Exco PSSI Gentar Setelah Tahu Harga VAR Rp 7 Miliar

29 Mei 2019 20:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
VAR, masih menuai kontroversi. Foto: REUTERS/Carlos Barria
zoom-in-whitePerbesar
VAR, masih menuai kontroversi. Foto: REUTERS/Carlos Barria
ADVERTISEMENT
Wacana penggunaan Video Assistant Referee (VAR) di Liga 1 2019 menggaung sepekan belakangan. Hal itu tak lepas dari keputusan Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang meminta PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi untuk menyiapkan kajian anggaran dan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Cukup mengagetkan memang lantaran teknologi yang kali pertama diberlakukan di Piala Dunia 2018 lalu itu bisa muncul di sepak bola Tanah Air. Akan tetapi, putusan sudah diketok dan wacana ini bahkan mesti direalisasikan sesegera mungkin. Lantas, benarkah VAR sedarurat itu?
Anggota Exco PSSI, Yoyok Sukawi, mengatakan penggunaan VAR sudah lama didiskusikan di kalangan kepengurusan PSSI dan Exco. Pilihan itu dijatuhkan lantaran maraknya kontroversi terhadap wasit.
''Kami di Exco itu kalau rapat sudah membicarakan apa solusi terbaik supaya tidak terjadi banyak kontroversi wasit lagi. Di antaranya, ya, penggunaan VAR,'' ujar Yoyok ketika dihubungi, Rabu (29/5/2019).
Anggota Exco PSSI Yoyok Sukawi. Foto: Alan Kusuma/kumparan
''Pada akhirnya, VAR jadi salah satu faktor yang penting untuk menguranginya. Kami memberikan rekomendasi kepada operator untuk segera persiapkan penggunaan VAR,'' imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Harus diakui, dari dua pekan Liga 1 berjalan, sejumlah keputusan wasit menjadi sorotan. Termutakhir, saat Arema FC vs Persela Lamongan di Stadion Kanjuruhan pada Senin (25/5) lalu.
Ketika itu, wasit Dwi Susilo dinilai pelatih Persela, Aji Santoso, membuat putusan merugikan timnya. Salah satunya dengan tak mengganjar bek Arema, Hamka Hamzah, dengan kartu merah kendati sudah menekel Alex Goncalves dari belakang. Padahal, posisi Alex sudah berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang Arema.
''Cuma masalahnya, ternyata penggunaan VAR itu banyak faktor yang menyulitkan kami. Pertama, Indonesia itu klub di Liga 1 lokasi dari satu tempat ke tempat lain berjauhan. Nah, kalau VAR kami bebankan ke klub, itu 'kan masing-masing tuan rumah harus bersiap membeli perangkatnya. Setelah diketahui, harga perangkat VAR itu lebih dari Rp 7 miliar. Itu yang sesuai regulasi (standar) FIFA, ya,'' ucap Yoyok.
ADVERTISEMENT
Bicara angka perangkat VAR menyentuh Rp 7 miliar, Exco PSSI juga memahami bahwa jika dibebankan kepada klub, maka angka itu akan terbilang berat. Akan tetapi, jika dibebankan kepada PT LIB, pembiayaan itu juga terasa mustahil mengingat mereka juga masih berutang kepada klub dana distribusi dan hak siar pada dua musim belakangan ini.
Melihat situasi itu, Yoyok meminta keputusan terkait penggunaan VAR di Liga 1 untuk dikaji lebih dulu. Ia pun mengusulkan opsi lain jika VAR akhirnya tak mampu direalisasikan yakni dengan membekali wasit alat komunikasi.
''Kalau enggak bisa tahun ini dipersiapkan untuk segera, mungkin putaran kedua kompetisi atau tahun depan. Siapa tahu nanti ada sponsor masuk dan ngasih dana besar jadi bisa beli VAR. Jadi kendalanya itu karena enggak semua mampu beli VAR,'' kata Yoyok.
ADVERTISEMENT
''Kami sudah kepengin melontarkan wacana penggunaan alat komunikasi tapi ya bagaimana, masyarakat, pelaku sepak bola kita penginnya VAR. Sekarang VAR harganya sudah tahu, apa sanggup?" ucapnya.
''Ya, setidaknya sekarang arah sepak bola kita menuju penggunaan VAR sudah ada. Ketika ada permintaan dan kami di PSSI merekomendasikan, sudah kami laksanakan. Lalu ketika masalah baru muncul, tentu dicari solusi dulu,'' tutup Yoyok.
Untuk pengadaan VAR, setidaknya stadion harus memiliki ruangan khusus yang dilengkapi deretan monitor. Tak hanya itu, VAR juga membutuhkan puluhan kamera yang terpasang hampir di setiap sudut stadion.