Politisi PDIP Buka-bukaan soal Proyek Bukit Algoritma, Silicon Valley RI

14 April 2021 11:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budiman Sudjatmiko saat diwawancara di kantor Google Indonesia, Jakarta, Sabtu (4/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Budiman Sudjatmiko saat diwawancara di kantor Google Indonesia, Jakarta, Sabtu (4/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Politisi PDIP sekaligus Komisaris Independen PTPN V (Persero) Budiman Sudjatmiko berencana membangun Bukit Alogritma di Sukabumi, Jawa Barat. Rencananya, bukit ini serupa Silicon Valley di Amerika Serikat karena menjadi tempat riset berbagai bidang teknologi.
ADVERTISEMENT
Budiman menjadi Ketua Pelaksana Kerja Sama Operasi (KSO) antara PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Perusahaan patungan itu bernama KSO Kiniku Bintang Rasa.
Kepada kumparan, Budiman buka-bukaan mengenai rencana besar yang bakal menghabiskan 1 miliar euro atau setara Rp 18 triliun.
Modal sebesar itu rupanya hanya untuk pembangunan tahap pertama saja. Sedangkan rencana besar dari bukit seluas 888 hektare ini bakal membutuhkan waktu hingga 11 tahun yang dananya lebih besar lagi.
Berikut wawancara kumparan dengan Budiman, Rabu (14/3):
Rencana pembangunan Bukit Algoritma banyak dibicarakan akhir-akhir ini. Bagaimana mulanya ide proyek besar ini?
Sebenarnya sudah lama persiapannya. Untuk desainnya menjadi KEK (Kawasan Ekonomi Kreatif) juga sudah lama. Sudah disetujui oleh Pemerintah Daerah Sukabumi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, saat itu masih era Pak Aher (Ahmad Heryawan).
ADVERTISEMENT
Di masa Pak Ridwan Kamil pun sudah oke. Jadi business plan-nya sudah dibuat dan sekarang kita lagi susun feasibility study untuk proyeknya.
Lalu, kita diminta masuk 2018 untuk ambil alih. Tadinya mereka sudah siapkan lahan dan pengajuan ke Pemda Sukabumi, Pemprov Jabar, dan Dewan Nasional KEK. Tapi kan mereka enggak punya sumber daya manusianya, dalam artian siapa yang akan mengisi? Riset macam apa? Kebetulan saya kumpulin periset-periset, ada 200 orang. Mereka tahu bahwa saya kumpulkan itu.
Terus mereka bilang ke saya, "Mas silakan, teman-teman mas, yang sudah pulang dari luar negeri, sudah selesai doktor, teknologinya maju, yuk kerja. Nih kita ada lahan. Diteruskan Mas Budiman. Mas carikan juga, lobi ke pemerintah, lobi investor. Kemudian siapkan marketnya."
ADVERTISEMENT
Mereka itu PT Bintang Raya Lokalestari?
Iya betul. Dalam perjalanannya, mereka mentok. Minta saya ambil alih pimpinan (proyeknya).
Silicon Valley. Foto: Shutter Stock
Anda posisinya di sini sebagai apa?
Saya Ketua Pelaksana KSO-nya. KSO antara PT Kiniku Nusa Kreasi dan PT Bintang Raya Lokalestari. Namanya KSO Kiniku Bintang Raya.
Riset apa yang akan digarap di Bukit Algoritma?
Intinya proyek itu terdiri dari tiga tahap. Jadi, ada jenis kelompok riset. Pertama, riset teknologi maju, itu ada 5 sektor. Kelima sektor itu mencakup teknologi kuantum dan kecerdasan buatan, teknologi biologi, kaitannya dengan biologi molukuler, rekayasa genetik, neuro sains.
Lalu, ada pertanian, teknologi nano untuk pengobatan. Kemudian ada energi seperti EV battery (baterai kendaraan listrik) dan EBT (energi baru terbarukan). Teknologi untuk buat bahan-bahan mesin cerdas lainnya. Itu lima risetnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian dari 5 riset itu ada riset turunannya. Salah satunya kita akan buat center for areal and space exploration studies. Ini untuk mengkaji dan membuat satelit nano ukuran kecil. Kemudian akan dibuat juga riset drone kargo yang akan diproyeksikan untuk jarak 500 kilometer.
Jadi ada berapa tahap?
Tahap pertama itu tiga tahun dibangun itu untuk 5 riset studi tadi dengan penambahan riset kesehatan, gizi pangan, EBT. Akan ada penginapan dan tourism pendidikan untuk anak sekolah dan mahasiswa.
Tahap kedua lima tahun. Itu kita buat komersial distrik, shopping mall. Tapi mungkin setelah pandemi, yang tahap kedua ini kita tarik ke tahap pertama. Juga akan ada konsep desa masa depan.
Untuk rencana besar ini, butuh berapa tahun membangunnya?
ADVERTISEMENT
Kira-kira 11 tahun. Tapi yang untuk anggaran Rp 18 triliun itu untuk 3 tahun pertama. Kemudian ada beberapa investor dari Timur Tengah, Eropa. Ada yang bangun kawasannya, riset center-nya, dan lain-lain.
Berarti investasi yang dibutuhkan lebih dari Rp 18 triliun?
Iya.
Jika dibangun 11 tahun, dananya bisa lebih dari Rp 18 triliun. Kemungkinan bakal dapat anggaran dari pemerintah?
Ini murni (modal swasta). Tapi kalau misalnya statusnya diatur pemerintah (menjadi Proyek Strategis Nasional) bisa saja dapat insentif untuk investor yang mau kembangkan teknologi baru dan inovatif. Tapi bukan sekadar assembly, harus ada temuan baru dan jadi produk bangsa.
Budiman Sudjatmiko saat diwawancara di kantor Google Indonesia, Jakarta, Sabtu (4/5). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Sejauh ini investor mana saja yang tertarik?
Amerika Serikat sudah komitmen, Timur Tengah juga, bahkan mereka minta ke sana. Ada dua kelompok, ada yang mau ke sini, ada yang kita diminta ke sana.
ADVERTISEMENT
Dari China juga ada. China sudah kirim surat, bahkan tadinya mereka tawarkan jadi kontraktor juga. Tapi kita lebih milih BUMN dalam negeri, PT Amarta Karya. Jadi kita yang mengerjakan konstruksinya, kita bawa duitnya (investor) masuk sini.
Kenapa memilih lokasi di Sukabumi?
Itu karena dalam tanda kutip "tanahnya" diserahkan ke saya (oleh PT Bintang Raya Lokalestari). Jaraknya dekat dari Jakarta. Kalau tol ruas kedua Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi) Agustus tahun ini selesai, jaraknya cuma 1,5 jam dari Jakarta.
Kawasannya juga sejuk, berbukit-bukit, masih ada kabut kalau pagi. Enak lah. Kayak pusat riset lah tapi untuk riset bisnis. Kayak UI Depok, tapi bukan kampus.
Lahan 888 hektar itu tadinya lahan sawit?
Ini lahan Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Usaha. Tapi bukan lahan PTPN. Lahannya perkebunan, ada sawit juga. Sebagian tanamannya juga dipertahankan karena akan jadi riset untuk teknologi pengobatan.
ADVERTISEMENT
Lahannya punya PT Bintang Raya Lokalestari. Investor nanti beli atau sewa?
Penggunanya boleh sewa atau beli, nanti profit sharing. Kita bebaskan. Mau beli, sewa, atau gratis boleh tapi bagi untung dengan KSO-nya.
BUMN yang dilibatkan cuma Amarta Karya?
Banyak sebenarnya kita tawarkan, tapi Amarta yang paling rajin. Kita tawarkan ke BUMN karya juga. Ini paralel, untuk konstruksi fisiknya Amarta.