Perputaran Uang Nataru 2024 Diprediksi Melambat, Jadi Rp 150 Triliun

30 Desember 2024 12:47 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah wisatawan mancanegara turun dari kapal cepat setibanya di Pelabuhan Banjar Nyuh Nusa Penida, Klungkung, Bali, Selasa (22/10/2024). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah wisatawan mancanegara turun dari kapal cepat setibanya di Pelabuhan Banjar Nyuh Nusa Penida, Klungkung, Bali, Selasa (22/10/2024). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda memprediksi perputaran uang saat periode liburan akhir tahun 2024 melambat karena terdapat pelemahan daya beli masyarakat.
ADVERTISEMENT
Huda menjelaskan, perputaran uang libur akhir tahun 2024 belum bisa sebesar dari libur akhir tahun 2023 yang mencetak sekitar Rp 160 triliun.
Buntut perputaran uang di angka Rp 150 triliun itu menurut Huda dampak ke Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hanya akan berada di angka Rp 220 triliun.
"Namun saya melihat tahun ini perputaran uangnya hanya di angka Rp150 triliun karena ada pelemahan daya beli," kata Nailul Huda kepada kumparan, Senin (30/12).
Lebih lanjut, Huda berharap, libur akhir tahun 2024 tidak hanya menjadi peningkatan output secara temporer, tapi juga bisa dimanfaatkan dalam jangka menengah dan panjang.
"Seharusnya yang dipersiapkan adalah infrastruktur baik jalan maupun tempat wisata. Infrastruktur ini kan bisa digunakan dalam jangka menengah dan panjang. Sehingga dapat digunakan bukan hanya ketika libur akhir tahun," lanjut Huda.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Esther Sri Astuti di Diskusi Publik INDEF, Kamis (4/7/2024). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Di samping itu, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti menyebutkan, deflasi 5 bulan berturut-turut menjadi salah satu faktor perputaran uang libur akhir tahun 2024 di masyarakat hanya sebesar Rp 150 triliun.
"Kalau dibandingkan tahun sebelumnya itu saya rasa masih menurun ya, karena kalau dilihat di sini contohnya ini kan tahun 2024 ini kan ada deflasi yang cukup dalam, deflasinya itu dari Mei sampai September gitu kan," terang Esther kepada kumparan, Senin (30/12).
Menurut dia, peningkatan konsumsi rumah tangga terdapat pergeseran konsumsi di masyarakat. Seperti contoh, di tahun lalu masyarakat lebih tertarik membeli tas branded, tetapi di tahun ini masyarakat lebih mengutamakan aspek 'asal bagus'.
ADVERTISEMENT
Esther memproyeksi, tingkat konsumsi masyarakat selama periode libur akhir tahun 2024 belum menunjukkan tren kenaikan yang signifikan dibanding tahun lalu.
"Jadi, di tahun ini tetep mereka liburan tapi konsumsi barang-barang itu mengalami pergeseran ke barang-barang dengan harga yang lebih murah," lanjutnya.
Lebih lanjut, Esther mengungkap, dampak libur akhir tahun 2024 ini pun belum dapat memberikan efek berganda terhadap perekonomian jangka panjang Tanah Air.