Negara Terkaya Ini Terancam Krisis Listrik, Gelap-gulita Meski Punya 680 PLTA

26 Agustus 2022 16:54 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi listrik padam akibat krisis energi. Foto: Alexandre Meneghini/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi listrik padam akibat krisis energi. Foto: Alexandre Meneghini/REUTERS
ADVERTISEMENT
Menjadi salah satu negara paling kaya di dunia, tak membuat Swiss luput dari ancaman krisis energi, khususnya di musim dingin ini. Karena di musim dingin, Swiss sangat tergantung pada pasokan listrik dari gas Rusia, serta tenaga nuklir dari Prancis.
ADVERTISEMENT
"Swiss terancam gelap-gulita akibat krisis listrik di musim dingin, karena selama ini tergantung pada pasokan gas Rusia dan tenaga nuklir Prancis," tulis AFP, Jumat (26/8).
Di luar musim dingin saat air sungai mengalir deras, Swiss sebenarnya hampir swasembada listrik. Sebesar 61 persen kebutuhan listriknya dipasok PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) yang dimiliki dan dikelola di dalam negeri. Total ada 680 PLTA di seantero Swiss.
Selebihnya, kebutuhan dipenuhi dari energi nuklir yang dipasok Prancis (33 persen), serta sisanya menggunakan gas yang dipasok Rusia. Tapi saat sungai membeku, PLTA tak bisa memasok listrik, sehingga energi nuklir Prancis dan gas Rusia jadi andalan.
Tapi kali ini, Rusia sedang menghentikan pasokan gas, akibat saling embargo dengan Barat pasca-serangan Rusia ke Ukraina. Sementara separuh reaktor nuklir Prancis sedang dalam pemeliharaan karena masalah korosi. Sehingga mereka tak bisa memasok kebutuhan listrik Swiss.
Lokasi ditemukannya jenazah Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril di Bendungan Engehalde, Bern, Swiss, Kamis (9/6/2022). Foto: Daniel Chrisendo/kumparan
"Prancis terpaksa menghentikan pasokan listrik di setengah dari reaktornya, terutama karena masalah korosi," kata profesor manajemen energi di universitas HES-SO Swiss, Stephane Genoud, kepada AFP.
ADVERTISEMENT
Ternyata menjadi negara kaya saja tak cukup untuk bisa terhindar dari krisis energi. Padahal sejumlah survei dan studi menempatkan Swiss sebagai negara paling sejahtera dan kaya. Kesenjangan ekonomi sangat kecil di sana.
Laporan lembaga keuangan terkemuka, Credit Suisse, pada 2020 misalnya mengungkapkan Swiss sebagai negara dengan jumlah penduduk kaya paling banyak di dunia. Dari 9 juta penduduknya, terdapat 800 ribu orang yang masuk kategori jutawan dan miliarder.
Dari total orang terkaya dunia yang jumlahnya mencakup 1 persen dari total populasi, sebanyak 1,7 persen di antaranya berasal dari Swiss.