'Curhatan' Lucas Torreira yang Mulai Tak Kerasan

14 Juni 2019 7:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lucas Torreira dalam sesi latihan Arsenal. Foto: Reuters/John Sibley
zoom-in-whitePerbesar
Lucas Torreira dalam sesi latihan Arsenal. Foto: Reuters/John Sibley
ADVERTISEMENT
Sejak kepergian Patrick Vieira dan Gilberto Silva, tak ada lagi gelandang yang benar-benar mampu menyeimbangkan area sentral Arsenal. Denilson, Abou Diaby, Alex Song, Mathieu Flamini, serta Francis Coquelin tak sebagus pendahulunya.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya Arsenal menemukan Lucas Torreira musim lalu. Gelandang yang dibeli dari Sampdoria dengan banderol 26 juta poundsterling itu perlahan mampu menerangi kegelapan yang melanda lini tengah The Gunners.
Kemampuan untuk memutus serangan jadi nilai plus gelandang asal Uruguay tersebut. Lebih dari itu malah, karena Torreira tergolong aktif berkontribusi langsung dalam proses penciptaan gol.
Masing-masing sepasang gol dan assist sukses dicetak Torreira sepanjang Premier League 2018/19. Hebatnya lagi, dua gol yang dibuatnya tercipta di pertandingan penting. Satu gol diukirnya pada Derbi London kala melawan Tottenham Hotspur, sedangkan sisanya dicetak saat mengalahkan Huddersfield Town dengan skor tipis 1-0. Maka tak heran bila Unai Emery menurunkannya dalam 50 laga di lintas ajang musim lalu.
ADVERTISEMENT
Lucas Torreira, pahlawan baru Arsenal. Foto: Reuters/Matthew Childs
Namun, ada sendu di balik performa ciamik Torreira. Baru-baru ini ia membocorkan bila dirinya sebenarnya mengalami kesulitan beradaptasi. Pemain berusia 23 tahun itu mengutarakan bahwa tinggal Italia lebih menyenangkan ketimbang di Inggris, khususnya dalam hal bahasa.
“Saya tidak tahu apakah ada banyak hal yang saya sukai (di Inggris). Saya pikir Italia lebih baik. Inggris adalah dunia yang sama sekali berbeda, negara yang sangat besar," kata Torreira kepada Uruguayan outlet Ovacion.
"Bahasa (jadi penghalang) yang menghentikan saya untuk dapat berhubungan dengan rekan satu tim dan dengan orang-orang. Sangat sulit ketika Anda tidak bisa berdialog."
Tak bisa dimungkiri bahwa komunikasi adalah pilar penting untuk menunjang performa pemain. Itulah mengapa persamaan rumpun atau negara bisa mendatangkan rasa nyaman dan mempercepat proses adaptasi.
ADVERTISEMENT
Maret lalu, Neymar pernah meminta kepada Paris Saint-Germain agar tak melepaskan Dani Alves. Alasannya, ya, itu tadi, demi kenyamanan. Selain sama-sama berasal dari Brasil, kehadiran Alves dianggap penting dalam hierarki tim.
Neymar Junior dan Dani Alves merayakan gol ke gawang Rennes di final Coupe de France. Foto: Twitter: PSG
Berbanding terbalik dengan Neymar, Torreira adalah lone wolf di timnya. Ia adalah satu-satunya penggawa reguler Arsenal yang berasal dari Amerika Latin.
Sebenarnya 'Meriam London' masih memiliki David Ospina. Akan tetapi, penjaga gawang asal Kolombia itu menjalani masa peminjaman bersama Napoli. Sementara Emiliano Martinez yang berpaspor Argentina, tak lebih dari kiper serep yang cuma mengecap satu laga di musim lalu.
Menjadi makin rumit karena bukan cuma bahasa yang jadi kendalanya, melainkan juga cuaca. Berbeda dengan Italia, Inggris --khususnya London-- hanya mendapatkan sinar matahari rata-rata selama 1.573 jam per tahun atau 4,3 jam tiap hari.
ADVERTISEMENT
"Begitu pula dengan iklimnya. Anda keluar di pagi hari dan berawan; Anda datang terlambat ke rumah dan (masih) berawan," tambah Torreira.
"Agak aneh, karena kami terbiasa dengan sinar matahari. Tapi seiring berjalannya waktu, saya akan berusaha adaptasi."
Selebrasi gol Lucas Torreira. Foto: Reuters/Stringer
Torreira memang mengungkapkan misinya untuk menuntaskan problem penyesuaian bahasa dan iklim. Di sisi lain, ungkapannya itu bisa menjadi isyarat bahwa ia memang berniat untuk angkat kaki dari Emirates Stadium.
AC Milan jadi yang paling santer diisukan sebagai klub tujuan Torreira selanjutnya. Terlebih, Rossoneri dikabarkan bakal menggaet Marco Giampaolo --mantan pelatih Torreira di Sampdoria-- untuk menggantikan Gennaro Gattuso sebagai juru taktik mereka.