Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Final Piala Dunia Antarklub 2019 menyediakan tantangan yang tak mudah bagi Liverpool . The Reds memang menutup laga di Stadion Internasional Khalifa, Minggu (22/12/2019), dengan gelar juara.
ADVERTISEMENT
Kemenangan 1-0 di partai puncak diraih Liverpool lewat gol Roberto Firmino di menit 99. Akan tetapi, Flamengo bukan lawan yang mudah. Pada menit keberapa gol itu lahir sudah cukup menjelaskan kalimat tadi.
Dalam 10 menit pertama Liverpool memang menggebrak dengan melesakkan tiga percobaan tembakan. Masalahnya, Firmino, Naby Keita, dan Trent Alexander-Arnold kompak melepaskan tembakan yang tak tepat sasaran.
Tembakan-tembakan tidak akurat ini tidak berdiri sendiri. Kedisiplinan pertahanan Flamengo menjadi penyebab mengapa Liverpool gagal melesakkan serangan tepat sasaran.
Situasi tersebut benar-benar cuma sementara. Sejak menit 15, justru tim besutan Jorge Jesus inilah yang tampil menggebrak.
Hingga menit 30, Flamengo berhasil membuat empat percobaan. Satu di antaranya, yakni tembakan Bruno Henrique, bahkan berhasil mengarah gawang walau tidak berakhir dengan gol.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya Liverpool tampil dengan formasi 4-3-3, sementara Flamengo bermain dengan formasi 4-2-3-1. Berbeda dengan biasanya, Liverpool tidak punya banyak kesempatan untuk melakukan pressing habis pada lawan. Kalaupun bisa, tekanan tersebut baru mereka berikan ketika bola sampai ke lini tengah.
Hasilnya terlihat dari catatan penguasaan bola. Per data Whoscored, Liverpool hanya memenangi 36,8% penguasaan bola. Cukup jarang, 'kan, melihat catatan Liverpool seperti ini?
Liverpool kesulitan lepas dari tekanan Flamengo. Para pemain bertahan Flamengo lihai dalam menutup ruang-ruang kreasi para pemain depan Liverpool. Akibatnya, pasukan Juergen Klopp urung membuat serangan yang benar-benar mengancam.
Flamengo juga berani meladeni permainan cepat Liverpool. Jika ada kesempatan, mereka tidak ragu menekan balik Liverpool lewat kombinasi Gabriel Barbosa, Giorgian de Arrascaeta, dan Henrique.
ADVERTISEMENT
Sudah tak bisa melepas serangan berarti, Liverpool malah direpotkan dengan kombinasi ketiganya. Bisa dipahami jika akhirnya Klopp mencak-mencak di pinggir lapangan.
Hingga babak pertama beres, tidak ada satu gol pun yang tercipta. Turun minum tanpa gol adalah perkara yang lumayan ganjil bagi Liverpool.
Apa boleh buat, kecerdasan taktik Jesus menjadi pangkal. Andrew Robertson yang biasanya andal dalam menyuplai bola dibuat tak berkutik. Jangan heran jika Sadio Mane tak mampu membuat satu percobaan pun.
Demikian pula dengan Mohamed Salah. Ruang gerak Alexander-Arnold benar-benar dipangkas sehingga mengalami situasi serupa dengan duet Robertson-Mane.
Selain itu, gelandang tengah Flamengo, Everton Ribeiro, benar-benar efektif menjadi algojo yang memutus build up serangan Liverpool.
Liverpool belum mampu menemukan sistem serangan yang cocok untuk mengandaskan Flamengo. Lawan mereka yang satu ini malah terampil dalam melancarkan serangan balik. Kecenderungannya, pemain Flamengo menyusun serangan balik via umpan jauh atau lambung sehingga memang lebih direct.
ADVERTISEMENT
Umpan tersebut diarahkan ke sisi kanan atau kiri pertahanan Liverpool yang memang kosong karena saat menyerang, dua full-back mereka ikut naik. Persoalannya tinggal penyelesaian akhir. Cara agar finishing Flamengo seakurat umpan-umpan jauh mereka, itulah yang mesti ditemukan solusinya.
Klopp bukannya tak merespons situasi ini. Pada menit 75, ia menarik Alex Oxlade-Chamberlain yang memang tidak tampil impresif dengan Adam Lallana. Namun, efeknya tidak instan.
Di sepanjang pertandingan ini, setidaknya sampai menit 80, ketiadaan Fabinho terasa betul. Seandainya turun arena, Fabinho bisa diandalkan untuk memutus serangan lawan dengan intersep serta mendistribusikan bola dengan efektif.
Polemik penalti atau tidak penalti muncul di injury time. Persoalannya, Mane terlihat terjatuh di dalam kotak penalti. Liverpool mengharapkan penalti karena yakin Mane dijatuhkan Rafinha di dalam kotak terlarang tersebut.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, wasit tak mau gegabah. Ia memutuskan untuk meninjau ulang kejadian tersebut dengan VAR. Usai mengamati fragmen tersebut frame by frame, wasit memutuskan tak ada penalti. Haha.
Kedudukan imbang 0-0 yang bertahan hingga injury time beres memaksa laga berlanjut ke babak tambahan.
Jordan Henderson. Klopp sudah sepantasnya bersyukur memiliki gelandang dan kapten sepertinya. Tanpanya, belum tentu Liverpool bisa mencetak gol di extra time.
Yep, akhirnya gol juga. Prosesnya diawali dengan serangan balik yang diinisiasi Henderson. Sadar tak mungkin melewati kawalan ketat pertahanan Flamengo, Henderson melesakkan umpan lambung jauh ke arah Mane yang sudah bersiaga di dekat kotak.
Mane langsung mendapat sergapan dua pemain Flamengo. Namun, manuver tersebut rasanya sudah diperkirakan sehingga Mane mampu menjauh dan memutar badannya untuk melepas bola kepada Firmino.
ADVERTISEMENT
Untuk melepaskan tembakan ke arah gawang juga tidak mulus. Pemain Flamengo cepat merespons dan mengepung. Firmino tak mau gagal lagi. Aksi dribelnya ditutup dengan tembakan mengarah gawang yang kali ini tidak bisa diamankan oleh Diego Alves yang bersiaga di depan gawang Flamengo.
Itu berarti, Liverpool unggul 1-0 pada menit 99. Firmino rasanya tak ambil pusing dengan kartu kuning yang didapatnya karena perayaan gol yang dinilai berlebihan. Yang penting, timnya unggul dulu.
Klopp memutuskan untuk menurunkan Divock Origi di paruh kedua babak tambahan. Kali ini yang diistirahatkannya adalah Firmino.
Gabriel menjadi ancaman serius bagi Liverpool di waktu-waktu ini. Dua tembakan tepat sasaran dibuatnya usai rehat extra time. Suporter Liverpool pantas bersyukur karena gawang mereka dikawal oleh Alisson Becker. Dua manuver tersebut kandas di hadapan penyelamatannya.
ADVERTISEMENT
Keputusan Klopp untuk memasukkan Origi tidak ada salahnya. Di pengujung laga, Origi berhasil meringankan tugas Becker dengan ikut membantu pertahanan. Ia melepas sapuan yang merusak serangan Diego.
Peluang emas justru didapat Flamengo di menit... 119. Semuanya berawal dari crossing Vitinho. Tadinya, manuver ini berhasil diblok oleh penggawa Liverpool.
Aksi defensif itu tak sempurna sehingga malah membuat bola kembali ke kaki Vitinho. Tak mau kehilangan momentum, Vitinho mengirim umpan kepada Lincoln, Sayangnya, tembakan Lincoln gagal berbuah gol karena bola melambung di atas mistar.
Tidak ada lagi gol yang tercipta. Liverpool menutup laga dengan gelar juara Piala Dunia Antarklub 2019.