Garuda Babak Belur Dihajar Virus Corona, Bagaimana Maskapai Penerbangan Dunia?

9 Maret 2020 9:31 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat milik sejumlah maskapai penerbangan dunia terparkir di sebuah Bandara. Foto: Getty Images/David Ryder
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat milik sejumlah maskapai penerbangan dunia terparkir di sebuah Bandara. Foto: Getty Images/David Ryder
ADVERTISEMENT
Virus corona yang menyebar ke berbagai negara di dunia, berdampak buruk pada ekonomi dan bisnis termasuk sektor penerbangan. Maskapai nasional milik BUMN, Garuda Indonesia, mengakui dampak buruk akibat serangan virus tersebut ke masyarakat.
ADVERTISEMENT
Masyarakat sangat membatasi diri untuk bepergian. Bahkan sejumlah negara menghentikan penerbangan dari negara lain yang penduduknya terjangkit virus corona. Hal ini membuat maskapai penerbangan terpuruk.
"Ada penurunan lah, tapi kita enggak usah ngomongin gituan. Lumayan babak belur, tapi ya sudahlah," ujar Irfan saat ditemui di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Minggu (8/3).
Kondisi sulit tak hanya dialami PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Seluruh maskapai penerbangan dunia mengalaminya. International Air Transport Association (IATA) atau Asosiasi Transportasi Udara Internasional, memperkirakan maskapai penerbangan akan kehilangan pendapatan hingga USD 113 miliar atau setara Rp 1.625 triliun.
Pesawat Garuda Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Kondisi ini serupa dengan saat terjadi krisis keuangan global 2008. Proyeksi keuangan yang buruk itu dapat terjadi, jika virus corona terus meluas dan tak terbendung.
ADVERTISEMENT
CEO IATA, Alexandre de Juniac, bahkan merasakan situasi industri penerbangan saat ini nuansanya seperti kondisi pasca-serangan 9/11 di New York, Amerika Serikat. Serangan ke gedung WTC saat itu, dilakukan dengan menabrakkan pesawat. Akibatnya masyarakat dicekam kengerian untuk bepergian dengan transportasi udara.
“Kalau kondisi ini terus berlanjut, maskapai penerbangan di berbagai belahan dunia akan memerlukan bantuan pemerintah. Terutama maskapai-maskapai yang lemah secara finansial,” katanya seperti dilansir CNN Business.
Direktur Pelaksana lembaga pemeringkat global Fitch Ratings, Josef Pospisil, maskapai-maskapai di Asia yang struktur keuangannya tak cukup kuat, sangat rentan mengalami masalah finansial.
"Mungkin akan ada beberapa pemain kecil, pemain regional, yang mungkin terpukul sangat keras," katanya kepada CNN Business.
Maskapai-maskapai yang kesulitan keuangan, lanjutnya, akan menjadi incaran maskapai besar untuk diakuisisi. Hal ini sangat mungkin terjadi, karena di Eropa sedang terjadi konsolidasi bisnis penerbangan. Tapi kondisi lebih buruk bisa terjadi, yakni kebangkrutan.
ADVERTISEMENT
“Kemungkinan maskapai lain mencari perlindungan kebangkrutan atau keluar dari bisnis ini akan bergantung pada sejumlah faktor. Termasuk berapa lama wabah ini akan berlangsung, posisi keuangan maskapai penerbangan dan seberapa cepat permintaan penumpang kembali pulih begitu krisis ini usai,” ujar Juniac.
Dia memproyeksi, jika wabah virus corona berlangsung hingga empat bulan, kondisinya akan cukup berat bagi maskapai penerbangan. Apalagi jika lebih lama dari itu.