Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Kantor Berita China, Xinhua, kerugian dalam bisnis daging tersebut mencapai 12 juta dolar Australia atau hampir USD 9 juta. Jika dirupiahkan saat ini, nilai itu setara Rp 127 miliar.
Mengutip hasil studi Australian National University (ANU) dan Queensland University, Xinhua melaporkan, kucing menjadi penular utama tiga penyakit ke ternak domba. Ketiga penyakit itu adalah toksoplasmosis, parasit sarcocystosis, dan cacing gelang kucing. Studi yang hasilnya dirilis Senin (7/12), itu dilakukan oleh Pusat Pemulihan Spesies Terancam (Threatened Species Recovery Hub).
"Kerugian terbesar itu akibat infeksi toksoplasmosis yang menyebabkan kematian lebih dari 62.000 janin domba setiap tahunnya. Kerugian akibat toksoplasmosis mencapai 10 juta dolar Australia (sekitar USD 7,43 juta) per tahun," kata peneliti dalam studi tersebut, Profesor Sarah Legge.
ADVERTISEMENT
Sementara kerugian akibat sarcocystosis, relatif lebih kecil, yakni sebesar 2 juta dolar Australia (sekitar USD 1,49 juta) per tahun. Parasit itu menyebabkan munculnya kista dalam daging , sehingga menjadi tidak layak dikonsumsi.
Menurut studi tersebut, kucing yang terinfeksi mengeluarkan jutaan telur ookista parasitis berukuran sangat kecil lewat kotoran mereka. Parasit ini dapat bertahan hidup di tanah, padang rumput, dan air selama berbulan-bulan, dan dapat terkonsumsi oleh hewan-hewan ternak seperti domba, kambing, dan sapi, serta unggas.
Peneliti lain dalam studi tersebut, Dr. Patrick Taggart, menyampaikan bahwa mengurangi populasi kucing di sekitar kawasan peternakan di Australia akan menguntungkan bagi peternak domba. Khususnya mereka yang tinggal di wilayah lebih dingin dan lembap, mengingat parasit-parasit itu dapat bertahan hidup lebih lama di lingkungan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kucing memiliki reputasi dalam mengendalikan populasi beberapa hama pertanian, seperti tikus dan kelinci. Tapi tidak ada bukti yang menunjukkan mereka cukup efektif memberantas hama tersebut," kata Taggart.
"Kita dapat mengurangi nilai kerugian di sektor pertanian yang ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan kucing dengan cara mengurangi populasi kucing liar dan peliharaan di lingkungan peternakan," imbuhnya.