Fakta Menarik soal FIFA Sulap Sepak Bola jadi Cuan Rp 15,7 Triliun

23 November 2022 7:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Replika trofi Piala Dunia raksasa di dalam stadion sebelum pertandingan Qatar vs Ekuador di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Minggu (20/11/2022). Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Replika trofi Piala Dunia raksasa di dalam stadion sebelum pertandingan Qatar vs Ekuador di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, Minggu (20/11/2022). Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
ADVERTISEMENT
Fédération Internationale de Football Association atau FIFA meraup pendapatan yang fantastis pada Piala Dunia 2022 yang digelar di Qatar. Cuan yang didapat FIFA bahkan melebihi ketika gelaran sepak bola terbesar di dunia tersebut digelar di Rusia pada 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Mengutip laporan resmi FIFA, pada Piala Dunia Qatar 2022, FIFA mendapat dana sponsor tambahan yang menyentuh angka USD 7,5 miliar atau sekitar Rp 117 triliun (asumsi kurs Rp 15.696 per dolar AS). Dengan dana tersebut, FIFA ditaksir bakal meraup keuntungan bersih sebesar USD 1 miliar (sekitar Rp 15,7 triliun).
Berikut ini beberapa fakta-fakta menarik tentang FIFA yang berhasil meraup keuntungan Rp 15,7 Triliun:
FIFA mengendalikan sepak bola dari gedung perkantoran di Kota Zurich, Swiss, puluhan tahun sejak awal berdiri. Pada periode tersebut, Piala Dunia dikelola secara amatir, tanpa ada putaran uang besar di dalamnya.
Adapun sosok di balik manuver FIFA dan membuatnya menjadi bernilai di mata sponsor kala itu adalah Joao Havelange. Pada kongres FIFA 11 Juni 1974 silam, mantan atlet renang Olimpiade, sekaligus pebisnis asal Brasil tersebut menjanjikan akan memberikan sumber daya dan dana untuk pengembangan sepak bola di Afrika. Dengan janji itu, dia melenggang menjadi Presiden FIFA pada 1974.
ADVERTISEMENT
Setahun berselang, Havelange merekrut Sepp Blatter sebagai Direktur Teknik FIFA. Menyadari FIFA tidak punya modal, Blatter bergerak cepat dan melakukan lobi kepada brand minuman raksasa, Coca-Cola. Pada 1976, Coca-Cola menjadi sponsor pertama yang mendanai FIFA.
Mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter Foto: Philipp Schmidli
Berkat tangan dingin Blatter, brand-brand raksasa mulai mengikuti langkah Coca-Cola. Mulai dari Adidas, perusahaan maskapai penerbangan asal Belanda, KLM. Kemudian perusahaan elektronik, PHILIPS, serta perusahaan kopi asal Brasil, CAFES DO Brasil.
Hanya dalam empat tahun, Havelange dan Blatter membuat brand-brand raksasa masuk mendanai FIFA. Pada 1978 di Argentina, untuk pertama kalinya Piala Dunia digelar dengan menghadirkan perputaran uang yang besar di FIFA.
"Kedatangan Havelange melambangkan masuknya kapitalisme ke tubuh FIFA," kata penulis biografi Joao Havelange, Ernesto Rodrigues dalam film dokumenter FIFA Uncovered.
ADVERTISEMENT
Pasca Piala Dunia 1978 di Argentina, Adidas semakin memperkuat posisinya sebagai sponsor utama FIFA. CEO Adidas kala itu, Horst Dassler, mendirikan perusahaan International Sport and Leisure (ISL).
Pada periode itu, hampir semua uang FIFA berasal dari ISL. Strategi putra Adolf Adi Dassler, pendiri Adidas tersebut, membuat ISL mengendalikan hak pemasaran, iklan di stadion, dan segala unsur komersial pada gelaran Piala Dunia edisi 1982 di Spanyol.
Tak hanya negara Eropa dan Amerika, berkembangnya sepak bola menjadikan Piala Dunia semakin dilirik investor dari belahan dunia lainnya. Pada Piala Dunia di Qatar 2022, justru perusahaan asal Asia yang merajai.
Mengutip perusahaan analis data asal London, Global Data, Al Jazeera menyebut, sponsor dari China mengungguli korporasi Amerika Serikat (AS) yang punya sejumlah merek global populer seperti Coca-Cola, Nike, Budweiser, dan McDonald's.
ADVERTISEMENT
Perusahaan properti dari China, Wanda Group (Dalian Wanda Group) tercatat mengikat kontrak sponsor terbesar dengan nilai USD 850 juta atau Rp 13,3 triliun. Kontrak sebesar itu diikat Wanda dengan FIFA sejak 2016 hingga Piala Dunia 2030.
Perusahaan China yang jadi sponsor Piala Dunia Qatar selain Dalian Wanda Group, adalah perusahaan teknologi Vivo, perusahaan susu dan produk olahannya yakni Mengniu, serta produsen peralatan elektronik rumah tangga Hisense Co Ltd, dan beberapa perusahaan lainnya.
Apabila dijumlahkan, total nilai sponsor perusahaan China mencapai USD 1,4 miliar atau hampir 22 triliun. Nilai tersebut mengungguli sponsor dari perusahaan-perusahaan AS yang totalnya sebesar USD 1,1 miliar atau Rp 17,2 triliun.