Kadin soal Banyak TKA China di Industri Nikel: Ini Baru Awal, Nanti Balik ke RI

5 November 2022 12:39 WIB
·
waktu baca 3 menit
Tenaga kerja asing (TKA) membubut besi untuk kebutuhan pembangunan beberapa bangunan di salah satu perusahaan pertambangan di Konawe, Sulawesi Tenggara (15/12). Foto: ANTARA FOTO/Jojon
zoom-in-whitePerbesar
Tenaga kerja asing (TKA) membubut besi untuk kebutuhan pembangunan beberapa bangunan di salah satu perusahaan pertambangan di Konawe, Sulawesi Tenggara (15/12). Foto: ANTARA FOTO/Jojon
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, merespons soal desas-desus industri pengolahan tambang nikel di Indonesia yang didominasi oleh tenaga kerja Asing (TKA) asal China.
ADVERTISEMENT
Arsjad mengatakan, banyaknya TKA China di industri nikel Indonesia memang dibutuhkan di awal pengembangan. Namun dia harap akan semakin banyak pekerja lokal terutama di sektor pengolahan tambang nikel atau smelter.
"Tapi perlu dilihat lagi, emang processing-nya dari luar, tapi yang punya tambang nikel kebanyakan orang-orang lokal. Kita harapkan nge-push ke depannya yang datang dari indonesia," ujarnya kepada awak media di Menara Kadin, Jumat (5/11).
Sementara itu, dia juga menanggapi soal banyaknya TKA China terjadi di Smelter Nikel Morowali. Menurut dia, hal tersebut seharusnya tidak terjadi karena ada aturan batasan mengenai ketenagakerjaan asing.
"Mestinya kan enggak ada ya, ada batasan-batasannya. Kalau yang enggak bisa Indonesia boleh tapi ada waktunya. Kalau habis ganti Indonesia, balik lagi harus Indonesia," jelas Arsjad.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid. Foto: B20 Indonesia
Arsjad melanjutkan kondisi ini pun menggambarkan betapa pentingnya pendidikan vokasi bagi pekerja lokal. Hal ini juga seiring dengan arahan Presiden Jokowi melalui Perpres Revitalisasi Pendidikan Vokasi.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya kalau pertama kita memang enggak bisa, ya, makannya pentingnya vokasi. Kita harus perlihatkan, memastikan skill kita Indonesia ke depan mampu. kita harus tau skill ke depan apa yang dibutuhkan," tandasnya.
Sebelumnya, Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saling lempar tanggapan mengenai industri pengolahan nikel yang masih didominasi oleh tenaga kerja asing (TKA) asal China.
Bermula dari JK yang mengkritik proses pengolahan nikel di Tanah Air. Sebagai negara yang diberkahi tambang nikel, pengolahannya justru didominasi China.
“Indonesia kaya nikel, tapi yang kerja semua China, dari daratan sampai tukang las. Kita bikin smelter, Insyaallah tahun depan smelter pertama milik nasional akan beroperasi,” kata pria yang akrab dipanggil JK di acara makan HUT Kalla Group di Hotel Kempinski, Jumat (29/10).
Infografik data wisman/TKA ke Sam Ratulangi, Manado, 2021. Foto: Tim Kreatif kumparan
Lalu, Luhut pun membantah soal klaim JK bahwa pekerja di industri nikel di Indonesia dipenuhi orang China. Dia berkata, memang pada awalnya pekerja China mendominasi di awal pekerjaan konstruksi.
ADVERTISEMENT
Namun saat ini hal itu sudah tidak terjadi. Untuk membuktikan hal tersebut, Luhut meminta agar langsung mengecek ke lokasinya.
"Engga betul, waktu construction dulu awal awal tahun 2014 ya, sekarang sudah banyak orang-orang Indonesia. Pergi saja ke sana," kata Luhut saat ditemui dalam acara 'Demi Indonesia Bersama GoTo di Ciputra Aartpreneur, Sabtu (29/10).
Di sisi lain, Juru Bicara JK, Husain Abdullah menegaskan komitmen JK untuk merekrut tenaga lokal yang membedakan dengan pabrik nikel di Morowali yang dinilai masih dipenuhi TKA asing. Pihak JK menyayangkan dominasi tenaga kerja China di industri tersebut.
Ketua PMI, Jusuf Kalla mendampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan saat mengunjungi kantor PMI. Foto: Dok. PMI
"Hampir semua pekerja konstruksi pabrik termasuk tukang las didatangkan dari China, dan itu diakui sendiri oleh pak Luhut bahwa bahwa pembangunan sejak tahun 2014 seperti itu. Kalau kondisi sekarang, harus diakui sudah beda karena tahap operasional tentunya pekerja kasar tidak dibutuhkan lagi," lanjutnya.
ADVERTISEMENT