Pekerja Migran El Salvador Kirim Uang ke Kampung Halaman Pakai Bitcoin

15 Juni 2021 6:36 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bitcoin Foto: Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Bitcoin Foto: Flickr
ADVERTISEMENT
Pekerja migran asal El Salvador mengirim uang ke kampung halaman dalam bentuk Bitcoin. Kiriman dana remitansi berupa Bitcoin ke El Salvador pun, meningkat 4 kali lipat dalam setahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, meski secara nilai masih relatif kecil yakni rata-rata setara USD 1.000, namun total kiriman dana para pekerja migran El Salvador berupa Bitcoin, telah meningkat pesat. Yakni total setara USD 1,7 juta pada Mei 2021 lalu, dibandingkan periode sama tahun 2020 sebesar USD 424.000.
Bahkan pada Maret 2021, transferan dana berupa Bitcoin mencapai puncaknya, yakni senilai USD 2,5 juta.
Negara di Amerika Tengah itu menjadi minggu yang pertama di kawasan dalam mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah. Hal ini karena Presiden El Salvador, Nayib Bukele, menggembar-gemborkan potensi cryptocurrency sebagai mata uang remitansi untuk para pekerja migran.
Papan imbauan penggunaan Bitcoin di sejumlah pertokoan di El Salvador. Foto: Reuters/Jose Cabezas
El Salvador sangat bergantung pada kiriman uang para pekerja migran mereka, untuk memperkuat cadangan devisa dan perekonomiannya. Pada 2019 lalu, transferan dana remitansi pekerja migran mencapai total USD 6 miliar.
ADVERTISEMENT
Mengutip data Bank Dunia, nilai itu setara seperlima atau 20 persen PDB El Salvador. Secara persentase, ini merupakan negara yang menerima dana remitansi terbesar dari pekerja migran mereka, khususnya di Amerika Serikat.
Peningkatan tajam dalam transfer Bitcoin, khususnya oleh pekerja migran El Salvador, mencerminkan tren di seluruh Amerika Tengah.
Secara terpisah, lembaga pemeringkat Moody's menilai undang-undang Bitcoin di El Salvador dapat membahayakan kesepakatan program pendanaan dengan Dana Moneter Internasional (IMF). "Langkah itu membawa risiko bagi sistem keuangan, stabilitas rezim moneter negara dan menandakan kurangnya kerangka ekonomi yang koheren," kata Moody's.