Pemerintah Akan Impor Beras 1 Juta Ton, PKS Pertanyakan Hasil Lumbung Pangan

21 Maret 2021 20:06 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat meninjau lumbung pangan nasional di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat meninjau lumbung pangan nasional di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Pemerintah akan meng-impor beras setidaknya sebanyak 1 juta ton pada tahun ini. Hal itu mengundang penolakan dari berbagai pihak, termasuk Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
ADVERTISEMENT
Keputusan impor beras telah disepakati dalam rapat koordinasi terbatas (Rakortas) Kemenko Perekonomian, pada 19 Februari 2021. Informasi yang diperoleh kumparan, rapat tersebut juga dihadiri Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Perum Bulog.
Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS, Slamet, mempertanyakan kebiasaan pemerintah yang kerap melakukan impor sejumlah komoditas, terutama produk pertanian.
Protes Slamet tersebut bukan tanpa alasan. Karena menurutnya, pemerintah memiliki proyek food estate atau lumbung pangan seluas 165 ribu hektar di berbagai lokasi. Proyek yang dicanangkan Presiden Jokowi dan diklaim telah mulai panen, seharusnya bisa menambah produksi beras nasional.
Beras impor Vietnam Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
“Artinya pemerintah bisa memberi tambahan hasil panen di luar hasil panen petani biasanya dengan lumbung pangan ini. Lalu untuk apa lagi impor?” kata Slamet dikutip dari laman resmi PKS, Minggu (21/3).
ADVERTISEMENT
Politisi PKS itu menilai kebiasaan impor merepresentasikan ketidakberpihakan negara kepada petani dalam negeri. Bahkan menurutnya, bukan tidak mungkin jika suatu saat bukan hanya produk pangan, namun petani pun akan didatangkan dari luar negeri.
“Kalau hari ini kita tidak peduli dengan petani dengan mengimpor produk pertanian, maka bukan tidak mungkin tiga tahun ke depan petaninya yang diimpor,” ujarnya.
Dia pun menyoroti lemahnya koordinasi antar-lembaga pemerintah, dalam merumuskan kebijakan pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Kebijakan yang ujung-ujungnya impor, kata Slamet, sering dipicu persoalan tidak sinkronnya data antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. Termasuk dalam hal kebijakan impor beras kali ini.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.