Petugas Bea Cukai yang Aduk Koper Tak Kenali Anak Presiden Gus Dur, Kok Bisa?

23 Maret 2023 10:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
My Mom My Inspiration 2021, Alissa Wahid. Foto: Lili Aini
zoom-in-whitePerbesar
My Mom My Inspiration 2021, Alissa Wahid. Foto: Lili Aini
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yakni Alissa Wahid mengungkapkan pengalaman tak mengenakkan saat berurusan dengan petugas Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta. Petugas yang tak mengenalinya sebagai anak presiden, bahkan mengaduk-aduk isi koper Alissa Wahid.
ADVERTISEMENT
Peristiwa yang terjadi pada media 2019-2020 itu, dialami Alissa Wahid sepulangnya menjadi pembicara konferensi di Taiwan. Petugas Bea Cukai itu terkesan menganggap Alissa Wahid sebagai pekerja migran Indonesia.
"Saya buka koper sambil dia minta paspor. Saya: 'cuma tiga hari di Taiwan'; Petugas: 'kerja apa tiga hari di Taiwan? Kok bawaannya koper gede? Beli apa saja? Emang dibayar berapa?'; Saya: 'konferensi' Petugas: 'kok kamu bisa belanja & bawa barang banyak? Kamu kerja apa?'; Ndedes," cuit Alissa melalui akun Twitter @AlissaWahid, Selasa (21/3).
Alissa sudah mengizinkan kumparan untuk mengutip pengalaman yang dia unggah tersebut.
Putri sulung Presiden Gus Dur itu melanjutkan, petugas Bea Cukai masih menanyakan perihal pekerjaannya. Apalagi, sudah diketahui kalau Alissa sering pergi ke luar negeri, terlihat dari stempel imigrasi pada paspornya. Alissa hanya menjawab bekerja sebagai LSM.
ADVERTISEMENT
"Jawaban tersebut membuat tampang petugas menjadi kecut seraya mengembalikan paspor. Saya pun beberes koper yang sudah dia aduk-aduk," lanjutnya.

Petugas Bea Cukai Tak Kenali Anak Presiden

Usai dia mengunggah pengalaman itu melalui akun twitter-nya, Alissa Wahid mengaku mendapat banyak komentar dan pertanyaan, soal petugas Bea Cukai yang tak mengenalinya sebagai putri Presiden ke-4 RI.
Menurut dia, ada dua problem mendasar terkait hal itu. Pertama, mental set pejabat, menjadi orang penting dengan bawa staf dll, minta pelayanan khusus. Kedua, mental set petugas, yang tidak ramah kepada rakyat, hanya memandang dari posisi saja. Sehingga yang kerap terjadi adalah diskriminasi.
Apalagi dia sendiri mengaku memang tidak banyak tampil di ruang publik yang populer. Alissa Wahid juga lebih sering pergi sendiri, karena menurutnya lebih hemat. Sementara kultur di Indonesia, ujarnya, orang penting kerap bawa asisten/staf/tim. Apalagi tokoh dan pejabat.
ADVERTISEMENT