Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Juventus vs Real Madrid: Taktik untuk Meredam Teknik
3 April 2018 13:12 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB

ADVERTISEMENT
Tak ada misi balas dendam yang diusung Juventus. Jelang laga perempat final Liga Champions menghadapi Real Madrid di Allianz Stadium, Rabu (4/4/2018) dini hari WIB, Massimiliano Allegri lebih memilih untuk melakukan introspeksi. Bagi Allegri, yang terpenting bukan motivasi untuk membalas dendam, melainkan pembelajaran yang didapat dari final musim lalu.
ADVERTISEMENT
Juventus berada di atas angin musim lalu. Mereka sampai ke final untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir dan dalam perjalanannya, Paulo Dybala cs. sukses menjinakkan Barcelona. Dalam dua leg, Juventus sukses mengungguli Blaugrana dengan agregat meyakinkan 3-0.
Di laga final pun Juventus tidak tampil buruk, setidaknya pada babak pertama. Meski tertinggal lebih dulu, mereka mampu menyamakan kedudukan lewat gol spektakuler Mario Mandzukic. Namun, bukan gol spektakuler itu yang layak dikedepankan, melainkan cara Juventus menyikapi ketertinggalannya tadi.
Setelah tertinggal, Juventus justru tambah berani menekan. Mereka tidak membiarkan para pemain Real Madrid mengembangkan permainan dan tak sedikit yang mengatakan bahwa sejatinya Juventus tampil lebih baik dari sang lawan di babak pertama.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, di babak kedua Juventus kolaps. Tiba-tiba saja, mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Real Madrid pun bisa dengan leluasa mengobrak-abrik pertahanan Juventus yang terkenal kokoh itu hingga akhirnya mencetak tiga gol tambahan.
Itulah yang tidak ingin diulangi oleh Allegri. Dalam konferensi persnya, mantan pelatih Cagliari itu sudah mengatakan bahwa dia telah belajar banyak dari laga final tersebut. Secara spesifik, Allegri menyebut bahwa (kekalahan) di Cardiff mendewasakan Juventus secara tim.
Menghadapi Real Madrid kali ini, skuat Juventus sudah berbeda. Tak ada lagi Dani Alves dan Leonardo Bonucci. Alex Sandro yang perannya demikian vital musim lalu juga telah teringkir dari tim utama. Kemudian, Juventus kini juga punya lebih banyak opsi di lini serang, terutama di sisi sayap, dengan keberadaan Douglas Costa serta Federico Bernardeschi.
ADVERTISEMENT
Pertanyaannya, apakah itu semua cukup untuk bisa meredam Real Madrid? Masalahnya, meski tidak memperkuat skuat secara signifikan, kekuatan Real Madrid juga tidak menurun drastis. Ya, pada awal-awal musim mereka memang sempat kesulitan, khususnya ketika Cristiano Ronaldo mengalami paceklik gol. Akan tetapi, di paruh kedua musim 2017/18 ini Real Madrid yang sebenarnya sudah kembali tampak.
Selama 2018, Real Madrid sudah menjalani 20 pertandingan. Di situ, mereka memang beberapa kali menemui sandungan, seperti kala ditekuk Leganes di Copa del Rey dan saat ditundukkan Espanyol di La Liga. Namun, secara umum catatan mereka sudah membaik. Sebelum dikalahkan Espanyol, mereka mencatatkan lima kemenangan beruntun dan sesudahnya juga begitu.
Di Liga Champions, Real Madrid juga berhasil menunjukkan kedewasaan mereka. Menghadapi Paris Saint-Germain (PSG), mereka menang dalam dua leg. 3-1 di leg pertama dan 2-1 di leg kedua. Neymar memang tidak bermain di dua laga tersebut, tetapi menundukkan PSG dua kali berturut-turut juga bukan urusan mudah, termasuk bagi Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, performa apik Real Madrid ini tak bisa dilepaskan dari kebangkitan Ronaldo. Dalam delapan pertandingan terakhir, pemain 33 tahun ini sukses mencetak 17 gol dan 2 assist. Tak heran kalau kiper Juventus, Gianluigi Buffon, begitu menakuti pemain ini. Selain tentunya karena di final tahun lalu Ronaldo dua kali membobol gawang Buffon.

Menghadapi Juventus, Ronaldo pun bakal berada dalam kondisi terbaik setelah diistirahatkan saat Real Madrid menggulung Las Palmas 3-0, akhir pekan lalu. Tak cuma Ronaldo, pemain-pemain macam Sergio Ramos dan Isco Alarcon juga sudah diistirahatkan dan diharapkan mampu berada dalam kondisi prima saat melawat ke Turin nanti.
Dari situ, bisa ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa Real Madrid bakal berada dalam kondisi nyaris 100%. Nyaris, karena mereka sudah dipastikan tidak bakal diperkuat Nacho Fernandez yang mengalami cedera otot. Akan tetapi, Nacho bukanlah salah satu pemain kunci Real Madrid walau perannya musim ini juga tak bisa dikesampingkan.
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, kemungkinan besar Real Madrid bakal turun dengan skuat yang nyaris serupa dengan skuat yang mengalahkan Juventus 4-1 musim lalu. Kalaupun ada yang berbeda, paling-paling hal itu hanya akan terjadi di satu posisi. Isco yang musim ini kesulitan memikat Zinedine Zidane bisa jadi dicadangkan untuk memberi tempat pada Gareth Bale yang mencetak dua gol ke gawang Las Palmas.
Menatap prospek yang kurang menguntungkan tersebut, Juventus punya segudang alasan untuk waspada. Namun, waspada bukan berarti takut dan boleh dibilang, modal Juventus untuk menghadapi laga ini pun cukup baik.
Sepanjang 2018, Juventus sama sekali belum tersentuh kekalahan. Bahkan, kalau mau dilacak lebih jauh lagi, terakhir kali 'Si Nyonya Tua' tersungkur adalah kala bertandang ke markas Sampdoria, pertengahan November 2017 lalu. Tak cuma itu, catatan defensif Juventus pun membaik. Sepanjang 2018 ini mereka baru kebobolan empat kali.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, perlu dijadikan catatan bahwa tiga dari empat gol Juventus itu mereka derita di ajang Liga Champions. Menghadapi Tottenham Hotspur, mereka harus bersusah payah untuk lolos dengan agregat 4-3. Namun, yang menarik di sini adalah, Tottenham Hotspur sendiri pada fase grup lalu berhasil mengalahkan Real Madrid dengan skor 3-1.

Keberhasilan Juventus menyingkirkan Tottenham dan kesuksesan Tottenham mengalahkan Real Madrid itu jelas tidak bisa dijadikan patokan. Hal itu tak serta merta membuat Juventus otomatis lebih kuat dari Real Madrid. Akan tetapi, dari situ bisa ditarik satu hipotesis, yaitu bahwa di Liga Champions, terutama di fase gugur, apa saja bisa terjadi.
Maka dari itu, kejelian Allegri sangat dibutuhkan di sini. Secara individual, skuat Juventus jelas tidak lebih baik ketimbang Real Madrid, tetapi lewat pendekatan dan taktik yang pas, Bianconeri bisa membuat Los Blancos menderita.
ADVERTISEMENT
Soal kejelian taktikal Allegri ini, contoh teranyarnya terjadi pada laga melawan Milan. Allegri memulai laga itu dengan memainkan pakem 3-5-2. Namun, dengan begitu mereka tidak mampu keluar dari tekanan Milan. Akhirnya, Allegri melakukan dua pergantian yang mengubah narasi laga. Douglas Costa dan Rodrigo Bentancur, dua pemain yang dimasukkan itu, sama-sama punya kontribusi pada terciptanya dua gol kemenangan Juventus atas Milan.
Di Liga Champions musim ini, Allegri sudah melakukan itu. Yakni, paga leg kedua menghadapi Tottenham. Di laga itu, pergantian pemain pulalah yang jadi kunci kemenangan Juventus, yaitu ketika Stephan Lichtsteiner masuk menggantikan Medhi Benatia. Lewat aksi kapten Tim Nasional Swiss itu, gol Gonzalo Higuain tercipta.
Kejelian Allegri dalam membaca jalannya laga ini bisa menjadi kunci Juventus untuk memenangi laga. Akan tetapi, Allegri juga bukannya tidak punya kekurangan. Seringkali, pendekatan pragmatisnya menjadi senjata makan tuan.
ADVERTISEMENT
Pragmatisme Allegri itu secara sederhana begini: Ketika Juventus unggul, mereka bakal diinstruksikan untuk turun ke dalam dan bertahan. Di laga melawan Milan, itulah yang terjadi dan itulah yang membuat Bonucci pada akhirnya bisa mencetak gol penyama kedudukan.

Menghadapi Real Madrid di fase gugur Liga Champions, pragmatisme itu hendaknya dilakukan dengan lebih berhati-hati. Pasalnya, daya gedor Real Madrid tentunya lebih hebat daripada milik Milan. Jika Juventus memutuskan untuk turun terlalu jauh ke dalam, hal itu justru bisa membawa petaka.
Sialnya, opsi Allegri di laga ini cukup terbatas. Bernardeschi dan Alex Sandro belum pulih dari cedera. Kemudian, Benatia dan Miralem Pjanic juga dipastikan bakal absen lantaran akumulasi kartu. Maka dari itu, menyeimbangkan kenaifan dan pragmatisme itulah yang harus jadi fokus utama Allegri dalam menyiapkan pendekatan bermain timnya.
ADVERTISEMENT
Absennya Pjanic jelas bakal jadi pukulan paling telak. Pemain asal Bosnia-Herzegovina inilah yang selama ini jadi penyuplai bola bagi La Vecchia Signora. Bentancur yang disiapkan jadi pengganti sampai saat ini belum bisa dikatakan mampu bermain di level tertinggi.
Oleh karena itu, opsi terbaik Juventus di laga ini adalah memaksimalkan sayap-sayap mereka, terutama Douglas Costa. Pemain asal Brasil itu, pada laga melawan Milan lalu, berhasil membukukan delapan dribel berhasil. Memang, menghadapi Dani Carvajal takkan sama dengan menghadapi Davide Calabria, tetapi dengan kemampuannya, pemain pinjaman dari Bayern Muenchen ini bisa jadi pembeda.
Pada akhirnya, Real Madrid masih menjadi tim yang lebih diunggulkan pada laga kali ini. Mereka punya pemain-pemain yang lebih bagus dan kondisi skuat secara umum juga lebih sehat.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, Juventus juga tak bisa dicoret begitu saja. Rekor kandang mereka di Liga Champions sangat baik dengan belum terkalahkan di 37 laga dan mereka punya pelatih sekelas Allegri yang profisiensi taktikalnya bisa jadi kunci meredam kelebihan teknikal pemain-pemain Real Madrid.