Atalanta di Liga Champions: Bisa Apa, sih, Mereka?

1 Oktober 2019 13:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Atalanta masih kukuh di papan atas Serie A. Foto: Atalanta Bergamasca Calcio
zoom-in-whitePerbesar
Atalanta masih kukuh di papan atas Serie A. Foto: Atalanta Bergamasca Calcio
ADVERTISEMENT
Tak banyak pelatih yang tetap vokal melontarkan kritik meski timnya meraih kemenangan telak. Gian Piero Gasperini, pelatih Atalanta, adalah salah satunya. Usai Atalanta menang 4-1 atas Sassuolo di Serie A akhir pekan lalu Gasperini justru mengeluh.
ADVERTISEMENT
"Aku marah karena ketika unggul 4-0 kami tak melakukan hal yang benar. Kami sebenarnya tak berniat terus menekan, tetapi melepas kaki dari pedal gas sepenuhnya juga bukan hal bijak," kata Gasperini seperti dilansir oleh DAZN.
Gasperini punya alasan untuk marah. Pasalnya, pertandingan melawan Sassuolo itu bukanlah laga final. Masih ada pertandingan-pertandingan lain yang harus dihadapi oleh Atalanta. Paling dekat, mereka akan menjamu Shakhtar Donetsk di Liga Champions pada Selasa (1/10/2019) malam WIB.
Laga melawan Shakhtar itulah yang jadi pusat perhatian Gasperini. Pelatih berusia 61 tahun itu tak mau lagi Atalanta jadi bulan-bulanan di Liga Champions. Oleh karenanya, dia ingin agar para pemainnya melewati pertandingan melawan Sassuolo dengan kondisi sebugar mungkin.
ADVERTISEMENT
Gasperini sendiri menurunkan sejumlah pemain kunci pada laga kontra Sassuolo itu, termasuk kapten tim Papu Gomez yang mencetak dwigol dan striker Duvan Zapata yang sukses mencetak gol lewat sundulan. Akan tetapi, dia juga menyimpan sejumlah nama macam Marten de Roon dan Pierluigi Gollini.
Pendek kata, Gasperini sudah berusaha untuk mempersiapkan laga melawan Shakhtar bahkan ketika timnya berhadapan dengan Sassuolo. Kemarahannya muncul karena usaha itu seperti tidak diindahkan oleh para pemain yang kerap membuat kesalahan sehingga tenaganya terkuras percuma.
Faktanya adalah Atalanta memang butuh kemenangan di Liga Champions. Kemenangan telak, kalau bisa, karena di pertandingan pertama mereka kalah 0-4 dari Dinamo Zagreb. Kekalahan tersebut membuat Atalanta kini terpuruk di dasar klasemen Grup C.
ADVERTISEMENT
Bagi Atalanta, kalah telak dari tim seperti Dinamo memang memalukan. Apalagi, kekalahan itu terjadi di laga debut Liga Champions mereka. Menghadapi Shakhtar, Gasperini ingin agar itu tidak terjadi lagi. Terlebih, nanti mereka akan bertanding di San Siro yang merupakan salah satu tempat suci sepak bola Eropa.
Dalam konferensi pers sebelum pertandingan Gasperini berkata bahwa Atalanta sudah banyak belajar dari kekalahan melawan Dinamo tadi. Buktinya bisa disaksikan dalam tiga pertandingan terakhir La Dea di Serie A. Mereka sukses meraup tujuh poin dan kini duduk di urutan ketiga.
Konsistensi di Serie A itulah alasan kenapa Atalanta tidak bisa dicoret begitu saja meskipun kalah telak pada pertandingan pertama. Nah, tentunya, ada penjelasan di balik konsistensi tersebut dan di sini kumparanBOLA akan menjabarkan pelan-pelan rahasia di balik kehebatan klub asal Bergamo tersebut.
ADVERTISEMENT
Kau bilang 'kehebatan Atalanta'. Gimana kalau kita mulai dulu dari sana? Sehebat apa mereka?
Kita mulai dari yang simpel dulu, ya. Sebelumnya kami sudah bilang kalau Atalanta ada di peringkat tiga Serie A. Dari enam pertandingan mereka sudah menang empat kali, main imbang sekali, dan kalah sekali. Catatan gol mereka juga sementara ini yang terbanyak di Serie A, sama dengan Napoli. Sudah 15 gol sukses mereka bikin.
Nah, perlu kalian ketahui, musim lalu Atalanta ini sukses jadi tim yang paling produktif di Serie A. Mereka berhasil mencetak 77 gol, lebih banyak dari punya Juventus (70) dan Napoli (74). Sejauh ini, catatan itu masih bisa mereka ulangi. Artinya, bukan kebetulan Atalanta musim lalu bisa finis di papan atas.
ADVERTISEMENT
Okay, we're sold. Tapi, apa sebenarnya yang bikin mereka bisa jadi seperti itu? Kesannya, kok, ujug-ujug mereka ini jadi hebat. Padahal, 'kan, dulunya mereka ini bapuk. Apa yang bikin mereka jadi seperti ini?
Pertanyaan ini membuat kami yakin bahwa kalian tidak pernah membaca ulasan kumparanBOLA. Kami sudah pernah secara khusus membahas mereka. Enggak cuma mereka, malah, tapi juga Gasperini kami ulas secara mendalam. Mendingan kalian baca dulu, deh, dua artikel ini. Kalau sudah, ayo berbincang lagi.
*An eternity later*
Done! Oke, kami sudah paham. Tapi, itu 'kan bahasannya cuma di Serie A, musim lalu pula. Sekarang ayo kita bicara soal Atalanta musim ini dan kans mereka di Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Well, what do you wanna know?
Lawan Shakhtar, sebesar apa kans mereka menang?
Hmm, ini pertanyaan yang sulit dijawab karena Shakhtar sendiri bukan tim yang mudah ditebak. Yang jelas, mereka punya pemain-pemain bagus dan gaya bermainnya tidak pernah berubah dari musim ke musim. Sejak dilatih Mircea Lucescu mereka sudah bermain dengan pakem 4-2-3-1 dan itu bertahan sampai sekarang.
Di Shakhtar, kuncinya adalah kecepatan bergerak secara vertikal. Mereka punya Taison, Yevhen Konoplyanka, Dodo, dan Ismaily yang bisa diandalkan untuk mengeksplotasi ruang. Buat Atalanta, ini berbahaya karena menghadapi Dinamo Zagreb lalu mereka kalah karena tidak bisa menghadapi tekanan lawan dengan baik.
Jadi, Atalanta bakal kalah lagi?
We didn't say that...
Well, jadi gimana, dong?
ADVERTISEMENT
Atalanta jelas kaget dengan intensitas permainan tim-tim di Liga Champions. Jangankan Atalanta. Tim sekelas Juventus saja masih sering kesulitan berhadapan dengan lawan yang agresif di Liga Champions. Tapi, Gasperini bilang Atalanta sudah banyak belajar dan kami pikir mereka bakal menunjukkan permainan berbeda nantinya.
Berbeda?
Ya, Atalanta bakal meladeni permainan lawan dengan lebih berani dan lebih agresif. Di Liga Champions, kuncinya adalah inisiatif. Itulah kenapa Max Allegri dipecat Juventus dan posisinya digantikan Maurizio Sarri. Gasperini seharusnya tahu itu dan kami rasa dia bukan keledai yang bakal jatuh di lubang yang sama dua kali.
Tapi, tentunya, ini bakal sangat bergantung pada pemain-pemain Atalanta sendiri. Faktor mental jelas akan berpengaruh. Supaya bisa menjalankan instruksi Gasperini dengan baik, pemain-pemain Atalanta tidak boleh lagi menghadapi pertandingan dengan gugup. Kalau mereka gugup, itu artinya sudah kalah sebelum bertempur.
ADVERTISEMENT
Bicara soal pemain, siapa saja, sih, yang sekiranya bisa diharapkan Atalanta buat memenangkan mereka?
Well, yang jelas ada Gomez dan Zapata yang bikin gol ke gawang Sassuolo kemarin. Gomez ini pemain depan komplet yang bisa mencetak gol dan jadi kreator permainan. Keunggulan utamanya ada di teknik, kecepatan, dan visi. Dia ini semacam Lionel Messi-nya Atalanta.
Kemudian, ada Zapata yang punya kemampuan mumpuni sebagai predator kotak penalti. Pergerakannya sangat bagus, instingnya sangat kuat, dan dia dianugerahi fisik yang kokoh. Dalam kondisi terbaiknya, pemain Kolombia ini bisa bikin malas bek lawan mana pun.
Duvan Zapata melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Sassuolo. Foto: Twitter/Squawka
Kok, penyerang semua?
Ya, sebentar. Kami juga tahu kalau sepak bola enggak cuma dimainkan dua orang, kali.
ADVERTISEMENT
Hmm...
Oke, selain Gomez dan Zapata ada juga De Roon, Hans Hateboer, Robin Gosens, serta Josip Ilicic. De Roon ini gelandang pekerja keras yang bisa melakukan apa pun di lini tengah. Menekel lawan, mengumpan, sampai mencetak gol bisa dia lakukan. Enggak heran kalau sekarang dia jadi penghuni reguler Timnas Belanda.
Lalu, ada Hateboer dan Gosens. Mereka sengaja kami gabungkan karena sama-sama beroperasi sebagai wing-back. Di Atalanta, dua wing-back ini sangat vital karena mereka adalah pemain terlebar.
Sebagai pemain terlebar, Hateboer dan Gosens punya tanggung jawab besar dalam bertahan dan menyerang. Sejauh ini mereka sukses memberi kontribusi konkret dengan torehan 2 gol dan 2 assist. Dua gol itu lahir dari Gosens, sementara Hateboer sudah mencatatkan 2 assist.
ADVERTISEMENT
Terakhir, ada Ilicic. Pemain ini adalah salah satu yang paling underrated di Serie A. Tekniknya sangat bagus, kaki kirinya mematikan, dan dia punya postur tinggi besar yang membuat lawan makin sulit merebut bola darinya. Ilicic ini adalah pendamping dan penyokong utama Gomez dalam membangun serangan tim.
Selain nama-nama itu Gasperini juga punya sejumlah amunisi lain, mulai dari Luis Muriel, Remo Freuler, sampai Mario Pasalic. Plus, jangan lupakan bek kawakan Andrea Masiello yang selama ini jadi konstanta di pertahanan Atalanta.
Andrea Masiello (kiri) berebut bola dengan Blaise Matuidi. Foto: AFP/Marco Bertorello
Nah...
Nah, apa?
Nah, itu 'kan alasan-alasan mengapa mereka bisa jadi begitu hebat. Sekarang, apa yang bakal bikin mereka tersandung?
Pertanyaan bagus. Jadi, apa yang membuat Atalanta ini hebat adalah sekaligus apa yang berpotensi membunuh mereka sendiri. Maksudnya, cara bermain mereka yang begitu agresif dalam menekan lawan itu sesungguhnya menyimpan bahaya sendiri bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Gimana, tuh?
Bisa dilihat di statistik mereka musim ini dan musim lalu. Di Serie A musim lalu mereka memang bisa bikin 77 gol tapi jumlah kebobolannya sampai angka 46. Itu membuat mereka jadi tim dengan pertahanan terburuk di antara tim-tim empat besar. Sekarang pun kondisinya enggak beda jauh.
Dari enam pertandingan Atalanta sudah kemasukan sembilan kali. Sebagai perbandingan, Milan yang duduk di urutan 16 saja baru kebobolan delapan kali. Di jajaran sepuluh besar Serie A sekarang, Atalanta jadi tim dengan pertahanan terburuk kedua bersama Roma.
Pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, tertunduk usai anak-anak asuhnya dihantam Dinamo Zagreb. Foto: AFP/Damir Sencar
Kok, bisa begitu memangnya gimana?
Ini sebenarnya sudah ada di artikel yang kalian baca tadi, tapi biarlah. Kali ini kalian kami maafkan. Sebenarnya ini logika sederhana. Di tim Atalanta ini tidak ada perbedaan antara menyerang dan bertahan. Ketika bertahan mereka menyerang dan begitu pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Mereka melakukan itu lewat tekanan hebat ke kubu pertahanan lawan. Hasilnya, banyak celah yang bisa dieksploitasi lawan dari mereka. Prinsip Atalanta adalah tidak apa-apa lawan mencetak tiga gol karena mereka akan membalasnya dengan empat gol.
Hal itu berbahaya buat mereka. Lagipula, lini belakang mereka punya kekurangan besar dari segi kecepatan. Soal penempatan posisi, bek-bek Atalanta semuanya harus diakui kehebatannya. Tapi, namanya juga manusia tidak akan selalu benar. Ketika mereka sudah salah posisi, bek-bek Atalanta ini biasanya kesulitan mengejar lawan.
Tapi, ini semua bisa diakali jika para pemain Atalanta bisa menguasai bola. Dengan begitu, mereka tidak harus banyak berlari mengejar lawan. Inilah mengapa Gasperini sempat marah ketika Atalanta menang 4-1 atas Sassuolo kemarin. Gol Sassuolo tercipta ketika Atalanta sudah tidak lagi pegang kendali.
ADVERTISEMENT
Berarti kesimpulannya gimana?
Lho, kok, tahu-tahu sudah sampai kesimpulan?
Suporter Atalanta di Bergamo. Foto: AFP/Miguel Medina
Lha, kami ini sudah paham, kok.
Oh, sudah paham? Tumben?
Well, one can learn...
Alright. Jadi, kesimpulannya adalah Atalanta ini punya potensi besar untuk mengejutkan di Liga Champions. Tapi, semua bakal tergantung mereka sendiri. Bukan soal gampang, memang, menaklukkan Liga Champions. Wong, PSG yang tajir melintir itu saja masih enggak becus main di turnamen itu, apalagi Atalanta.
Dari awal Atalanta dijagokan buat jadi pendamping City ke babak 16 besar. Walaupun kalah 0-4 di pertandingan pertama kesempatan mereka buat ke sana masih terbuka lebar. Tapi, supaya bisa mewujudkan itu, mereka harus membangun momentum dulu dengan mengalahkan Shakhtar. Begitu.
Ah, baiklah. Intinya, Atalanta harus bisa mengalahkan diri mereka sendiri. Begitu?
ADVERTISEMENT
Yes, betul sekali.
Oke, kalau begitu kami mau tidur dulu supaya nanti malam bisa begadang.
What???
=====
Atalanta akan menjamu Shakhtar Donetsk di San Siro, Selasa (1/10/2019) malam pukul 23:55 WIB dalam laga pekan kedua fase grup Liga Champions.