news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Konsumsi Baja di RI Lebih Rendah dari Malaysia dan Vietnam

23 Juli 2018 7:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bongkar muat baja (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat baja (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat, pertumbuhan konsumsi baja per kapita Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara lain di Asia Tenggara, yakni sekitar 65 kilogram (kg) per kapita.
ADVERTISEMENT
Adapun pertumbuhan konsumsi baja per kapita negara lain yang tergolong tinggi di Asia Tenggara, yakni seperti Malaysia sebesar 410 kg per kapita, Singapura sekitar 1.036 kg per kapita, dan Vietnam sebesar 164 kg per kapita.
“Iya sejauh ini pertumbuhan konsumsi baja Indonesia memang masih rendah,” kata Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin kepada kumparan, Senin (23/7).
Dia pun heran, pertumbuhan konsumsi baja dalam negeri kecil meski proyek pembangunan infrastruktur tengah gencar dilakukan. Oleh karenanya, pemerintah akan menggandeng Jepang untuk menemukan solusi atas permalahan itu.
Bongkar muat baja (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Bongkar muat baja (Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
“Kita gandeng Jepang untuk mencari solusi untuk meningkatkan pertumbuhan konsumsi, ada banyak hal yang bisa kita pelajari,” bebernya.
Dia menjelaskan, kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Jepang yang dapat dijalin ke depan, misalnya seperti mempelajari produksi baja yang efisien, menengok harga baja impor lebih murah dibandingkan baja dalam negeri.
ADVERTISEMENT
“Kalau harga baja dalam negeri bisa lebih murah bisa dipakai juga untuk produk turunan non infrastruktur, sehingga pertumbuhan konsumsinya diharapkan baik,” ucap Syarif.
Selain menggandeng negara lain, dia mengaku ke depan akan merekatkan antar pelaku industri baja. Diharapkan dengan begitu ditemukan solusi lain agar harga baja bisa lebih murah, dan seluruh produk baja akan terstandarisasi.
“Produk baja dalam negeri masih beragam, ada juga yang belum berstandar secara kualitas. Kita inginkan dengan komunikasi yang baik, masalah itu bisa dibicarakan nanti,” katanya.