Virus Corona Belum Usai, Bahaya Kelaparan Mengintai

27 April 2020 3:30 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Potret kemiskinan di Indonesia. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi virus corona COVID-19 telah mengancam asasi paling dasar bagi setiap manusia, yakni hak untuk hidup. Secara global, lebih dari 200 ribu jiwa melayang akibat serangan virus tersebut. Tak sampai di situ, kini kelaparan juga jadi ancaman ikutan yang mengintai nyawa ratusan juta penduduk dunia.
ADVERTISEMENT
Direktur Program Pangan Dunia atau World Food Programme (WFD), David Beasley, bahkan menyebut 265 juta penduduk dunia terancam kelaparan sebagai dampak dari pandemi virus corona.
Hal ini sudah disadari oleh lembaga PBB yang mengurusi pangan dan pertanian, Food and Agriculture Organization atau FAO. Mereka menggelar pertemuan tak terjadwal bersama menteri-menteri pertanian negara G20, pada Selasa (21/4). Pertemuan itu juga dihadiri perwakilan WFP, Bank Dunia, dan Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian (International Fund for Agricultural Development/ IFAD).
“Pandemi virus corona memberikan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dampak sosial-ekonominya mendalam dan global. Kita membutuhkan tindakan bersama dan tegas, termasuk oleh G20, yang menteri pertaniannya saya temui hari ini. Kita harus menjaga rantai pasokan pangan dan memastikan produksi serta ketersediaan pangan untuk semua,” kata Direktur Jenderal FAO, QU Dongyu dalam pernyataan resmi usai pertemuan itu.
ADVERTISEMENT
Dongyu pun membandingkan situasi saat ini, dengan kondisi 2007-2008 saat dunia dilanda perubahan cuaca ekstrem. Tak lama berselang, kondisi diperparah dengan krisis finansial global yang berdampak hingga 2009.
Menurutnya, sejumlah negara merespons dampak perubahan cuaca ekstrem dengan kebijakan yang didorong oleh kepanikan. Seperti larangan ekspor di negara-negara produsen pangan, pada sisi lain ada permintaan impor besar-besaran dari negara kaya untuk mengamankan stok pangan mereka. Kondisi ini telah meningkatkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan pangan dunia.
Warga melintas di dekat tambak yang kering akibat musim kemarau di kawasan Ladong, Aceh Besar, Aceh, Selasa (9/7/2019). Foto: ANTARA FOTO / Irwansyah Putra
“Dampaknya sangat merusak, terutama bagi negara-negara miskin yang sangat bergantung pada impor bahan pangan,” ujar Dongyu. “Ini juga menyulitkan upaya organisasi-organisasi kemanusiaan untuk mendapatkan pasokan, agar bisa membantu negara miskin.”
Mereka yang Terancam Krisis Pangan Dunia:
ADVERTISEMENT
2019 (Sebelum Pandemi Virus Corona)
2020 (Pandemi Virus Corona)
Bersamaan dengan pertemuan menteri-menteri pertanian negara G20 yang diselenggarakan FAO, lembaga Global Report on Food Crisis (GRFC) yang di dalamnya juga tergabung FAO dan WFP, merilis laporan terbaru soal ancaman krisis pangan pada Selasa, (21/4).
Dalam laporan yang disusun dari hasil studi sepanjang 2019, didapati ada 135 juta penduduk dunia yang mengalami krisis pangan akut. Mereka tersebar di 55 negara. Laporan ini juga mengungkap sebanyak 75 juta anak-anak mengalami stunting atau kerdil, dan 17 juta lainnya mengalami gizi buruk.
ADVERTISEMENT
Yang ditekankan GRFC dalam laporan terbaru yang dirilisnya itu, bahwa mereka belum memperhitungkan dampak virus corona. “Krisis pangan sebagai dampak virus corona COVID-19 menimbulkan risiko baru bagi negara-negara yang rentan,” demikian dinyatakan GRFC dalam laporannya.
Jokowi Ingatkan Ancaman Krisis Pangan
Presiden Joko Widodo melihat beras yang sudah dikemas di Gudang Bulog Kelapa Gading. Foto: Dok. Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden
Kekhawatiran dan peringatan lembaga-lembaga pangan dunia itu soal ancaman kelaparan, telah disebarkan ke seluruh negara, termasuk Indonesia. Bukan tanpa alasan jika Presiden Jokowi pun mengingatkan ancaman krisis pangan sebagai dampak dari pandemi virus corona.
“Peringatan dari FAO agar betul-betul kita perhatikan, bahwa pandemi COVID-19 ini bisa berdampak pada kelangkaan pangan dunia atau krisis pangan dunia. Ini betul-betul harus kita pastikan," kata Jokowi dalam rapat terbatas secara online, Senin (13/4).
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, mungkin panen pada musim ini masih baik. Namun, Jokowi mengingatkan panen di semester kedua nanti bisa saja bermasalah. Hal inilah yang harus menjadi perhatian seluruh kepala daerah.
"Tapi panen pada penanaman yang bulan Agustus, September nanti betul-betul dilihat secara detail sehingga tidak mengganggu produksi, rantai pasok maupun distribusi dari bahan-bahan pangan yang ada," tutup Jokowi.
Untuk mengetahui langkah antisipasi krisis pangan seperti yang disinyalir Presiden Jokowi, kumparan menghubungi Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Henriadi, pada Rabu (22/4). Tapi pesan singkat kumparan hanya dibaca, tak direspons.
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
*****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.