Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Kisah Sam Bankman-Fried: Dulu Raja Kripto FTX Berharta Rp 413 T, Kini Masuk Bui
14 Desember 2022 11:03 WIB
·
waktu baca 6 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sam yang baru berusia 30 tahun ini bikin dua investor mengalami kerugian USD 1 miliar atau Rp 15,59 triliun (kurs Rp 15.495 per dolar AS per bulan November). Berdasarkan laporan Reuters, dana sebesar itu raib, tidak terhitung dalam pembukuan keuangan FTX yang membuatnya diburu pihak berwenang.
“Malam ini, pihak berwenang Bahama menangkap Samuel Bankman-Fried atas permintaan Pemerintah Amerika Serikat, berdasarkan dakwaan tertutup yang diajukan oleh Kantor Kejaksaan Amerika Serikat untuk Distrik Selatan New York," kata Jaksa AS Damian Williams untuk Distrik Selatan New York, Selasa (13/12).
Nasibnya saat ini sangat berbeda dengan beberapa waktu lalu, saat harga kripto sedang melejit, bursa FTX yang didirikannya pada 2017 juga mendadak cuan. Tahun lalu, perusahaan perdagangan kriptonya bervaluasi USD 32 miliar atau setara hampir Rp 500 triliun (kurs Rp 15.600 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Melejitnya valuasi FTX bikin kekayaan Sam juga melesat jauh. Di usianya yang masih muda, dia sudah mengantongi harta USD 26,5 miliar atau setara Rp 314 triliun pada Maret 2022 berdasarkan data Forbes. Kekayaan Sam sempat merosot menjadi USD 17,2 miliar pada September 2022 karena harga kripto anjlok.
Sam lahir pada 6 Maret 1992 di Bahama, Amerika Serikat, tempatnya melarikan diri saat FTX bangkrut . Dia berasal dari keluarga mampu karena orang tuanya profesor di Universitas Stanford.
Dia sendiri lulusan dari Massachusetts Institute of Technology di bidang fisika, salah satu kampus bergengsi di dunia. Sebelum mendirikan FTX dan Alameda Research pada 2017, dia pernah kerja di Jane Street Capital usai lulus kuliah.
FTX secara resmi diperkenalkan dia pada 2019 dan langsung melejit. Saking cuannya perusahaan perdagangan kripto FTX, Sam bahkan menjadi penyokong dana utama ke kandidat Partai Demokrat USD 40 juta. Dia juga menjadi penyumbang terbesar kedua untuk Joe Biden saat maju Pilpres as 2020 dengan menyumbangkan hartanya USD 5,2 juta. Kini Sam harus menjalani proses hukum karena kebangkrutan FTX.
ADVERTISEMENT
Kasus Sam Bankman-Fried dan Kebangkrutan FTX
Sebelum Sam ditangkap, dirinya lebih dulu melaporkan kondisi bangkrut FTX pada 11 November 2022 kepada otoritas terkait di Amerika Serikat.
FTX, bursa perdagangan kripto terbesar kedua setelah Binance, bangkrut karena asetnya anjlok usai harga kripto yang terus ambles seperti Bitcoin yang anjlok 62 persen terhitung dalam setahun terakhir. Kapitalisasi pasar Bitcoin per Jumat (11/11) sebesar USD 338 miliar, tersisa sekitar 30 persen dari posisi tertingginya di 10 November 2021 yang mencapai USD 1,3 triliun.
Situasi ini diperparah dengan aksi para nasabah FTX yang menarik USD 6 miliar atau setara Rp 92,97 triliun (kurs Rp 15.495 per dolar AS) pada Jumat pekan lalu dari platform FTX hanya dalam waktu 72 jam. Pemicunya adalah pernyataan CEO Binance Changpeng Zhao yang menyebut menjual seluruh kepemilikannya atas token FFT (yang dikeluarkan FTX) senilai USD 580 juta.
ADVERTISEMENT
FTX makin terdesak karena Binance yang sebelumnya juga diharapkan bisa membantu likuiditas FTX batal mengakuisisi bursa yang didirikan Sam Bankman-Fried itu karena ada dugaan penyalahgunaan dana nasabah.
Masalah dugaan penyalahgunaan dana nasabah ini juga terlihat dari laporan eksklusif Reuters. Dua orang sumber menyebut setidaknya USD 1 miliar dana nasabah FTX raib, entah ke mana. Nilainya setara Rp 15,49 triliun!
Pendiri FTX Sam Bankman-Fried disebut diam-diam mentransfer USD 10 miliar dana nasabah FTX ke perusahaan perdagangan miliknya, Alameda Research.
"Sebagian besar dari dana itu telah menghilang. Satu sumber menyebut dana yang hilang sekitar USD 1,7 miliar. Sumber lain mengatakan yang raib antara USD 1 miliar dan USD 2 miliar," demikian laporan Reuters, dikutip Minggu (13/11).
ADVERTISEMENT
Meskipun diketahui bahwa FTX memindahkan dana pelanggan ke Alameda, dana yang hilang dilaporkan di sini untuk pertama kalinya. Hal ini terlihat dari catatan yang sebenarnya dibagikan oleh Sam Bankman-Fried kepada para eksekutif senior FTX pekan lalu.
Menurut sumber Reuters, catatan tersebut memperlihatkan situasi keuangan FTX. Inti dari masalah FTX adalah kerugian di Alameda yang tidak diketahui oleh sebagian besar eksekutif FTX.
Minggu itu, Bankman-Fried mengadakan pertemuan dengan beberapa eksekutif di ibu kota Bahama, Nassau, untuk menghitung berapa banyak dana dari luar yang dia butuhkan untuk menutupi kekurangan FTX, kata dua orang yang mengetahui keuangan FTX.
Bankman-Fried mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa pertemuan itu terjadi. Laki-laki berusia 30 tahun itu menunjukkan beberapa spreadsheet kepada kepala tim regulasi dan hukum perusahaan yang mengungkapkan bahwa FTX telah memindahkan sekitar USD 10 miliar dana nasabah dari FTX ke Alameda, kata dua orang tersebut.
ADVERTISEMENT
"Spreadsheet menampilkan berapa banyak uang yang dipinjamkan FTX ke Alameda dan digunakan untuk apa," kata sumber Reuters.
Celakanya, dokumen tersebut menunjukkan bahwa antara USD 1 miliar dan USD 2 miliar dari dana tersebut tidak diperhitungkan di antara aset Alameda. Spreadsheet tidak menunjukkan ke mana uang ini dipindahkan, dan sumber mengatakan mereka tidak tahu apa yang terjadi.
Dalam pemeriksaan selanjutnya, tim hukum dan keuangan FTX juga mengetahui bahwa Bankman-Fried menggunakan 'pintu belakang' dalam sistem pembukuan FTX. 'Pintu' itu dibangun menggunakan perangkat lunak yang dipesan lebih dahulu.
Mereka mengatakan 'pintu belakang' memungkinkan Bankman-Fried untuk menjalankan perintah yang dapat mengubah catatan keuangan perusahaan tanpa memberi tahu orang lain, termasuk auditor eksternal. Pengaturan ini berarti bahwa perpindahan dana USD 10 miliar ke Alameda tidak memicu kepatuhan internal atau tanda bahaya akuntansi di FTX.
ADVERTISEMENT
Bantah Diam-diam Transfer dan Lewat 'Pintu Belakang'
Dalam pesan teksnya kepada Reuters, Bankman-Fried membantah menerapkan 'pintu belakang'. Dia juga mengeklaim dana USD 10 miliar tak ditransfer diam-diam ke Alameda.
"Saya tidak setuju dengan karakterisasi transfer USD 10 miliar. Kami tidak diam-diam mentransfer. Kami memiliki pelabelan internal yang membingungkan dan salah membacanya," tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Ditanya tentang dana nasabah yang hilang, Bankman-Fried hanya menjawab: "???"
Setelah FTX mengajukan bangkrut, Bankman-Fried pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO FTX. Posisinya digantikan oleh John J. Ray III.
Atas kasus ini, Komisi Sekuritas dan Pertukaran AS sedang menyelidiki penanganan dana pelanggan FTX.com, serta aktivitas peminjaman kripto. Departemen Kehakiman dan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas juga menyelidiki.
FTX didirikan pada 2019 oleh Bankman-Fried yang saat itu masih berusia 27 tahun. Dia dengan cepat membawa bursa kripto ini melejit, menjadi yang terbesar di dunia. Kekayaan pribadinya saat itu hampir USD 17 miliar atau setara Rp 263 triliun.
ADVERTISEMENT
Valuasi FTX pada Januari lalu senilai USD 32 miliar. Softbank dan BlackRock masuk dalam daftar investor FTX.