Meski Surplus 2,8 Juta Ton, JK Ingatkan Harga Beras di RI Masih Rawan

22 Oktober 2018 20:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) (Foto: Kementan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) (Foto: Kementan)
ADVERTISEMENT
Stok beras nasional pada tahun ini surplus 2,8 juta ton. Keputusan ini diambil setelah Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan perhitungan ulang dengan menggunakan metode baru yaitu kerangka sampel area (KSA).
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan walaupun stok beras nasional surplus 2,8 juta ton tetapi harga beras di Indonesia rawan bergejolak. Apa sebabnya?
"Surplus (2,8 juta ton beras) ini tersebar di 14,1 juta rumah tangga sekitar 47 persen. (Sisanya) ada di penggilingan, ada stok di pedagang dan sebagainya," sebut JK saat ditemui di Kantornya, Jalan Veteran, Jakarta, Senin (22/10).
Kelangkaan stok beras ditambah gejolak harga bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Hal ini disebabkan karena beras yang beredar di penggilingan dan petani jumlahnya lebih banyak dari yang beredar di rumah tangga.
Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) (Foto: Kementan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) (Foto: Kementan)
"Tapi kelebihan komsumsi 50 persen ada di tangan petani. Sehingga kalau ada sedikit masalah ini tidak dijual, disimpan. Nah, karena disimpan ini maka kadang-kadang terjadi kelangkaan. Itu juga untuk mengurangi perbedaan pandangan internal antara impor dan tidak impor," paparnya.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, peran Perum Bulog untuk menyerap sebanyak-banyaknya beras milik petani sangat penting. Dengan begitu, Bulog memiliki kecukupan beras yang bisa digunakan untuk cadangan beras pemerintah. Saat ini menurut JK, stok beras di Bulog sangat banyak yaitu 2,2 juta ton.
"Impor itu kalau stok Bulog di bawah sejuta dan harga naik di atas 10 persen dari harga patokan. Jadi itu untuk menjelaskan," tandasnya.