Perusahaan Tambang Batu Bara Hary Tanoesoedibjo Siap Dilego Seharga Rp 2 Triliun
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Head of Investor Relations Indonesia Transport and Infrastructure, Natassha Yunita menjelaskan, rencana transaksi senilai Rp 2 triliun itu digelontorkan IATA untuk mengambil alih 99,33 persen saham BHIT di PT Bhakti Coal Resources (BCR).
BCR sendiri memiliki dua anak perusahaan tambang batu bara yang sudah berproduksi, yakni PT Bhumi Sriwijaya Perdana Coal (BSPC) dan PT Putra Muba Coal (PMC).
"Karena akuisisi dianggap material transaksi, IATA harus memenuhi semua persyaratan diwajibkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan terkait regulasi lain terutama untuk mengalihkan izin usaha penerbangan IATA ke anak perusahaan baru," kata Natassha dalam pernyataan tertulis, dikutip Kamis (2/12).
Berdasarkan penilaian KJPP Kusnanto & Rekan, valuasi gabungan dua anak usaha BCR mencapai USD 181,9 juta. Sehingga jika transaksi ini terwujud, IATA memperoleh harga 23 persen lebih rendah dari valuasi BSPC dan PMC. IATA akan membiayai akuisisi tersebut melalui rights issue dan seluruh proses transaksi harus diselesaikan pada semester I/2022.
ADVERTISEMENT
Akuisisi tersebut juga termasuk tujuh IUP lainnya, mengingat Bhakti Coal Resources merupakan induk perusahaan dari sembilan perusahaan tambang batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Di bawah BCR juga terdapat PT Indonesia Batu Prima Energi (IBPE) dan PT Arthaco Prima Energi (APE), yang dipercaya memiliki cadangan batu bara melimpah. IBPE dan APE akan mulai memproduksi batu bara pada 2022.
Untuk mendapatkan momentum dari kenaikan harga batu bara , perusahaan akan melakukan eksplorasi penambangan lebih lanjut untuk menemukan lebih banyak sumber daya dan cadangan batu bara.