Hong Kong Resesi, Ekonom Sebut Indonesia Akan Shock Sampai 3 Bulan

1 November 2019 15:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
com-Hong Kong. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Hong Kong. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perekonomian Hong Kong semakin tertekan. Demonstrasi yang terus berlangsung, serta perang dagang antara Amerika dan China membuat ekonomi salah satu pusat keuangan dunia itu mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam satu dasawarsa terakhir.
ADVERTISEMENT
Ekonom Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal, menilai resesi Hong Kong akan berdampak jangka pendek bagi ekonomi Indonesia. Namun dia optimistis pengaruhnya tidak signifikan.
"Meskipun sifatnya shock saja, jangka pendek. Mungkin 2-3 bulan saja dampaknya ke ekonomi kita agak tertekan. Tapi dalam jangka panjang saya rasa enggak signifikan ya," ujar Fithra kepada kumparan, Jumat (1/11).
Gelombang demonstrasi sejak lima bulan terakhir telah menekan sektor ritel dan pariwisata di Hong Kong. Belum ada tanda-tanda situasi mereda. Polisi malah memperketat keamanan.
Jumlah wisatawan menurun karena menghindari aksi protes yang kerap berakhir bentrokan dengan kepolisian setempat. Area-area perbelanjaan utama dan mal-mal mengalami penurunan pembeli.
Reuters melaporkan, ekonomi Hong Kong menyusut 3,2 persen pada Juli-September 2019 dari periode sebelumnya. Pada kuartal II, ekonomi Hong Kong juga turun 0,4 persen.
ADVERTISEMENT
Secara teknikal, Hong Kong sudah mengalami resesi karena ekonominya mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Produk Domestik Bruto (PDB) juga terkontraksi 2,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ini merupakan yang terlemah sejak krisis keuangan global pada 2008-2009.
Toko Hong Kong Starbucks dicoret-coret. Foto: AFP
Pemerintah Hong Kong juga menurunkan PDB kuartal kedua menjadi 0,4 persen (year-on-year), dari proyeksi awal 0,6 persen dan kemudian menjadi 0,5 persen.
Menurut Fitra, situasi di Hong Kong tersebut akan membuat investor waspada menaruh dananya di negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Dia memperkirakan akan terjadi dana asing keluar (outflow) dalam jangka pendek ini. Dari catatan Bank Indonesia, dalam sepekan terakhir terjadi arus dana asing ke luar di sektor saham senilai Rp 190 miliar.
"Investor akan lebih hati-hati, tapi ini tidak lama, hanya 2-3 bulan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kata Fitra, hubungan dagang antara Indonesia dan Hong Kong juga tidak terlalu besar. Lain halnya jika yang terguncang mitra dagang utama Indonesia seperti China atau Singapura.
"Kalau Hong Kong ini kan dia sifatnya hub, meskipun kita bikin perjanjian FTA (Free Trade Agreement) dengan Hong Kong, tapi sifatnya masih inisiasi. Yang akan berdampak besar itu ya China, Singapura, Vietnam. Kalau Indonesia masih belum," katanya.
Adapun neraca perdagangan Indonesia-Hong Kong selama Januari-Agustus 2019 mencatatkan defisit USD 377,6 juta, turun dari periode yang sama tahun lalu yang surplus USD 91,1 juta. Neraca dagang yang defisit ini pertama kalinya sejak 2014.
Massa terlihat mulai menutup jalan Queensway setelah berorasi di Legislative Court, Hong Kong. Foto: Virginia Gunawan/kumparan
Secara rinci, neraca migas Indonesia dengan Hong Kong defisit USD 2,8 juta, lebih kecil dari periode yang sama tahun lalu yang defisit USD 42,4 juta.
ADVERTISEMENT
Sementara neraca nonmigas defisit USD 374,8 juta, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang surplus USD 133,5 juta.
Dengan data tersebut, efek domino resesi ekonomi di Hong Kong ke Indonesia belum nampak. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil, meskipun stagnan di kisaran 5 persen.
Sementara itu, Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah, menilai resesi di Hong Kong lebih disebabkan lamanya aksi demonstrasi yang telah mengganggu aktivitas ekonomi. Namun dia meyakini, ekonomi Hong Kong bisa segera pulih dalam waktu cepat.
"Hong Kong sebagai negara yang banyak bertumpu pada ekspor juga terdampak negatif oleh perlambatan ekonomi global. Tapi akan cepat recovery setelah aksi demo selesai," katanya.
Keberadaan pekerja migran Indonesia di Hong Kong juga menurut Piter tidak terlalu berdampak pada terganggunya ekonomi domestik.
ADVERTISEMENT
Misalnya untuk transfer uang dari Hong Kong ke Indonesia atau remitansi, hal ini juga dinilainya belum banyak terganggu. Adapun jumlah pekerja migran Indonesia di Hong Kong saat ini mencapai 150.000 orang.
"TKI saya kira tidak banyak terganggu oleh perlambatan ekonomi Hong Kong. Remitansi masih akan berjalan saya rasa," ujarnya.