Sebelum Koleksi Saham Bukalapak, Ini yang Harus Diperhatikan Investor Pemula!

16 Juli 2021 15:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo baru Bukalapak. Foto: Bukalapak
zoom-in-whitePerbesar
Logo baru Bukalapak. Foto: Bukalapak
ADVERTISEMENT
Bukalapak segera Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nama emiten BUKA. Langkah yang diambil Bukalapak dengan menjadi perusahaan terbuka tentu bisa saja menarik investor, khususnya para pemula.
ADVERTISEMENT
Analis Erdikha Elit Sekuritas, Regina Fawziyah, memberikan pandangannya mengenai peluang termasuk cuan bagi investor pemula yang mau membeli atau koleksi saham Bukalapak.
"Kemudian potensi cuan apabila membeli saham Bukalapak? Bukalapak ini kan merupakan salah satu perusahaan e-commerce yang sudah melantai di bursa baru-baru ini. Posisi Bukalapak berdasarkan market share jika dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya yakni berada di posisi ke-4 setelah Tokopedia," kata Regina saat dihubungi, Jumat (16/7).
"Kemudian jika kita lihat berdasarkan public expose Bukalapak 2020 CAGR (Compound Annual Growth Rate) dia naik hingga 115 persen kalau dilihat berdasarkan revenue atau pendapatan dari Bukalapak itu sendiri," tambahnya.
Namun, Regina mengungkapkan beban yang dikeluarkan Bukalapak cukup besar terutama untuk marketing atau pemasarannya. Sehingga secara laba operasi Bukalapak masih mencatatkan loss atau rugi sebesar Rp 1,84 triliun dari revenue Rp 1,35 triliun.
ADVERTISEMENT
"Sehingga dapat dikatakan bahwa dari pendapatan yang ada itu belum meng-cover dari beban yang dikeluarkan oleh Bukalapak terutama untuk marketing-nya. Bahkan untuk 2020 juga Bukalapak masih mencatatkan net loss for the year-nya sebesar 1.35 T," ungkap Regina.
Ilustrasi Bukalapak. Foto: Shutter Stock
Regina menjelaskan net loss-nya terlihat lebih besar dibandingkan dengan operating loss. Menurutnya hal itu karena pada 2020 ada income tax benefit sebesar Rp 483,1 miliar. Lalu dari sisi cashflow, operating cashflow Bukalapak di tahun 2020 juga negatif.
"Dari kas dan setara kasnya juga terlihat tumbuh dari tahun 2019 hingga 2020. Namun pertumbuhan tersebut lebih karena dari pendanaan bukan dari operating dia. Dan kalau kita lihat berdasarkan rasio likuiditas yang mana membandingkan aset lancar dengan utang lancar dia itu didapat sebesar 2 kali. Artinya aset lancar dia masih 2 kali lebih besar dari utang lancarnya. Hal ini menandakan bahwa dari sisi balance sheet cenderung sehat sebenarnya," ujar Regina.
ADVERTISEMENT
Regina menganggap harga yang ditawarkan Bukalapak saat IPO terhitung mahal. Meski begitu, ia merasa masyarakat tetap bakal banyak tertarik mengoleksi saham Bukalapak.
Berdasarkan perspectus yang diterbitkan perseroan, dijelaskan bahwa Bukalapak bakal melepas sebanyak lebih dari 25 miliar atau tepatnya sebanyak 25.765.504.851 lembar saham biasa.
Adapun harga saham dalam pelaksanaan IPO Bukalapak ditawarkan dalam kisaran harga Rp 750 hingga Rp 850 per lembar saham. Dengan harga penawaran awal tersebut, startup marketplace ini menargetkan meraup dana sebesar Rp 21,9 triliun.
"Artinya dari sisi harga saat IPO memang cenderung mahal, dan dilihat dari kondisi laporan keuangannya juga cenderung masih kurang baik karena masih rugi dalam beberapa tahun terakhir. Namun karena minat investor akan saham unicorn seperti Bukalapak ini cukup besar, maka kemungkinan pada awal IPO Bukalapak yang dilaksanakan dengan sistem yang berbeda (tidak melalui e-ipo) ini harga sahamnya berpotensi naik namun cenderung masih jangka pendek," tutur Regina.
ADVERTISEMENT
"Sehingga menurut kami apabila investor ingin membeli sahamnya untuk tujuan investasi jangka panjang maka perlu dikaji terlebih dahulu," tambahnya.