Kelola Kilang LNG Eks Pertamina, LMAN Gandeng Badak NGL

28 Desember 2017 14:56 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penandatanganan Perjanjian Aset Kilang LNG Badak (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Penandatanganan Perjanjian Aset Kilang LNG Badak (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) kembali bergerilya untuk mengambil peran dalam mengoptimalkan aset milik negara. Hari ini LMAN menandatangani Perjanjian, Pengoperasian, dan Pemanfaatan Aset Kilang LNG Eks Pertamina, yaitu Kilang LNG Badak di Bontang.
ADVERTISEMENT
Dalam kerja sama yang diteken di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (28/12), PT Badak NGL ditunjuk sebagai operator kilang LNG Badak yang sudah berusia 40 tahun.
Sementara LMAN bertindak sebagai pemilik aset yang merupakan kepanjangan tangan dari Kementerian Keuangan, di mana nantinya akan mengoptimalkan penerimaan negara dari aktivitas Kilang LNG Badak.
Direktur Utama LMAN Rahayu Puspasari mengatakan, penunjukkan PT Badak NGL untuk kelola Kilang LNG Badak berdasarkan rekomendasi dari SKK Migas yang dianggap sudah mumpuni dalam mengelola kilang tersebut.
"Setelah ditunjuk operatornya, maka dia bisa mengoperasikan aset negara. Nanti gas producer-nya itu yang mengatur adalah SKK Migas," katanya.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi yang hadir dalam acara itu mengatakan keberadaan Kilang LNG Badak sangat penting bagi industri hulu migas.
ADVERTISEMENT
"Beberapa lapangan migas sangat membutuhkan fasilitas LNG yang ada di Bontang ini," katanya.
Amien mencontohkan ada dua lapangan yang membutuhkan keberadaan dari fasilitas Kilang LNG Badak saat ini. Mereka adalah Lapangan Jangkrik yang dioperasikan Eni dengan nilai investasi mencapai Rp 52,7 triliun dan Lapangan Bangka IDD yang dioperasikan Chevron dengan nilai investasi Rp 10 triliun.
"Jadi kalau ada masalah di PT Badak NGL, kedua lapangan yang investasinya puluhan triliunan, maka investasinya akan terganggu. Di sinilah peran operasi dari Kilang LNG Badak sangat penting bagi usaha hulu migas," katanya.
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo yang ikut menyaksikan penandatanganan kedua belah pihak mengatakan kerja sama ini akan menambah mesin penerimaan negara. Dia menargetkan tahun depan sudah bisa menerima pemasukan dari pengelolaan Kilang LNG Badang di bawah LMAN.
ADVERTISEMENT
"Kami tunggu penerimaan negaranya. Mudah-mudahan 2018 sudah bisa masuk. Jadi, APBN kita ada (sumber) engine baru," katanya.
Secara keseluruhan, aktiva dari Kilang LNG Badak ini bernilai Rp 16 triliun. Mardiasmo menekanankan bahwa tujuan akhir dari pengoptimalan aset negera ini untuk kesejateraan nasional.