Kemenhub: Kapal Pelni Penuh Penumpang saat Lebaran dan Tahun Baru

29 Juni 2018 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Pelni digunakan untuk mengangkut motor. (Foto: Dok. Pelni)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Pelni digunakan untuk mengangkut motor. (Foto: Dok. Pelni)
ADVERTISEMENT
Meski jumlah penumpang kapal laut milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) merosot dari tahun ke tahun, namun masyarakat Indonesia masih membutuhkannya. Kapal Pelni masih dicintai oleh masyarakat Indonesia terutama kawasan Timur Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal ini diungkapkan Kasubdit Pengembangan Usaha Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Muhammad Saiful menjawab tren penurunan jumlah penumpang Pelni dari tahun ke tahun.
Perlu diketahui, selama lima tahun terakhir jumlah penumpang kapal laut Pelni terjun bebas. Pada tahun 2014, Pelni mengangkut sebanyak 4,4 juta penumpang. Jumlah itu turun 8% dibandingkan tahun 2013 di mana Pelni mampu mengangkut penumpang sebanyak 4,8 juta penumpang. Di tahun 2015, jumlah penumpang yang diangkut Pelni kembali turun menjadi 4,2 juta orang. Fenomena ini berlanjut di tahun 2016 di mana jumlah penumpang Pelni 4 juta penumpang. Puncaknya terjadi tahun lalu, penumpang Pelni hanya menyisakan 3,69 juta penumpang.
"Memang, kalau sehari-hari biasanya masyarakat itu mobilitasnya tinggi, ke mana-mana mau cepat. Karena itu mereka pasti lebih memilih transportasi lain, biasanya pesawat. Namun, masyarakat yang menggunakan kapal angkutan penumpang Pelni itu tetap ada bahkan saat peak season, seperti Lebaran dan Tahun Baru itu kapal Pelni penuh,” ujar Muhammad Saiful kepada kumparan, Jumat (29/6).
ADVERTISEMENT
Untuk itu, guna mendorong masyarakat Indonesia menggunakan moda transportasi kapal Pelni, Kemenhub setiap tahunnya rutin menggelontorkan dana subsidi atau Public Service Obligation (PSO). PSO yang diberikan cukup besar tiap tahunnya. Misalnya di 2014 mencapai Rp 920 miliar, 2015 Rp 1,6 triliun, 2016 Rp 2,2 triliun, 2017 Rp 2,05 triliun, dan 2018 ini sebesar Rp 1,8 triliun. Dana PSO ini yang digunakan untuk subsidi angkutan pelayaran dan rute transportasi pelayaran hingga ke daerah terpencil.
Penumpang di kapal Pelni. (Foto: Dok. Pelni )
zoom-in-whitePerbesar
Penumpang di kapal Pelni. (Foto: Dok. Pelni )
“Memang ada pengurangan dana subsidi, mungkin ini terjadi setelah melihat realisasinya (target pengangkutan jumlah penumpang) Pelni tidak tercapai. Untuk penghematan, akhirnya Kementerian Perhubungan mengurangi jatah dana subsidi,” imbuhnya.
Dihubungi secara terpisah, Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana Prasarana Perhubungan Kementerian BUMN Ahmad Bambang menyatakan Pelni harus berinovasi untuk mengurangi dampak kerugian dari berkurangnya jumlah penumpang. Dia menyarankan agar Pelni melakukan beberapa langkah seperti penataan trayek angkutan sehingga lebih cepat, menjajal bisnis kapal pesiar ke wilayah-wilayah wisata, menjalankan bisnis angkutan barang secara penuh, hingga memanfaatkan kapal-kapal tua yang bisa dijadikan sebagai hotel terapung.
ADVERTISEMENT
“Masalah konsumen kan enggak bisa dipaksa. Pilihan mereka yang tentukan. Sekarang banyak pilihan angkutan yang lebih cepat dan cukup terjangkau dengan maraknya airline LCC, karenanya Pelni harus bertransformasi,” tegasnya.
Sebagai catatan, walaupun jumlah penumpang turun setiap tahunnya Pelni mampu meraup laba. Rinciannya adalah Rp 11,2 miliar di 2014, Rp 100,2 miliar di 2015, Rp 248 miliar di 2016 dan Rp 276 miliar di 2017. Tahun terakhir Pelni menderita kerugian terjadi di 2013. Saat itu Pelni merugi Rp 613 miliar.