Tentang Obsesi Luhut Jadikan RI Produsen Mobil Listrik, Siapa Investornya?

18 Desember 2020 8:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luhut Binsar Pandjaitan meninjau KRI Bima Suci. Foto: Ela Nurlaela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Luhut Binsar Pandjaitan meninjau KRI Bima Suci. Foto: Ela Nurlaela/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menilai Indonesia punya potensi besar menjadi produsen mobil listrik atau kendaraan listrik pada umumnya. Hal itu berulang kali dilontarkan Luhut, hingga telah jadi semacam obsesi.
ADVERTISEMENT
Apalagi, Indonesia punya potensi nikel yang besar, sebagai bahan baku utama baterai untuk suku cadang utama kendaraan listrik. Tak sebatas itu, Luhut dan bahkan Presiden Jokowi sendiri, langsung melobi investor dan pelaku-pelaku utama di industri kendaraan listrik ini. Termasuk bos Tesla, produsen mobil listrik terkemuka asal Amerika Serikat, Elon Musk.
"Kedua belah pihak bertukar pandangan mengenai industri mobil listrik dan komponen utama baterai listrik. Selain itu, Presiden RI Joko Widodo juga mengajak Tesla untuk melihat Indonesia sebagai launching pad Space X," kata Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi menjelaskan perbincangan telepon antara Presiden Jokowi dan Luhut dengan Elon Musk, Sabtu (12/12).
Obsesi untuk menjadikan Indonesia pusat industri kendaraan listrik dunia, kembali dilontarkan Luhut di acara public launching kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), Kamis (17/12). Menurutnya, potensi tersebut telah menarik minat sejumlah investor asing menanamkan modalnya di Indonesia.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menunjukkan mobil listrik saat diluncurkan sebagai kendaraan dinas Kementerian Perhubungan di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (16/12). Foto: Dok. Istimewa
"Potensi Indonesia sebagai produsen kendaraan bermotor listrik berbasis baterai sangatlah besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa investor asing yang telah menanamkan sahamnya untuk memproduksi KBLBB," kata Luhut.
ADVERTISEMENT
Sejumlah investor asing yang dimaksud, di antaranya Hyundai asal Korea Selatan, yang telah melakukan investasi untuk membangun basis kendaraan listrik di Indonesia; BYD asal China, yang telah memulai penggunaan kendaraan bus listrik; hingga sejumlah investor asing lain seperti CATL asal China dan LG Chem asal Korea Selatan yang disebut Luhut tengah berminat untuk membangun industri baterai untuk kendaraan listrik di dalam negeri.
"Produsen mobil listrik Tesla juga sudah menyampaikan minat yang kuat untuk berinvestasi di Indonesia dan mereka akan melakukan kunjungan pada nanti tahun depan bulan Januari," imbuh Luhut.
Selain diminati investor luar negeri, Luhut mengatakan minat pengembangan industri kendaraan listrik berbasis baterai juga datang dari dalam negeri. Saat ini telah hadir sejumlah industri kendaraan listrik sepeda motor listrik Gesits hingga bus listrik produksi PT Mobil Anak Bangsa dan PT INKA (Persero).
Bus listrik yang dipajang dalam konferensi pers Jakarta Formula E-Prix di Lapangan Monas, Jakarta, Jumat (20/9/2019). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Luhut menambahkan implementasi KBLBB diharapkan menjadi solusi kebutuhan transformasi energi yang akan mendorong pemulihan ekonomi ke depan, termasuk soal defisit neraca perdagangan akibat tingginya impor BBM.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Indonesia juga dinilai memiliki suplai energi listrik yang belum dioptimalkan penggunaannya. Dengan sumber daya mineral yang melimpah diharapkan bisa menjadi faktor pendukung untuk mendorong peningkatan investasi di sektor otomotif.
"Seluruh kekayaan alam ini harus dapat kita satukan dalam semangat menciptakan nilai tambah bagi Indonesia untuk menjadi bagian dari global supply chain (rantai pasok global) baik untuk industri baterai maupun industri kendaraan bermotor listrik berbasis baterai," kata Luhut.
Saat ini juga telah dibentuk Indonesia Battery Holding (IBH) yang merupakan gabungan dari beberapa BUMN yaitu MIND ID, PT Pertamina, PT PLN, dan PT Aneka Tambang yang nantinya akan mengolah produk nikel dari hulu ke hilir hingga menjadi produk baterai kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT