Polling: Stasiun Karet Mau Ditutup, Anda Setuju?

4 Januari 2025 16:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di Stasiun Karet. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Stasiun Karet. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap Stasiun KRL Karet rencananya akan ditutup tahun ini. Keputusan itu merupakan usaha melancarkan konektivitas antarstasiun yang saling berdekatan.
ADVERTISEMENT
Posisi stasiun Karet berdekatan dengan Stasiun Kereta Bandara BNI City dan Stasiun KRL Sudirman. Karena itu, Erick menilai keberadaan Stasiun Karet tak lagi efektif untuk naik-turun penumpang.
“Yang dibilang kan, bagaimana kita membangun ekosistem stasiun ini. Mungkin di Karet ditutup,” kata Erick kepada wartawan di Stasiun BNI City, Jakarta, Rabu (1/1) dikutip Kamis (2/1).
Terbaru, KAI Commuter selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta, menegaskan tidak langsung menutup operasional Stasiun Karet dalam waktu dekat.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus memaparkan rencana tersebut masih dalam proses kajian, serta membutuhkan pembahasan mendalam dengan regulator dan berbagai pihak terkait.
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Deddy Herlambang, menyatakan penutupan Stasiun Karet berdampak positif dalam konteks makro pengelolaan transportasi di Jakarta. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan konsep Transit Oriented Development (TOD) yang dirancang untuk mendukung integrasi kawasan dan mengoptimalkan perjalanan kereta.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebutkan perubahan ini mungkin terasa sulit bagi pengguna yang sudah terbiasa turun dan naik di Stasiun Karet. Namun, penyesuaian akan terjadi seiring waktu, baik dari trayek angkutan umum hingga pola perjalanan masyarakat.
Sementara itu, Aris Dhanu, seorang pengguna setia KRL, mengungkapkan penutupan Stasiun Karet akan berdampak langsung pada efisiensi ketika berpindah moda transportasi. Dia mengaku harus jalan jauh jika ingin menggunakan Jaklingko atau Transjakarta. Jarak tambahan ini tidak hanya meningkatkan waktu tempuh, tetapi juga berpotensi memperburuk kenyamanan perjalanan harian para komuter.