Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Gian Piero Ventura di Balik Menjamurnya Pemuda di Timnas Italia
14 Juni 2017 16:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Hujan gol terjadi di Stadion Friuli pada 11 Juni lalu, saat Italia menghajar Liechtenstein lima gol tanpa balas. Tak ada yang spesial dari skor itu, toh Liechtenstein cuma nangkring di peringkat 186 dalam ranking FIFA. Selain itu negara terkecil keempat di dunia itu memang langganan bulan-bulanan di babak kualifikasi.
ADVERTISEMENT
Menariknya, dalam daftar starting line-up Italia terpampang nama-nama "asing" di tengah ingar bingar penggawa veteran macam Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, Daniele De Rossi, dan Giorgio Chiellini. Dua pemain, yakni Lorenzo Pellegrini dan Leonardo Spinazzola, dipercaya oleh pelatih Gian Piero Ventura untuk tampil. Bahkan, masih ada Gianluigi Donnarumma, Simone Scuffet, Roberto Gagliardini serta Simone Conti dalam bangku cadangan. Jika dirata-rata, mereka berusia 21,25 tahun. Perlu diketahui, rata-rata usia skuat Italia pada Euro 2016 adalah 29 tahun.
Italia sendiri tengah melakukan regenerasi skuat seperti Jerman, Portugal, Prancis, dan Belgia. Ketiga negara tersebut boleh dibilang punya masa depan cerah karena proses peremajaan pemain yang berjalan lancar. Jerman berada di jajaran terdepan setelah menerapkannya di pertengahan 2000 silam. Hasilnya, Piala Dunia 2014 pun sukses digenggam.
ADVERTISEMENT
[Baca Juga: Spirit Catenaccio dalam Darah Orang-orang Italia ]
[Baca Juga: Furbizia: Mencari Jalan Keluar ala Italia ]
Sedangkan Portugal baru menuai hasil pada Euro 2016 lalu setelah sukses keluar sebagai juara. Lalu, Prancis dan Belgia? Untuk satu posisi di starting XI, Prancis punya setidaknya tiga pemain yang kualitasnya nyaris sama. Belgia, di sisi lain, tinggal menunggu waktu saja untuk memetik buah dari usaha mereka.
Kembali lagi ke dalam program jangka panjang Italia. Sosok di balik keberhasilan Gli Azzurri dalam melakukan peremajaan skuatnya adalah Ventura. Pelatih kelahiran Genoa 69 tahun lalu itu memang tak sebeken Marcello Lippi, Fabio Capello serta Antonio Conte. Rekam jejaknya sebagai allenatore juga tak mentereng karena lebih dominan menangani klub-klub medioker. Lecce, Sampdoria, Udinese, Napoli dan terakhir Torino merupakan dereten kesebelasan yang pernah dipimpinnya.
ADVERTISEMENT
Tapi justru itu jalan hidupnya, karena dengan menangani klub-klub semenjana, mengembangkan bakat-bakat muda relatif lebih mudah daripada di kesebelasan-kesebelasan besar.
Di saat yang bersamaan, stok para pemain muda di Italia sedang melimpah. Kebijakan dari Atalanta, Sassuolo, dan Sampdoria dalam memanfaatkan kearifan lokal terbukti ampuh.
Klub yang disebut terkahir itu bahkan sukses merangsek ke posisi empat di klasemen akhir Serie A musim lalu. Momen tersebut kemudian dimanfaatkan dengan baik oleh Ventura. Bukan hal yang asing, karena dia memang lebih memprioritaskan masa depan dan mengesampingkan reputasi serta pengalaman.
Secara personal, Ventura adalah sosok yang eksentrik. Dirinya pernah menjawab bahwa libido adalah alasan utama mengapa memilih untuk mengarsiteki Torino dari 2011 hingga 2016.
ADVERTISEMENT
Dalam rentang waktu bersama Torino itu, Andrea Belotti jadi produk termutakhir yang dicetaknya. Namun, tak hanya pemain berjuluk Il Gallo itu saja yang jadi buah dari pekerjaannya di Turin. Beberapa pemain lainnya seperti Angelo Ogbonna, Matteo Darmian serta Ciro Immobile telah direkrut klub-klub besar lain.
Dan, well, jangan lupakan juga Marco Benassi, Davide Zappacosta, dan Daniele Baselli yang sampai saat ini masih menjadi bagian dari skuat. Dengan usia rata-rata 22 hingga 25, ketiganya masih mungkin berkembang dan menjadi pemain menjanjikan di masa depan.
Kalau menengok lebih jauh lagi, bek jempolan Juventus saat ini, Leonardo Bonucci, juga merupakan salah satu mantan pemainnya saat masih mengarsiteki Bari. Salah satu ball-playing defender terbaik di dunia itu mengatakan jika Ventura adalah pengganti yang cocok untuk meneruskan kinerja Conte.
ADVERTISEMENT
"Dia adalah seorang motivator ulung dan cukup baik untuk bekerja sama dengan pemain muda," ujar Bonucci kepada situs resmi UEFA.
Meski demikian, Ventura tak hanya sekadar berani mengandalkan pemain muda dalam skuatnya saja, tapi juga jeli dari segi taktik. Karena, jika sekadar mencetak pemain muda saja, itu hanya akan membuat dirinya tak lebih dari Arsene Wenger 2.0.
Salah satu bukti kejelian-kejeliannya tersemat di laga kontra Liechtenstein itu. Pada pertandingan itu dia memasukkan Eder, Federico Bernardeschi, dan Manolo Gabbiadini di babak kedua yang kemudian berhasil mencetak masing-masing satu gol ke gawang Liechtenstein.
Italia semestinya beruntung memiliki pelatih nyentrik yang amat menyukai pemain muda. Dengan pengalaman 41 tahun melatih berbagai klub —termasuk menjadi pelatih tim muda Sampdoria—, Ventura paham bagaimana caranya mengembangkan seorang pemain.
ADVERTISEMENT
Yah, andai Italia tak menjadi juara Piala Dunia tahun depan, bolehlah mereka berharap bisa memetik hasilnya pada turnamen-turnamen mayor berikutnya.