Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Profesi wasit di Indonesia mungkin bisa jadi salah satu yang tergolong berisiko. Bagaimana tidak, sang pengadil lapangan hijau kerap menjadi sasaran kekerasan dari para pemain dan ofisial.
ADVERTISEMENT
Pada awal pekan ini, dunia si kulit bundar nasional dihebohkan dengan dugaan penganiayaan yang terjadi kepada wasit bernama Wahyudin di Bekasi. Foto ketika wajahnya diinjak pemain menjadi viral yang akhirnya berujung kepada laporan kepada polisi.
Di Indonesia, kekerasan kepada wasit sejatinya sudah kerap terjadi. Banyak wasit yang pernah mengalami kejadian tak mengenakan itu, termasuk Thoriq Alkatiri.
Saat ini, Thoriq merupakan wasit berlisensi FIFA sekaligus masuk ke dalam jajaran elite AFC. Sejak musim lalu, pria kelahiran Purwakarta ini telah go international dengan menjadi wasit keempat di Liga Champions, memimpin laga AFC Cup, dan menjadi pengadil pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022.
Meski demikian, jalan yang ditempuh Thoriq untuk mendapatkan segala prestasinya itu sama sekali tak mudah. Layaknya wasit lainnya, Thoriq juga pernah mendapatkan perlakuan kasar dari pemain dan ofisial.
ADVERTISEMENT
Salah satu peristiwa yang tak terlupakan terjadi manakala Thoriq memimpin laga derbi Papua antara Persiram Raja Ampat melawan Persipura Jayapura di Sorong dalam pertandingan Indonesia Super League (ISL) 2013.
“Kebetulan, saya pernah menghukum tuan rumah (Persiram) penalti beberapa tahun sebelum pertandingan itu. Ada satu asisten pelatih dari Persiram waktu itu yang sepertinya masih belum terima dengan keputusan saya waktu itu,” ujar Thoriq ketika berbincang dengan kumparan, Rabu (15/7).
Setelah pertandingan, sang asisten pelatih tersebut kemudian mengejar Thoriq. Ketika masih berada di lapangan, kepala bagian belakang Thoriq pun dipukul.
“Pas saya mau balik ke kamar ganti, dari belakang kepala saya dipukul dari belakang. Sempat pusing juga karena keras pukulannya. Saya mau kejar, tapi ditahan sama Polisi Militer yang waktu itu mengawal saya, malah pemain Persipura yang mengejar asisten pelatih itu,” kata wasit terbaik Liga 1 2018 ini.
ADVERTISEMENT
Atas kejadian itu, Thoriq pun membuat surat laporan yang ditujukan kepada Komisi Disiplin (Komdis) PSSI. Alhasil, asisten pelatih itu dihukum, tetapi hanya percobaan.
“Kalau hanya hukuman percobaan sama saja, dia masih bisa mendampingi tim. Namanya percobaan, nanti dia coba-coba pukul lagi, hukumannya juga percobaan lagi,” ucapnya sembari tertawa.
Sejak peristiwa itu, Thoriq mengaku belum merasakan kekerasan fisik lagi. Menurutnya, hal itu didorong dengan kesadaran pemain yang semakin meningkat sekarang.
Tak hanya itu, adanya kontrol dari media sosial (medsos) juga membuat pemain dan ofisial tim berpikir panjang jika ingin melakukan kekerasan terhadap wasit.
“Kalau sekarang, Liga 1 sudah profesional. Penonton juga tidak bodoh, mereka tahu kalau wasit buat kesalahan, tidak perlu sampai begitu (kekerasan). Apalagi, sekarang ada medsos, karier pemain yang seperti itu akan mati dengan sendirinya,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
Live Update