Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Pengembangan jaringan MRT Jakarta terus berlanjut. Setelah proyek MRT Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran HI sepanjang 15,7 kilometer (km) beroperasi komersial pada 1 April 2019, rute diperpanjang hingga Jakarta Kota.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar menjelaskan, paket CP200 atau paket pengerjaan gardu listrik bawah tanah di kompleks Monas sudah berjalan. Sementara paket CP 201 rute Bundaran HI-Monas serta paket CP 202 dan CP 203 untuk jalur Harmoni-Jakarta Kota, sekarang dalam proses lelang.
Kemudian dalam waktu 1 hingga 2 bulan ke depan, MRT Jakarta akan memulai lelang paket CP 205 dan CP 206 terkait pengembangan sistem dan pengembangan rolling stock (kereta).
William optimistis pada pertengahan tahun depan semua paket proyek MRT Jakarta fase II sudah berjalan.
"Kita masih on time bahwa operasi fase II dari Bundaran HI ke Jakarta Kota akan dimulai (beroperasi) 2024," kata William dalam program The CEO kumparan di Kantor Pusat MRT Jakarta, Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu (7/8).
ADVERTISEMENT
Tahun depan, MRT Jakarta juga akan memulai pengembangan rute baru fase II B dari Jakarta Kota menuju Ancol Barat. Saat ini, MRT Jakarta sedang melakukan studi teknis bersama Japan International Cooperation Agency (JICA). Pembahasan dilakukan karena terjadi perubahan rute.
Dari sebelumnya Bundaran HI-Kampung Bandan, dipecah menjadi 2 seksi yakni Bundaran HI-Jakarta Kota dan Jakarta Kota-Ancol Barat. Total investasi juga masih dihitung ulang. Rute fase II B ditargetkan bisa melayani penumpang di 2025 atau 1 tahun setelah beroperasinya proyek fase II rute Bundaran HI-Jakarta Kota.
"Jadi kita namakan fase II B, dari Kota kemudian dia akan terus lagi rencananya 5,2 km sampai Ancol Barat (Jakarta Utara)," tambahnya.
Terkait pembebasan lahan di fase II, William menargetkan proses tersebut tuntas tahun ini agar pekerjaan konstruksi seperti pembangunan jalur dan stasiun bisa dimulai di 2020. Langkah ini ditempuh agar proyek MRT tidak mundur seperti yang terjadi pada proyek Fase I.
ADVERTISEMENT
"Pembelajaran kita yang paling besar apa? Adalah lahan belum bebas (fase I), kontraktor jalan. Tahun ini utilitas dan lahan harus kita bebaskan," tambahnya.
Pada proyek fase II dan II B, skema pembiayaan dan kontrak serupa dengan fase I, yakni menggandeng Jepang. Namun, MRT Jakarta akan membuka peluang menggandeng perusahaan penyedia kereta dan persinyalan lokal.
Pada kontrak sebelumnya, Jepang mengerjakan 30 persen dari total komponen proyek MRT, sementara Indonesia mengerjakan 70 persen. Dari kontrak Fase I, Indonesia lebih banyak mengambil pekerjaan konstruksi, sementara Jepang memang pekerjaan pengadaan persinyalan hingga kereta. Dengan proporsi serupa, ada opsi pekerjaan konstruksi oleh perusahaan lokal dikurangi.
"Kita lagi lihat di fase II ini apakah kita bisa lebih banyak melibatkan industri lokal nasional dalam pengembangan sistem dan pengembangan kereta," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Bangun Jaringan 230 KM hingga 2030
Pengembangan jalur tidak berhenti di fase I dan II atau jalur Selatan-Utara. MRT Jakarta akan dikembangkan untuk jalur Timur-Barat, yakni menghubungkan Cikarang-Balaraja sejauh 87 km. Di dalam proyek Timur-Barat, MRT Jakarta pada tahap awal akan memulainya dengan pekerjaan fase III sepanjang 31,7 km yang terdiri dari 22 stasiun. Pada paket fase III, nantinya terbagi dalam 2 seksi yakni rute Kalideres-Cempaka Baru sepanjang 20,1 km dan Cempaka Baru-Ujung Menteng sepanjang 11,6 km.
Menurut rencana, proses tender proyek MRT fase III selesai pada tahun depan. Dengan begitu, konstruksi proyek MRT fase III bisa segera dilakukan.
"Jadi apa yang kita siapkan ini adalah persiapan secara administrasi bagaimana memasukkan... mengembalikan. Itu (jalur MRT Timur-Barat) sempat keluar dari proyek strategis nasional," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Pada fase III ini, MRT Jakarta membuka opsi pendanaan selain Jepang. Asian Development Bank (ADB) telah menyatakan minat. MRT Jakarta juga menawarkan proyek ke Korea Selatan hingga China.
William menambahkan, MRT Jakarta ditargetkan mampu membangun jaringan kereta massal hingga 230 km pada 2030. Untuk mencapai target itu, pihaknya akan melakukan groundbreaking rute atau fase baru setiap tahunnya. Jadi ke depan, pekerjaan fase lanjutan tidak menunggu fase sebelumnya selesai dibangun.
"Kita kerjakan fase III, fase (lanjutan) setiap tahun harus ada. Fase V, baru fase VI. Ini baru kita bisa ngejar," ujarnya.
Pengembangan Properti di Stasiun MRT
Tak hanya membangun sarana dan prasarana, MRT Jakarta juga menyiapkan pengembangan dan penataan kawasan hunian dan komersial di area stasiun dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).
Di rute saat ini, MRT Jakarta akan memfokuskan pada pengembangan TOD di area Stasiun Dukuh Atas, kemudian berkembang ke Blok M dan Fatmawati. Untuk mengembangkan kawasan, MRT Jakarta akan menyiapkan sistem integrasi antar-moda seperti dengan Trans Jakarta. Pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Bina Marga Jakarta dalam pembangunan jalur pejalan kaki dan jalur pesepeda.
ADVERTISEMENT
"Makanya kalau Anda lihat Dukuh Atas itu di bawah kita tata dibuat event-event di situ, dibuat lebih bagus kemudian kenyamanan orang untuk pindah dari satu moda ke moda lain. Ruang publik kita perbanyak, taman kita perbanyak, ruang interaksi publik kita perbanyak," tambahnya.
Pada fase II dan III, pengembangan kawasan TOD dilakukan berbarengan dengan pengembangan infrastruktur MRT. TOD nantinya untuk mengelola kawasan. Bila kawasan dikembangkan, pusat ekonomi baru dan perputaran uang bisa tumbuh.
"Ada kegiatan baru yang terbangun. Anda lihat sekarang Blok M yang di selatan itu kan tumbuh. Nah ini harus dikelola," tutup Direktur Utama MRT Jakarta itu.