Rachmat Gobel Disuguhi Mi Instan Singkong: Enak, Lembut, Bisa Tekan Impor Gandum

27 Juli 2022 9:17 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua DPR RI Koordinasi Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel menyantap mi instan berbahan baku singkong, di Jakarta. Foto: DPR Korinbang/Antara
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua DPR RI Koordinasi Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel menyantap mi instan berbahan baku singkong, di Jakarta. Foto: DPR Korinbang/Antara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perang Rusia-Ukraina bikin pasokan gandum ke pasar dunia tersendat dan berpotensi memicu krisis pangan. Apalagi Ukraina termasuk eksportir terbesar gandum dunia, termasuk ke Indonesia. Di dalam negeri, gandum jadi bahan baku makanan populer, yakni mi instan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah itu, Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang), Rachmat Gobel, mendorong pengembangan olahan pangan dari bahan baku lokal. Gandum misalnya, bisa digantikan dengan singkong untuk bahan baku berbagai makanan olahan seperti mi instan.
"Mi instan dari singkong rasanya enak, lembut, dan juga sehat. Nyaman di perut," kata Rachmat Gobel usai usai menikmati sajian mi instan berbahan baku singkong di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (26/7).
Politisi Partai Demokrat itu bahkan tak hanya menghabiskan satu cup mi instan singkong. Dia menambah dengan mi instan singkong dalam kemasan bungkusan. Tak hanya Rachmat Gobel, Anggota Komisi XI DPR Charles Meikyansyah dan Anggota Komisi VI DPR Subardi, juga ikut menikmati hidangan mi berbahan baku singkong tersebut.
Produsen menjemur singkong untuk bahan mie "mocaf" atau tepung singkong di Singkil, Karanggeneng, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (27/6/2022). Foto: Aloysius Jarot Nugroho/Antara Foto
Mi instan berbahan baku singkong itu diproduksi oleh Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI). Ramai-ramai makan mi instan singkong berlangsung, saat pimpinan dan anggota DPR itu menerima kunjungan Pengurus IPHI.
ADVERTISEMENT
"Inovasi ini patut disambut dengan gembira. Apalagi dipromosikan sebagai mi sehat," kata mantan Menteri Perdagangan itu.
Selama ini, lanjut Rachmat Gobel, publik lebih mengenal mi berbahan baku gandum. "Di tengah perubahan iklim dan konflik Rusia-Ukraina, inovasi mi berbahan lokal ini menjadi bermakna strategis. Karena dunia sedang dihadapkan pada masalah ketersediaan pangan," katanya.
Penggunaan bahan baku lokal seperti singkong ini, lanjutnya, akan bagus untuk para petani dan memiliki dampak pada ekonomi nasional,serta berpengaruh terhadap pemerataan ekonomi, dan akan membantu UMKM untuk memasok beragam bahan pendukung lainnya.
"Saya harap ini bisa ditiru oleh produsen mi instan lain agar beralih dari gandum ke penggunaan bahan baku lokal," ujar Rachmat Gobel.
Mi instan merupakan makanan populer di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini membuat produsen membuat ragam produk mi instan. Foto: Athit Perawongmetha/REUTERS
Menurutnya, ke depan pangan akan menghadapi masalah akibat perubahan iklim dan juga akibat konflik global. Saat ini saja, lanjutnya, harga-harga kebutuhan pangan melonjak akibat kekurangan pasokan karena gagal panen dan kesulitan distribusi akibat konflik antarnegara.
ADVERTISEMENT

Indonesia Pelahap Mi Instan Terbesar ke-2

Indonesia adalah negeri pengonsumsi mi instan terbesar kedua di dunia, setelah China. Berdasarkan data World Instant Noodles Association, pada 2021 konsumsi mi instan di Indonesia mencapai 13,27 miliar bungkus.
Sedangkan berdasarkan data BPS, secara rata-rata dalam setahun tiap penduduk Indonesia mengkonsumsi 48 bungkus mi instan. Hal ini menunjukkan pangsa pasar mi instan di Indonesia sangat besar.
Pada kesempatan itu Rachmat Gobel menyarankan pengembangan produk mi instan dari singkong, agar menyertakan koperasi. "Agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi sebagai investor. Biasakan libatkan masyarakat dalam bentuk koperasi," katanya.