Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Ajax vs Madrid: Tentamen untuk 'de Godenzonen'
13 Februari 2019 19:56 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB

ADVERTISEMENT
Empat belas tahun lamanya penantian Ajax Amsterdam untuk mengulangi kesukesan mereka menembus babak 16 besar Liga Champions. Namun, mereka tak bisa berleha-leha terlalu lama. Real Madrid sudah siap menyatroni Johan Cruyff Arena, Kamis (14/2/2019) dini hari WIB, pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, Madrid lebih diunggulkan. Mulai dari kualitas skuat dan rekam jejak kesuksesan--menjadi juara--dalam tiga edisi ke belakang. Namun, jangan salah, Ajax bukan tim sembarangan karena menjadi salah satu dari lima kontestan yang tak tersentuh kekalahan di fase grup.
Bahkan, mereka berhasil dua kali menahan imbang Bayern Muenchen. Produktivitas jadi nilai plus dari tim besutan Erik ten Hag tersebut. Bukti yang tertuang lewat 11 gol berhasil mereka sarangkan dari 6 pertandingan.
Secara garis besar, Ajax tak banyak mengalami perubahan dibanding musim lalu. Ten Hag, salah satu mantan anak buah Pep Guardiola, nyaris tak pernah beranjak dari pakem 4-3-3. Well, format yang juga dipakai Peter Bosz musim lalu.
ADVERTISEMENT
Bedanya, kini de Godenzonen cenderung memaksimalkan para pemain mudanya yang kian matang. Frenkie de Jong serta Donny van de Beek kini dipercaya menemani Lasse Schoene di sektor gelandang.
Ketiganya juga mengemban tugas yang berbeda-beda. De Jong dan Van de Beek diutus untuk mengalirkan bola ke trisula lini depan, sedangkan Schoene berposisi lebih dalam untuk melindungi back-four. Peran pemain asal Denmark itu menjadi makin penting saat Ajax tengah dalam mode menyerang. Pasalnya, De Jong serta Van de Beek diberi kebebasan untuk membantu serangan.
Pasalnya, kedua gelandang tersebut tergolong mahir dalam mendistribusikan aliran bola--bagian penting dalam sistem ball possession yang diusung Ajax. Itulah mengapa Van den Beek dan De Jong diperbantukan ke lini depan, demi memaksimalkan pasokan bola ke sektor penyerang. Jadi cukup masuk akal bila Van den Beek sudah mengemas 5 gol dan 6 assist di pentas Eredivisie musim ini.
ADVERTISEMENT
Beruntungnya, Ajax mempunyai banyak pemain yang memiliki atribut agresif. Selain trio reguler lini depan: Dusan Tadic, Kasper Dolberg, dan Hakim Ziyech, mereka dibantu oleh Nicolas Tagliafico dan Noussair Mazraoui. Hebatnya lagi, dua nama yang disebut terakhir bila ditotal berhasil menceploskan 5 gol di pentas Liga Champions--setara dengan torehan Tadic. Itu belum dihitung dengan Daley Blind dan Matthijs de Ligt yang juga bisa menjadi alternatif pencetak gol.
Kendati demikian, kecemerlangan Ajax sedang luntur baru-baru ini, tepatnya dalam lima laga teraktual. Cuma dua kemenangan yang mampu mereka petik, sedangkan dua lainnya berujung kekalahan dan sisanya berakhir imbang. Parahnya lagi, mereka kebobolan rata-rata 2,4 gol per laga dalam rentang waktu tersebut--termasuk saat dilibas Feyenoord Roterdam 6-2.
ADVERTISEMENT
Kekalahan telak atas musuh bebuyutan itu menggambarkan bagaimana bobroknya barisan pertahanan Ajax, baik itu dari serangan balik serta celah yang menganga dari sektor full-back. Hal itu tak terkait erat dari skema penguasaan bola dan agresivitas masif yang diusung Ajax itu sendiri.
Giovanni van Bronckhorst saat itu memang mengutus anak asuhnya untuk melakukan pressing tinggi kepada sektor-sektor vital Ajax. Ziyech, Dolberg, dan Tadic bila dikalkulasi telah berbuat 11 kesalahan yang berbuah turnover. Sementara Mazraoui yang jadi jalur serangan dari sisi kanan, tercatat telah kehilangan 6 kali penguasaan bola.
Masalahnya, Madrid merupakan salah satu kesebelasan yang paling piawai soal pressing dan perkara memanfaatkan serangan balik. Menurut WhoScored, El Real merupakan klub ketiga terbanyak yang berhasil mengonversi serangan balik menjadi gol--setelah Manchester City dan Paris Saint-Germain.
ADVERTISEMENT
Selain itu, gerombolan Santiago Solari tersebut sedang bagus-bagusnya karena tak terkalahkan dalam 7 duel terakhirnya di lintas ajang. Rinciannya, 6 kali menang dan sekali imbang (melawan Barcelona).
Menariknya, bukan Gareth Bale yang jadi pemicu tren positif Madrid, tetapi Vinicius Junior yang sukses jadi andalan anyar mereka.
Duel melawan Atletico Madrid akhir pekan lalu jadi kontribusi teraktualnya. Pemuda berusia 18 tahun itu terlibat dalam kemenangan Madrid pada laga bertujuk El Derbi Madrileno itu, khususnya dengan kemampuan dribelnya. Gol kedua Madrid yang lahir dari eksekusi penalti Sergio Ramos berawal dari pelanggaran yang dilakukan Jose Gimenez kepada Vinicius.
Spesiasilasi semcam ini yang nantinya bakal mendatangkan momok bagi Ajax nanti. Vinicius tak sendirian, ia akan dibantu Lucas Vazquez di sisi seberang--keduanya mengapit Karim Benzema sebagai penyerang tengah.
ADVERTISEMENT
Tentu yang tak kalah penting, ya, trio lini tengah yang dihuni Luka Modric, Casemiro, dan Toni Kroos. Selain menjadi pengatur serangan Madrid, ketiganya berperan vital untuk mengebiri build-up serangan Ajax. Bila langkah ini sukses, bisa dipastikan Madrid akan menggamit kemenangan dari lawatannya ke Amsterdam.