Gubernur BI: Perubahan Iklim Bisa Gerus PDB Global hingga 14 Persen

30 Maret 2023 11:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam memberika keynote speech dalam High Level Seminar Aligning Policies for Climate Transition, BNDCC, Bali, Kamis (30/3).  Foto: Sinar Utami/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam memberika keynote speech dalam High Level Seminar Aligning Policies for Climate Transition, BNDCC, Bali, Kamis (30/3). Foto: Sinar Utami/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan betapa pentingnya isu perubahan iklim (climate change) bisa berdampak bagi ekonomi Asean. Menurutnya , jika perubahan iklim ini tidak dimitigasi secara awal maka akan ada potensi kehilangan produk domestik bruto (PDB) hingga 14 persen.
ADVERTISEMENT
“Kalau kita tidak mengendalikan climate change, PDB global bisa 11-14 persen lebih rendah dalam 50 tahun ke depan,” ungkapnya saat keynote High Level Seminar Aligning Policies for Climate Transition, BNDCC, Bali, Kamis (30/3).
Sehingga kita perlu untuk memberikan fokus lebih terhadap isu ini lantaran, climate change memang tidak bisa terelakkan.
“Kalau kita sudah melakukan Paris Agreement, potensi kehilangan PDB global itu bisa ditekan hanya 4 persen dalam 50 tahun ke depan,” tambah Perry.
Maka itu, Indonesia sebagai Ketua Asean 2023 membawa isu ini ke dalam 3 pilar untuk diperbincangkan dalam pertemuan bank sentral se-Asean selama sepekan ini.
Pasalnya, bank sentral ternyata memiliki peran penting dalam menangani climate change. Perry merinci setidaknya ada 3 aspek yang bisa dilakukan bank sentral se-Asean dalam menangani perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Pertama, membuat kebijakan dan keinginan politik yang kuat. Kedua, membuat framework untuk mengimplentasikan kebijakan itu, dan ketiga, menyiapkan pembiayaannya.
“Seberapa banyak dana yang dibutuhkan untuk proyek-proyek energi bersih ini,” jelas Perry.
Bank Indonesia sendiri, lanjut dia, sudah merilis kebijakan makroprudensial yang bisa memberikan insentif bank dalam kredit proyek hijau, termasuk juga dalam pembiayaan kendaraan listrik.