Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Gelar juara Piala Dunia Antarklub 2019 ibarat hadiah Natal yang datang lebih cepat kepada Liverpool .
ADVERTISEMENT
Kepastian itu didapat The Reds usai menutup partai puncak pada Minggu (21/12/2019) dengan kemenangan 1-0 atas Flamengo. Gol tunggal Roberto Firmino pada menit 99 mengantar Liverpool pada takhta juara.
Namun, gol Firmino di Stadion Internasional Khalifa ini tidak menjadi satu-satunya hal yang pantas dirayakan para suporter Liverpool. Tanpa Jordan Henderson dan Sadio Mane, bukan tak mungkin hadiah Natal itu melayang dari tangan Liverpool.
"Ini adalah pertandingan yang menarik. Saya benar-benar percaya duel ini menyenangkan buat ditonton. Kami tetap berjuang, mental kami tidak jatuh," jelas Henderson dalam wawancara usai laga kepada The Guardian .
Laga ini menunjukkan bahwa Flamengo bukan lawan yang mudah. Skuat besutan Jorge Jesus ini betul-betul tangguh. Buktinya, ya, gol tunggal yang baru bisa dibukukan pada extra time itu.
ADVERTISEMENT
Serangan balik yang dibangun dengan umpan-umpan direct yang menyasar sisi kanan dan kiri pertahanan Liverpool membuat Flamengo melawan dengan perkasa. Itu belum ditambah dengan kecerdasan mereka dalam meruntuhkan build up serangan Liverpool .
Juergen Klopp pantas bersyukur karena timnya diperkuat oleh Henderson dan Mane. Toh, proses gol semata wayang Firmino berawal dari serangan balik yang diinisiasi oleh Henderson.
Keputusan Henderson untuk meladeni perlawanan Flamengo dengan agresif memang diperlukan. Di sepanjang waktu normal, berulang kali Liverpool gagap saat merespons serangan Flamengo.
Alih-alih menekan balik, Liverpool malah didikte. Tak heran jika mereka tak mampu membuat satu gol pun.
Begitu berhasil merebut bola, Henderson melepaskan crossing jauh kepada Mane yang bersiaga di dekat kotak. Momen yang terjadi setelahnya menunjukkan bahwa Mane bukan pemain sembarangan.
ADVERTISEMENT
Meski berhasil menyambut bola kiriman Henderson, Mane sedang tidak ada dalam posisi menembak. Dibandingkan dengan sang kapten, Mane memang lebih dekat ke gawang. Situasinya begini: Akan menjadi pertaruhan yang kelewat sembrono jika Mane langsung melepas tembakan.
Dalam sepersekian detik, Mane mesti menunggu. Namun, Mane menyadari bahwa Firmino berlari di kanan belakangnya. Untunglah di titik itu Mane memutuskan untuk berhenti sejenak, bukannya berlari menggebu-gebu ke arah gawang.
Pemain asal Senegal itu memutar badannya dan seperti tanpa melihat lagi melepaskan umpan kepada Firmino yang entah bagaimana caranya bisa akurat. Barangkali itu adalah hasil kawin silang yang sempurna antara bakat, kematangan, insting, logika, dan chemistry.
"Seharusnya kami bisa mencetak gol lebih banyak lagi. Kami juga bertahan dengan sangat baik. Namun, pada akhirnya, kami gembira dengan penampilan ini," lanjut Henderson.
ADVERTISEMENT
Para pemain Liverpool rasanya pantas bergembira. Manuver Mane tadi memang berisiko. Namun, Mane membuktikan bahwa ia sanggup memikul risiko tersebut.
Hasilnya manis bagi suporter Liverpool. Firmino melesakkan tembakan yang tak mampu diantisipasi oleh kiper Flamengo, Diego Alves. Keunggulan 1-0 berhasil dirawat Liverpool hingga laga benar-benar tuntas.
Liverpool beria-ria merayakan gelar juara. Henderson mengangkat trofi tinggi-tinggi diiringi sorak-sorai kawan-kawannya. Firmino menyimpan rapi cerita tentang keberanian Mane menantang risiko di waktu genting.