Dukung EBT, Menperin Groundbreaking Industri Integrasi Sel dan Panel Surya di RI

28 Agustus 2023 16:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita (Baju putih) meresmikan groundbreaking industri sel dan panel surya terintegrasi pertama di Indonesia milik PT Trina Mas Agra. Foto: Dok. Kemenperin
zoom-in-whitePerbesar
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita (Baju putih) meresmikan groundbreaking industri sel dan panel surya terintegrasi pertama di Indonesia milik PT Trina Mas Agra. Foto: Dok. Kemenperin
ADVERTISEMENT
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meresmikan groundbreaking atau dimulainya pembangunan industri sel dan panel surya terintegrasi pertama di Indonesia. Hal ini sebagai dukungan atas program pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT).
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pembangunan industri tersebut merupakan pemanfaatan momentum pertumbuhan ekonomi, dengan tetap memperhatikan aspek penyediaan energi yang berkelanjutan (sustainable), terjangkau (equity), dan cukup (security).
"Pemerintah memprioritaskan pengembangan transisi energi menggunakan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui transformasi ekonomi hijau. Hal ini menjadi salah satu upaya Indonesia untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi emisi global, antisipasi adanya perubahan iklim, dan komitmen mencapai Net Zero Emission di tahun 2060, " kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita saat groundbreaking pabrik sel dan panel surya PT Trina Mas Agra Indonesia di Kendal, Senin (28/8).
Sektor industri berperan di sisi supply dan sisi demand. Di sisi supply, industri mesin peralatan ketenagalistrikan harus terus dikembangkan untuk menyediakan produk yang berkualitas untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Di sisi demand, perkembangan industri akan mendorong pertumbuhan konsumsi energi listrik.
ADVERTISEMENT
“Hal ini menjadi peluang bagi industri pendukung infrastruktur EBT di dalam negeri, khususnya industri modul surya, yang harus harus bisa digunakan semaksimal mungkin dalam proyek-proyek PLTS di Indonesia,” jelas Menperin.
Saat ini di Indonesia telah terdapat 22 pabrikan modul surya dengan akumulasi total kapasitas kemampuan produksi tahunan produksi modul surya dalam negeri mencapai 1.644 MWp dan spesifikasi kapasitas maksimum per modul surya mencapai 560 Wp. Namun begitu, masih terdapat kendala yang dihadapi oleh industri modul surya di dalam negeri, antara lain spesifikasi produk modul surya yang berkembang dengan cepat, industri komponen sel surya masih sangat terbatas, dan juga persyaratan kategori tier 1 yang dipersyaratkan Lembaga pendanaan luar negeri.
Untuk memberikan kesempatan bagi industri dalam negeri berkontribusi dalam transisi energi bersih serta menjadikan sektor EBT menjadi menarik bagi investasi, Kemenperin bersama seluruh pemangku kepentingan terkait melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) akan selalu berupaya mendorong produk dalam negeri pada pengadaan infrastruktur EBT, khususnya PLTS. Salah satu upaya Kemenperin adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05 Tahun 2017 yang mengatur persyaratan nilai TKDN minimal pada proyek PLTS.
ADVERTISEMENT
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. Foto: Dok. Kemenperin
Meningkatnya porsi EBT pada RUPTL PLN Tahun 2021-2030 dan kebijakan transisi menuju Net Zero Emission 2060 menunjukkan gambaran kebutuhan atau potensi pasar untuk industri komponen EBT yang masih sangat besar. Pasar yang besar ini harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh industri dalam negeri. Menperin mendorong PT PLN (Persero) untuk berperan sebagai shareholder dalam upaya mempercepat proses pembentukan PLTS di Indonesia.
Menperin menyampaikan apresiasi kepada PT Trina Mas Agra Indonesia atas komitmennya dalam membangun industri modul surya dan sel surya di Indonesia. Ini merupakan langkah yang baik dalam rangka ikut menyukseskan program Indonesia Net Zero Emission 2060. “Investasi pabrik sel dan panel surya ini merupakan batu loncatan untuk perkembangan industri modul surya Indonesia, mendukung substitusi impor dengan menyediakan produk modul surya yang berkualitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Menperin.
ADVERTISEMENT
Investasi tersebut juga menandakan bahwa Indonesia masih merupakan tujuan strategis investasi, sejalan dengan berbagai kebijakan dan inisiatif yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk untuk menarik investasi domestik dan internasional, yang menghasilkan pendirian industri baru dan perluasan industri yang ada.
“Kegiatan hari ini sekaligus mematahkan teori dan pandangan yang mengatakan Indonesia sedang dalam tahap deindustrialisasi. Kondisi industri manufaktur masih pada level yang cukup kuat, khususnya investasi yang melaju dengan realisasi pada semester I – 2023 yang mencapai Rp 687,7triliun, meningkat 16,1 persen dibanding Semester I 2022. Kontribusi sektor industri sendiri hampir mencapai 40 persen terhadap realisasi investasi nasional,” terang Agus.
Sementara itu Wakil Presiden Direktur PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, Lokita Prasetya, menuturkan tujuan utama pembangunan pabrik adalah untuk mendukung program peningkatan bauran EBT pemerintah Indonesia dan PT PLN (Persero) melalui penyediaan sel surya dan panel surya produksi dalam negeri yang sesuai dengan tingkat konsumsi dalam negeri dengan merek yang bankable.
ADVERTISEMENT
“Kami optimistis beroperasinya pabrik ini akan mendukung upaya bersama bangsa Indonesia menyediakan sumber energi yang bersih serta terbarukan. Dengan harapan rantai produksi panel surya di negara kita terus menguat, sehingga ke depannya, produk yang dihasilkan menjadi semakin kompetitif, dan dengan kualitas yang semakin baik. Hal ini sangat penting karena peluang pasar yang ada masih sangat terbuka,” ujar Lokita.
Managing Director Sinar Mas, Ferry Salman menambahkan, kehadiran fasilitas produksi di Kendal adalah komitmen perusahaan di bawah naungan Sinar Mas dalam mendukung percepatan transisi energi guna menurunkan pelepasan emisi karbon yang pemanfaatannya diharapkan mencapai hingga 31 persen pada tahun 2050, dengan capaian Net Zero Emission 2060.
“Meluasnya pemanfaatan energi surya akan memberikan nilai tambah tak hanya bagi kami, namun juga para penggunanya, baik dari lingkup sektor industri maupun residensial, serta tentunya lingkungan hidup kita,” pungkas Ferry.
ADVERTISEMENT