Gelombang PHK Pekerja di KLM, Dipicu Aturan Wajib Tes COVID-19 Penumpang Pesawat

22 Januari 2021 6:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KLM Airlines Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
KLM Airlines Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Gelombang PHK kembali membayangi maskapai penerbangan asal Belanda, KLM. Maskapai penerbangan itu mempertimbangkan untuk kembali melakukan PHK terhadap pekerjanya, sebagai buntut kebijakan Pemerintah yang mewajibkan penumpang pesawat melakukan tes COVID-19 sebelum terbang.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan ancaman PHK terbaru di 2021, setelah pada 2020 lalu KLM memangkas 5.000 pekerjaan.
Dikutip dari Reuters, Jumat (22/1), KLM pada awal 2021 ini akan memangkas 1.000 pekerjaan. Tapi laporan itu tak menyebut, berapa jumlah pekerja yang akan terkena PHK dari pemangkasan pekerjaan itu.
Maskapai penerbangan itu menyebutkan, langkah tersebut terpaksa diambil menyusul kebijakan Pemerintah Belanda yang mengharuskan semua penumpang pesawat serta para awaknya, negatif tes COVID-19 sebelum terbang. Kebijakan ini dianggap berlebihan dan akan menekan industri penerbangan, setelah kondisi serupa terjadi sepanjang 2020 lalu.
"Belanda akan menjadi satu-satunya negara di dunia yang mengadopsi langkah-langkah berlebihan seperti itu," kata manajemen KLM dalam sebuah pernyataan.
Ilustrasi pembersihan kabin pesawat di masa pandemi COVID-19. Foto: Dok. Air Asia
Aturan tersebut dianggap akan membuat Belanda terisolasi dari hubungan dengan seluruh dunia. Termasuk di sektor perdagangan dan industri penerbangan.
ADVERTISEMENT
Pernyataan maskapai penerbangan Belanda KLM itu, juga mendapat dukungan tertulis dari maskapai lainnya seperti easyJet, Corendon, Transavia, TUI, dan Barin. Mereka menyebut mendapat dukungan dari Asosiasi Penerbangan dan Transportasi Internasional (IATA).
Menyusul kebijakan Pemerintah Belanda tersebut, KLM terpaksa akan menghentikan semua 270 penerbangan jarak jauhnya, mulai Jumat (22/1). Hal ini karena ada risiko awak pesawat terus-menerus dilarang terbang dan terpaksa dikarantina di luar negeri sebelum bisa kembali ke Belanda.
Penghentian penerbangan ini juga mencakup angkutan khusus kargo dari Asia, yang telah menjadi salah satu dari sedikit lini bisnis yang tumbuh selama pandemi COVID-19.