Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mantan Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri, menyoroti perubahan paradigma dalam menjadi pengusaha saat ini. Pandangan itu disampaikan Hanif saat menjadi pembicara di acara seminar Designing Compensation dan Benefit Toward a Better Future yang digelar Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan.
ADVERTISEMENT
Hanif menganggap perubahan tersebut dikarenakan cepatnya perkembangan dunia teknologi. Ia mencontohkan kalau dulu orang mau menjadi pengusaha harus mempunyai lahan sampai alat-alat produksi. Sekarang hal itu bisa dipikirkan lain waktu.
“Kalau dulu mau usaha kan cari tanah, cari alat-alat produksi maka anda jadi pengusaha, tapi hari ini kan enggak. Modal nenteng laptop sama handphone saja sudah jadi pengusaha, bisa mempekerjakan 2 dan 3 orang lama-lama bisa besar,” kata Hanif di Apindo Training Center, Kuningan, Jakarta, Jumat (15/11).
Hanif merasa perubahan-perubahan itu harus diantisipasi dengan baik termasuk oleh para pengusaha . Ia menyarankan khususnya kepada para generasi muda harus siap bekerja dengan segala perkembangan yang ada.
“Saya mendorong generasi muda mau nggak mau dunia sudah berubah seperti ini, paradigma ketenagakerjaan harus berubah, harus berbeda. Saya mengistilahkan kalau yang lama paradigma kerja tetap, harus diswitch ke paradigma baru namanya paradigma tetap kerja,” ujar Hanif.
Hanif menjelaskan paradigma kerja tetap bisa dilihat dari jangka panjang waktu kerja seperti menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ia tidak menampik kalau profesi PNS di Indonesia masih banyak diminati salah satunya karena alasan kenyamanan dan tunjangan saat hari tua.
ADVERTISEMENT
“Itu kenapa PNS jadi favorit, kalau orang tua ingin anaknya jadi PNS. Enggak-enggak bisa jadi PNS cari menantu PNS,” ungkap Hanif yang disambut para peserta yang hadir.
Namun, Hanif menegaskan dunia saat ini tidak menawarkan segala kenyamanannya. Sehingga ia meminta semua siap menghadapi tantangan yang ada.
“Kita baik sebagai pribadi atau sebuah bangsa harus siap, mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai bentuk ketidaknyamanan itu,” tutur Hanif.