Ilustrasi Asuransi Jiwasraya

Kejagung Cekal 10 Nama, Ada Kesesuaian dengan Eks Manajemen Jiwasraya

27 Desember 2019 17:10 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Jiwasraya. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jiwasraya. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kejaksaan Agung mencekal 10 orang yang diduga terkait dengan kasus Jiwasraya, sehingga berpotensi dijadikan tersangka.
ADVERTISEMENT
"Betul, potensi untuk dijadikan tersangka. Nanti saja lihat perkembangan dari kami ya. Ini sudah tahap penyidikan ini," kata Jaksa Agung, ST Burhanudin, di Kejaksaan Agung, Jumat (27/12).
Mereka yang dicekal adalah nama-nama dengan inisial HR, DYA, HP, MZ, DW, GLA, ERN, HH, BT, dan AS. Menurut Burhanuddin, permintaan pencekalan ke-10 orang tersebut sudah dilakukan sejak Kamis (26/12) malam, agar mereka tak bepergian ke luar negeri.
Dari penelusuran kumparan, inisial nama-nama tersebut sesuai dengan manajemen PT Asuransi Jiwasraya (Persero), baik dari kalangan direksi maupun komisaris, saat penerbitan produk bancassurance JS Saving Plan yang kemudian mengalami gagal bayar.
HR (Hendrisman Rahim), eks Direktur Utama Jiwasraya
Hendrisman menjadi orang nomor satu di Jiwasraya selama dua periode. Pertama kali diangkat sebagai direktur utama pada 2008 – 2013. Pada 2012, Jiwasraya menerbitkan produk investasi bancassurance JS Saving Plan, dengan imbalan bunga 9 hingga 15 persen bagi para nasabahnya. Lulusan S1 Matematika pada tahun 1983 dari FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta dan pendidikan S2 pada tahun 1992 dari Ball State University, Muncie, Indiana, USA jurusan Actuarial Science itu, kemudian dipercaya kembali sebagai Dirut Jiwasraya untuk periode kedua, 2013 – 2018.
Mantan Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hendrisman Rahim. Foto: Dok. Jiwasraya
DYA (De Yong Adrian), eks Direktur Jiwasraya.
ADVERTISEMENT
De Yong Adrian masuk jajaran direksi Jiwasraya bersamaan dengan Hendrisman Rahim, yakni mulai diangkat pada 15 Januari 2008. Lulusan S1 Administrasi Niaga STIA Bina Banua Banjarmasin ini, meniti karier di Jiwasraya sejak 1983. Di luar pendidikan formalnya, dia banyak mengikuti pendidikan dan seminar perasuransian baik di dalam maupun di luar negeri.
HP (Hary Prasetyo), eks Direktur Jiwasraya
Hary yang pernah menjabat tenaga ahli di Kantor Staf Presiden sampai Oktober 2019, pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan di Jiwasraya. Dia mulai menduduki posisi direksi di Jiwasraya, pada 15 Januari 2008. Latar belakang pendidikannya yakni Master of Business Administration (MBA), jurusan General Business, City University, Portland - Oregon, USA, 1997 dan Bachelor of Business Administration (BBA), jurusan Finance, Pittsburg State University, Pittsburg - Kansas, USA, 1993. Sebelum masuk ke Jiwasraya, karier Hary malang melintang di pasar modal selama 10 tahun.
ADVERTISEMENT
MZ (Muhamad Zamkhani), eks Direktur Jiwasraya
Zamkhani mengawali karier sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Kementerian Keuangan pada 1990. Lulusan Universitas Gadjah Mada Fakultas Ekonomi Akuntansi ini, kemudian melanjutkan studinya di Rutgers University, Graduate School of Management di New Jersey USA pada Tahun 1992. Dia pernah menjabat Deputi Kementerian BUMN, hingga diangkat menjadi Direktur Jiwasraya pada 2015 di bawah Hendrisman Rahim sebagai Direktur Utama. Ketika Hendrisman dicopot, Menteri BUMN saat itu Rini Soemarno mempercayakan Zamkhani untuk menjabat Plt. Direktur Utama hingga posisi dirut definitif diisi oleh Asmawi Syam. Zamkhani masih terus menjabat direksi hingga November 2018.
Ilustrasi Asuransi Jiwasraya. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
DW (Djonny Wiguna), eks Komisaris Utama dan Komisaris Independen Jiwaraya.
Djonny yang merupakan sarjana ekonomi lulusan Universitas Indonesia, diangkat menjadi Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sejak Januari 2009. Sebelumnya, dia memiliki pengalaman sebagai direksi maupun komisaris di berbagai perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, perusahaan teknologi informasi, serta konsultan independen.
ADVERTISEMENT
Selain dari kalangan eks manajemen, ada juga dua nama dengan inisial HH dan BT yang berasal dari kalangan swasta. Keduanya diduga memberikan rekomendasi saham yang diinvestasikan Jiwasraya dalam jumlah triliunan, namun belakangan membuat perusahaan rugi besar.
Saat kesesuaian nama-nama tersebut dengan inisial yang dicekal, Jaksa Agung enggan membenarkan. "Pokoknya saya sebutkan inisialnya saja," kata Jaksa Agung terkait proses hukum kasus Jiwasraya.
Ayo ikutan Harbolnas kumparan dan menangkan Umroh, iPhone 11, Motor Yamaha NMax, diskon 100% hanya untuk pembaca kumparan. Tertarik? buruan daftar di kum.pr/harbolnaskumparan
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten