
Kemenkes Jajaki Vaksin Corona Baru dengan Inggris, Lebih Murah dari Sinovac
31 Agustus 2020 15:22 WIB

ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan atau Kemenkes menjajaki vaksin corona baru, dari yang selama ini sudah dikerjasamakan antara perusahaan farmasi China, Sinovac Biotech Ltd, dengan BUMN farmasi PT Bio Farma (Persero). Jika sudah diproduksi, vaksin corona hasil kerja sama Kemenkes dengan Imperial College London ini, diklaim lebih murah.
ADVERTISEMENT
Plt. Kepala Balitbang Kemenkes, Slamet, mengatakan saat ini kerja sama dengan Imperial College London sedang dalam tahap pembahasan. Vaksin corona buatan perguruan tinggi riset di Inggris itu, disebut sudah memasuki uji klinis tahap III dengan melibatkan 1.200 relawan.
"Mengenai uji klinik vaksin COVID-19, Litbangkes kerja sama Imperial College London, sedang tahap pembahasan. Pengadaan awal kuartal 1 2020," kata Slamet dalam rapat dengan Komisi IX DPR, Senin (31/8).
Menurutnya, vaksin corona tersebut diproyeksikan sudah bisa diedarkan pada awal kuartal pertama 2021. Perkiraan harga vaksin per dosis di kisaran antara 5 sampai 10 poundsterling atau setara Rp 97.000-194.000. Artinya harga untuk setiap orang bisa mencapai Rp 400.000 untuk dua kali vaksinasi.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, vaksin corona buatan Sinovac yang dikerjasamakan dengan Bio Farma, harganya sekitar Rp 450.000 untuk dua dosis per orang.
ADVERTISEMENT
"Perhitungan awal kami, vaksin ini untuk harganya antara 25 sampai 30 dolar AS (Rp 350 ribu-Rp 450 ribu) per orang. Namun Bio Farma sedang menghitung ulang lagi. Nantinya setiap orang akan divaksin dua kali dalam jeda dua minggu," kata Erick dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Kamis (27/8).
Selain pengembangan vaksin COVID-19 dengan Imperial College London ini, Balitbang Kemenkes juga tengah menjalin kerja sama dengan Daewoong Korea untuk melakukan uji klinis terapi plasma. Uji klinis tersebut bakal dimulai awal September 2020, dengan melibatkan 25 rumah sakit dan relawan sebanyak 384 orang.