Kejayaan Bisnis Koper Bekas di Menteng Memudar karena Toko Online

17 Mei 2019 15:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung melihat koper dan tas yang dijual di Jalan Surabaya. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung melihat koper dan tas yang dijual di Jalan Surabaya. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Sudah sejak lama toko koper bekas di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat menjadi pilihan untuk mencari koper dan tas traveling. Puluhan toko di sini menjajakan koper bekas berbagai ukuran dan merek yang beragam, mulai dari Samsonite, Elle, hingga Louis Vuitton.
ADVERTISEMENT
Karena yang dijual barang bekas, pembeli bisa menawarnya. Dibuka sejak pukul 08:00 hingga 17:00 WIB, deretan koper dijajakan hingga keluar toko. Sepatu, jam tangan, dompet, tas, hingga ikat pinggang bekas bermerek pun ikut dijual di sini.
Alex, salah satu pedagang di sini bercerita toko koper bekas di Jalan Surabaya sudah ada sejak tahun 70-an. Saat itu, penjualannya bisa dibilang sangat ramai.
Alex sendiri merupakan generasi ketiga yang menjual koper di tokonya. Kakeknya yang pernah merasakan ramainya penjualan saat zaman itu, lalu dilanjutkan oleh ayahnya.
"Ini kan terkenal dari tahun 70-an. Ramainya itu ketika zaman Soeharto. Bahkan saking ramainya, kadang pedagang dibangunin oleh pembeli karena enggak banyak saingannya kalau dulu," kata dia kepada kumparan, Jumat (17/5).
Penjualan koper dan tas di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Sebagai generasi ketiga, Alex merasa penjualan mulai sepi di kawasan ini saat toko online mulai marak. Maraknya penjualan barang secara online menggerus penghasilannya. Kini, sehari bisa menjual 1-2 koper, kadang tidak sama sekali.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pasar koper bekas di sini punya pelanggan tetap. Penjualannya boleh tergerus oleh maraknya koper yang dijajakan secara online, tapi mereka yang pernah membeli di sini, kata Alex, biasanya akan datang lagi.
"Kalau penjualan dibanding tahun-tahun sebelumnya memang sepi karena banyak yang jualan online. Tapi ya pelanggan lama ada saja yang datang ke sini, balik lagi," ucapnya.
Penjual lain, Susanto, mengaku sampai zaman Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, penjualan koper bekas di sini masih terasa ramai. Kalau sedang banyak pembeli, koper yang terjual bisa mencapai 5-10 buah. Tapi sejak sepi, sehari bisa 1-3 koper saja.
"Malah kadang enggak sama sekali," katanya.
Susanto yang sudah 10 tahun berjualan di sini mengaku rata-rata per bulannya bisa mendapatkan Rp 30 juta, dengan omzet hampir Rp 100 juta. Tapi, dengan sepinya penjualan, kadang untung bersih yang didapat tak selalu sebesar itu.
ADVERTISEMENT
Dia mengakui jika penjualan koper secara online memang menggerus penjualan koper di kawasan ini. Tapi, dia masih percaya bila lama-lama orang akan bosan berbelanja secara online dan akan keluar rumah untuk melihat barang yang dibeli secara langsung.
"Semuanya kan berputar. Nanti orang bosan sendiri (belanja online) dan balik ke sini. Pelanggan tetap juga ada saja yang balik ke sini," kata Susanto percaya diri.
Dari Slamet Rahardjo hingga Katty Pery Pernah ke Sini
Saking terkenalnya barang yang dijual di Jalan Surabaya, beberapa artis dan tokoh terkenal pun pernah mampir sini. Susanto mengenang, untuk artis Indonesia yang pernah mampir ke toko koper di sini adalah Slamet Rahardjo.
Sementara tokoh dunia yang pernah menginjakkan kakinya di pasar koper yang bersebelahan dengan toko barang antik adalah Bill Clinton. Mantan Presiden Amerika Serikat itu pernah ke sini tahun 1994.
ADVERTISEMENT
"Katty Perry, Arnold Schwarzenegger, dan Bill Clinton juga pernah ke sini," katanya.
Pengunjung sedang melihat koper dan tas di Jalan Surabaya. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Cerita lain soal orang penting yang pernah ke sini diungkapkan Alex. Penjual koper yang bersebelahan dengan Susanto ini mengaku banyak pejabat daerah yang ke sini memborong banyak koper atau tas.
Kata dia, mereka membeli barang yang ada di toko untuk dibawa ke kampung halaman. Sesampai di sana, para pejabat itu bilang belinya bukan di Jalan Surabaya, tapi dari Singapura.
"Ada yang begitu karena mungkin malu, masa pejabat beli di toko pinggiran. Ada juga pejabat atau artis di sini yang nyuruh asistennya untuk beli koper atau tas di sini, bukan dianya yang datang," kata Alex tertawa.