pesawat terbang meningkat 2 kali lipat menjadi 12 juta orang.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan jumlah penumpang pesawat terbang terus terjadi. Di tahun 2013, jumlah penumpang pesawat tercatat sebanyak 73 juta orang. Pada tahun lalu bahkan sudah mencapai 83 juta penumpang.
Pakar Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menyebut fenomena ini wajar terjadi karena faktor efisiensi. Misalnya rute Jakarta-Surabaya, naik kapal Pelni butuh waktu sekitar 23 jam untuk sampai ke tempat tujuan dengan harga tiket rata-rata Rp 246 ribu. Sedangkan untuk pesawat terbang cukup 1 jam dengan harga tiket rata-rata Rp 416 ribu.
"Masyarakat sekarang pasti lebih mementingkan efisiensi waktu khususnya masyarakat di daerah barat. Kalau di wilayah timur mungkin memang masih bergantung pada kapal karena keterbatasan akses, tapi yang di wilayah barat semua pasti lebih memikirkan cepatnya," timpal Djoko.
ADVERTISEMENT
Dihubungi terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menyatakan faktor lain yang ikut memberikan dampak penurunan jumlah penumpang kapal Pelni adalah fasilitas di pesawat terbang yang dinilai lebih baik dibandingkan kapal laut.
"Sementara di pesawat terbang, lihat saja kamar mandinya, fasilitasnya yang lain itu mungkin lebih baik dibanding transportasi laut. Begitu juga untuk transportasi darat, semakin baiklah fasilitas yang mereka tawarkan," ucapnya.
Pemudik motor menggunakan kapal Pelni. (Foto: ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
zoom-in-whitePerbesar
Pemudik motor menggunakan kapal Pelni. (Foto: ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
Hal lainnya yaitu soal pola konsumsi dan pendapatan masyarakat Indonesia yang berubah. Bhima berpendapat bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat Indonesia semakin membaik dan mendorong masyarakat untuk memilih moda transportasi dengan pelayanan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
"Dulu kan orang seadanya, ya sudah naik kapal laut saja yang penting bisa mudik. Sekarang enggak, dengan harga tiket yang semakin kompetitif dan kondisi keuangan masyarakat yang lebih membaik, pasti akan beralih. Apalagi tiket pesawat kan sekarang itu banyak promonya kalau dipesan dari jauh-jauh hari. Bahkan bisa lebih murah dibandingkan tiket kapal laut," tutupnya.