Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menanti Rilis BPS, Pertumbuhan Ekonomi di 2018 Sesuai Target Jokowi?
6 Februari 2019 8:02 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal IV 2018 dan sepanjang tahun lalu. Sejumlah ekonom pun telah memberikan proyeksinya.
ADVERTISEMENT
Kepala Kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Febrio Kacaribu memproyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu sebesar 5,1-5,2 persen. Laju konsumsi rumah tangga sebagai pendorong perekonomian diproyeksi tumbuh di atas 5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
"PDB diperkirakan tumbuh 5,1 persen pada kuartal IV 2018, mencapai 5,1-5,2 persen sepanjang tahun 2018. Pertumbuhan konsumsi diperkirakan akan tumbuh melebihi 5 persen sepanjang 2018," kata Febrio kepada kumparan, Rabu (6/2).
Adapun pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menargetkan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 mencapai 5,4 persen. Namun, target tersebut kemudian diturunkan menjadi 5,17 persen.
Sementara Ekonom Samuel Sekuritas Achmad Mikail memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal keempat 2018 berada pada level 5,15-5,16 persen, tak jauh berbeda dari pertumbuhan kuartal sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Domestic consumption tumbuh cukup kuat dilihat dari pertumbuhan ritel rata-rata September-Desember 2018 tumbuh 4,6 persen, sama seperti kuartal III 2018," katanya.
Sementara itu, Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira memprediksi, pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 mencapai 5,15 persen.
Menurut Bhima, tantangan perekonomian ada pada komponen net ekspor yang melemah akibat efek perang dagang, penurunann harga komoditas perkebunan, dan tingginya impor BBM.
Nilai ekspor pada Desember 2018 mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada Desember 2018, nilai ekspor hanya tumbuh USD 4,18 miliar atau melambat dibandingkan dengan Desember 2017 yang mencapai USD 14,86 miliar.
Bahkan sepanjang tahun lalu, neraca perdagangan tercatat defisit USD 8,57 miliar. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan 2017 yang mencatatkan surplus USD 11,84 miliar. Neraca perdagangan ini merupakan yang terparah sepanjang sejarah.
ADVERTISEMENT
"Kinerja investasi pun sulit untuk diandalkan, karena data realisasi investasi hanya tumbuh 4,1 persen (yoy) sepanjang 2018," jelasnya.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, perekonomian selama kuartal IV 2018 diproyeksi sebesar 5,2 persen dan sepanjang 2018 sebesar 5,1-5,2 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen maupun kuartal IV 2017 sebesar 5,19 persen.
"Kalau 2018 antara 5,1-5,2 persen, karena di kuartal III 2018 saja sudah 5,17 persen. Dengan perkiraan pertumbuhan di kuartal IV 2018 sebesar 5,2 persen," ujar Iskandar.
Menurut dia pertumbuhan ekonomi masih akan disokong oleh sektor konsumsi rumah tangga dan investasi. Hal ini akibat adanya Pilpres dan Pileg.
ADVERTISEMENT
"Dengan melihat perkembangan tersebut, pertumbuhan konsumsi 5,1 persen akibat Pilpres dan Pileg," katanya.