Christian Pulisic Makin Asyik

29 Oktober 2019 18:22 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Christian Pulisic merayakan gol Chelsea di laga melawan Burnley. Foto: Reuters/Lee Smith
zoom-in-whitePerbesar
Christian Pulisic merayakan gol Chelsea di laga melawan Burnley. Foto: Reuters/Lee Smith
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Turf Moor jadi saksi kejayaan Christian Pulisic. Di kandang Burnley itu, dia berhasil mencetak hat-trick pertama dalam kariernya.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan ini menyatakan dua hal. Pertama, eksistensinya sebagai suksesor Eden Hazard. Kedua, soal impaknya kepada performa Chelsea itu sendiri.
Well, kedatangan Pulisic ke Chelsea tak bisa dijauhkan dari Hazard. Tentu, pemain asal Amerika Serikat itu memang diproyeksikan untuk menggantikan pemain terbaik Premier League edisi 2014/15 itu yang diisukan bakal pindah.
Benar kejadian, Hazard akhirnya hengkang ke Real Madrid di awal musim 2019/20 --berbarengan dengan dimulainya masa bakti Pulisic di Chelsea.
Namun, misi Pulisic tidaklah mudah. Kontribusi Hazard mendarah daging di Chelsea. Rata-rata 14 gol dan 8 assist dalam tiga edisi terakhir Premier League jadi buktinya.
Yang bikin Pulisic makin sulit Frank Lampard tak langsung merestuinya untuk bergabung di skuat. Sampai akhirnya, Pulisic menjawabnya akhir pekan lalu. Dipercaya tampil sebagai starter, pemain yang diboyong dari Borussia Dortmund itu menjawabnya dengan lantang.
ADVERTISEMENT
Selain mengantar Chelsea meraih tiga angka, Pulisic juga mencetak rekor sebagai pencetak trigol termuda dalam sejarah Chelsea --mematahkan catatan Tammy Abraham satu setengah bulan lalu.
Pulisic merayakan gol bersama rekan setimnya di Chelsea. Foto: Reuters/Lee Smith
Roberto Martinez, pelatih Tim Nasional Belgia mengutarakan perbedaan mendasar antara Pulisic dengan Hazard. Yang paling kentara adalah aspek kedinamisan.
"(Mereka) sangat berbeda, sangat berbeda. Eden adalah pemain yang bisa berhenti kemudian memutuskan (lebih dulu) bagaimana ia akan mengeksekusi bola dalam situasi satu lawan satu," kata Martinez kepada Goal, Minggu.
"Sementara Christian, saya pikir dia dinamis, dia selalu bergerak. Dia adalah pemain yang lebih suka menerima bola ketika sedang bergerak. Mereka sangat berbeda dalam aspek itu."
Di sisi lain, Martinez tetap tak memungkiri bahwa Pulisic dan Hazard punya benang merah. Keduanya sama-sama piawai dalam melakukan manuver dari sisi sayap --untuk kemudian melancarkan penetrasi ke jantung pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir apa yang mereka lakukan di sepertiga akhir sama persis, pemain yang mampu berpikir dan mengendalikan momen lalu mencetak assist atau gol," lanjut Martinez.
Secara garis besar, Pulisic punya spesialisasi serupa dengan Hazard: Tajam dan punya kemampuan untuk menginisiasi serangan dari sisi sayap. Ini mahal, karena tak semua winger mampu melakukan tugas demikian.
Callum Hudson-Odoi mungkin mampu memenuhi aspek yang terakhir, tapi tidak untuk urusan ketajaman. Pun demikian dengan Pedro Rodriguez yang angin-anginan. Willian Borges jadi paling dekat. Namun, perlu diingat bahwa usia mantan pemain Shakhtar Donetsk itu sudah menginjak kepala tiga.
Gelandang Chelsea Eden Hazard memegang trofi usai merayakan kemenangan Chelsea di Liga Europa 2018/2019, di Stadion Olimpik Baku, Azerbaijan, Kamis (30/5). Foto: AFP/Ozan Kose
Spesifikasi demikian yang membuat Lampard akhirnya memainkan Pulisic sebagai starter saat melawan Burnley. Pertimbangannya, tentu saja, rapatnya barisan pertahanan The Clarets.
ADVERTISEMENT
Sean Dyche mengandalkan garis pertahanan rendah untuk meredam serangan lawan. James Tarkowski cs. juga dituntut disiplin dalam membentuk blok pertahanan. Itulah mengapa Everton yang mengandalkan serangan dari sisi sayap gagal total saat menghadapi mereka di pekan kedelapan.
Lampard tahu betul soal itu. Dibutuhkan kecairan lini depan untuk menembus pertahanan Burnley. Pilihannya, ya, dengan memasang Pulisic.
Lampard menaruh Pulisic sebagai winger kiri, membantu Mason Mount dan Willian untuk bertugas menopang Abraham sebagai striker tunggal.
Namun, pada praktiknya Pulisic diberi peran free-role. Ia dilegalkan untuk bergerak ke kedua sisi. Terpenting, ia diberi kewenangan untuk aktif melakukan gerakan diagonal alias cutting-inside.
Skema itu ditunjang dengan pergerakan Abraham yang aktif bermain lebih dalam. Singkatnya, kombinasi Pulisic-Abraham berhasil membiaskan penjagaan lini depan Chelsea.
ADVERTISEMENT
Tammy Abraham merayakan golnya ke gawang Sheffield United. Foto: Action Images via Reuters/Paul Childs
Lihat saja gol kedua Pulisic ke gawang Nick Pope. Lewat aksi individunya, ia mengacak-acak blok pertahanan Burnley.
Sebenarnya bukan itu kali pertama Lampard memadukan Pulisic-Abraham. Keduanya pernah menjalankan sistem serupa di laga pramusim versus Red Bull Salzburg. Hasilnya tokcer. Pulisic menyumbang 2 dari 5 gol yang dibuat Chelsea.
Oh, ya, satu hal lagi yang membuat Pulisic fit dalam skema Lampard, yakni kemampuannya dalam mengoptimalkan skema serangan balik.
Sementara keberhasilan Pulisic dalam mengonversi counter attack tertuang lewat gol pembuka akhir pekan lalu. Usai mencuri bola dari Matthew Lowton, pemain kelahiran Pennsylvania itu kemudian mengelabui Pope.
Christian Pulisic, andalan anyar Chelsea. Foto: Reuters/Eddie Keogh
Perlu diingat bahwa skema permainan Lampard berbeda dengan Maurizio Sarri. Sekarang sistem permainan Chelsea lebih direct dan lumayan mengandalkan skema serangan balik untuk melancarkan serangan.
ADVERTISEMENT
Nyatanya sudah 3 gol yang berhasil mereka lesakan melalui metode serangan balik --tertinggi di liga bersama Tottenham Hotspur dan Manchester United.
Jadi, sekarang Chelsea mulai bisa bertumpu kepada Pulisic untuk mendulang gol --melengkapi Abraham dan Mount yang sukses jadi pemuda orbitan Lampard.