Perusahaan Farmasi Dunia Sibuk Cari Vaksin Virus Corona, Apa Kabar BUMN Farmasi?

24 Februari 2020 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Vaksin MR Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vaksin MR Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Di tengah dampak mewabahnya virus corona yang memukul perekonomian, hal itu juga memberi peluang bagi pengembangan vaksin untuk mencegah berjangkitnya virus tersebut. Industri farmasi global, tengah berupaya menemukan vaksin tersebut.
ADVERTISEMENT
Bisnis vaksin telah menjadi penopang utama industri farmasi global. Mengutip data yang dirilis perusahaan riset dan manajemen aset global, AB Bernstein yang berpusat di New York, Amerika Serikat (AS), dalam 10 tahun terakhir pasar vaksin dunia telah meningkat enam kali lipat.
“Nilai pasarnya sebesar USD 35 miliar atau sekitar Rp 482 triliun. Sekitar 85 persen dari nilai pasar itu hanya dikuasai oleh empat industri farmasi global penghasil vaksin,” tulis riset tersebut seperti dilansir CNBC, Minggu (23/2).
Sedemikian menggiurkan bisnis vaksin, tak mengherankan jika perusahaan farmasi dunia, seperti berlomba-lomba untuk menemukan vaksin virus corona. Empat besar perusahaan farmasi yang menguasai pasar vaksin dunia adalah GlaxoSmithKline asal Inggris, Sanofi asal Prancis, dan Merck serta Pfizer yang berbasis di AS.
ADVERTISEMENT
Indonesia sendiri memiliki tiga perusahaan BUMN sektor kefarmasian, yang tergabung dalam sebuah holding. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Biofarma (Persero).
Di antara ketiga BUMN itu, Bio Farma adalah satu-satunya produsen vaksin bagi manusia di Indonesia dan merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Saham Bio Farma dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia.
Simulasi penanganan pasien yang diduga terinfeksi virus Corona di RSUP Sanglah Denpasar, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
Dikutip dari situs resmi perusahaan, Bio Farma selama ini telah mendedikasikan dirinya dalam rangka memproduksi vaksin dan anti sera berkualitas internasional. Produksi vaksin dan anti sera ini diproduksi untuk turut serta mendukung program imunisasi nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia dengan kualitas derajat kesehatan yang lebih baik.
Meski demikian, Direktur Utama Bio Farma yang merupakan induk holding BUMN Farmasi, Honesti Basyir mengatakan manajemen holding belum akan membuat vaksin untuk atasi virus corona dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini rencana pembuatan vaksin tidak, karena untuk membuat vaksin ini tidak sebentar, tapi bagaimana untuk mencegah terlebih dahulu," kata Honesti saat acara press conference Holding BUMN Farmasi di Jakarta, Rabu (5/2).
Dia menceritakan, pembuatan vaksin setidaknya membutuhkan waktu hingga 15 tahun. Sehingga pihak holding BUMN farmasi pun tidak mengutamakan pembuatan vaksin, namun memilih membuat alat pendeteksi virus corona.
"Kita sudah lakukan diskusi dengan beberapa lembaga riset. Menemukan alat deteksi. Kementerian Kesehatan, ristek mendapatkan bibit virus corona, karena itu awalnya. Masing-masing negara cepat mencari vaksin virus corona," jelas dia.
Konfernsi pers Holding BUMN Farmasi di Restoran Jambuluwuk Thamrin, Jakarta, Rabu (5/2). Foto: Abdul Latif/kumparan
Pernyataan Honesti itu, sejalan dengan riset AB Bernstein. Analis di perusahaan itu, Wimal Kapadia menyatakan, bisnis vaksin merupakan investasi jangka panjang. Demikian juga dengan keuntungan yang dihasilkan, bersifat jangka panjang.
ADVERTISEMENT
"Vaksin adalah aset berumur panjang. Memiliki hambatan tinggi untuk masuk, namun harga jualnya terus berkembang," kata Kapadia.
Sementara di antara perusahaan farmasi dunia, yang sejauh ini sudah berproses mengembangkan vaksin virus corona adalah GSK dan Sanofi.
Reuters melaporkan, GlaxoSmithKline Plc (GSK) sedang mengembangkan vaksin novel corona virus. Proyek ini bekerja sama dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Pfizer Foto: Andrew Kelly/File Photo/Reuters
GSK akan menggunakan teknologi adjuvant dalam pembuatan vaksin virus 2019-nCoV. Adjuvant merupakan zat campuran dalam vaksin yang dapat meningkatkan dan mempercepat respons imun terhadap antigen.
Sementara itu Sanofi yang berpengalaman mengembangkan vaksin SARS pada 2003, juga bekerja sama dengan pemerintah AS untuk menemukan formula vaksin corona.