Ekspor CPO dan Tembaga Lesu, Penerimaan Bea Cukai Agustus 2023 Turun 16,8 Persen

20 September 2023 19:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menurunkan tandan buah segar kelapa sawit untuk diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menurunkan tandan buah segar kelapa sawit untuk diolah menjadi Crude Palm Oil (CPO). Foto: ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan penerimaan bea cukai tahun 2023 sampai bulan Agustus ini mencapai Rp 171,6 triliun. Angka itu turun 16,8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, terpengaruh kelesuan ekspor CPO dan tembaga.
ADVERTISEMENT
"Kepabeanan dan cukai kita sudah kumpulkan Rp 171,6 triliun atau 56,6 persen dari target kita. Tingkat ini turun 16,8 persen year on year," kata Sri Mulyani saat konferensi pers APBN Kita edisi September, Rabu (20/9).
Sri Mulyani menjelaskan, dari penerimaan bea masuk tumbuh 3,0 persen didorong oleh kenaikan tarif efektif dan menguatnya kurs dolar terhadap Rupiah meskipun ada penurunan basis impor.
Kemudian dari komponen penerimaan cukai mengalami penurunan 5,8 persen hal ini disebabkan oleh penurunan produksi rokok golongan I.
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (29/8/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
"Dan bea keluar turun sangat drastis yaitu 80,3 persen, terutama dari CPO yang tahun lalu ada aktivitas yang tidak berulang yaitu melakukan flush out," kata Sri Mulyani.
Pada 2022 lalu, pemerintah sempat memberlakukan larangan ekspor CPO dan semua produk turunannya. Larangan itu kemudian dicabut pada Mei 2022, yang membuat industri sawit melepas ekspor semua stok mereka yang sebelumnya tertahan.
ADVERTISEMENT
Lebih rinci lagi, bendahara negara itu memaparkan penerimaan bea masuk tahun 2023 sampai Agustus mencapai Rp 28,4 triliun. Kinerja penerimaan bea masuk ini didorong oleh tarif efektif yang naik jadi 1,4 persen. Penyumbang terbesarnya yakni pertumbuhan impor komoditas dengan tarif bea masuk lebih dari 10 persen, ditambah kurs dolar menguat 3,8 persen.
Kemudian untuk penerimaan bea keluar sampai Agustus 2023 sebesar Rp 6,8 triliun. Hal ini karena bea keluar dari komoditas sawit kontraksi 82 persen dipengaruhi oleh harga CPO yang lebih rendah dibanding tahun lalu dan ada kebijakan flush out tahun 2022.
Selain bea keluar CPO, bea keluar komoditas tembaga juga turun cukup dalam hingga 70 persen karena penurunan volume ekspor tembaga mencapai 14,1 persen.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengungkap, capaian Agustus 2023 ini berbanding terbalik dengan kinerja penerimaan bea keluar di Agustus 2022 lalu. "Untuk bea keluar yang mengalami kontraksi 80,3 persen sangat dalam, tahun lalu tumbuh 83,4 persen," tegasnya.
Selanjutnya, penerimaan dari cukai hasil tembakau (CHT) masih menjadi kontributor terbesar, yakni Rp 126,8 triliun pada Agustus 2023. Meski begitu capaian ini turun 5,8 persen dibanding Agustus 2022 sebesar Rp 134 triliun.
Hal ini dipengaruhi produksi kumulatif sampai bulan Juni yang turun 5,7 persen secara tahunan.
"Tarifnya juga hanya naik 1,9 persen karena sebagian besar rokok yang terjal adalah di kelompok Golongan III yang kenaikan tarifnya jauh di bawah 10 persen yaitu hanya 5 persen," pungkasnya.
ADVERTISEMENT