Kisah Ali Karimi, Eks Bayern Muenchen yang Dipecat karena Tak Berpuasa Ramadhan

6 Mei 2021 15:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ali Karimi, eks pemain Bayern Muenchen dan Timnas Iran. Foto: Behrouz Mehri/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ali Karimi, eks pemain Bayern Muenchen dan Timnas Iran. Foto: Behrouz Mehri/AFP
ADVERTISEMENT
Meski bukan pemain Iran pertama yang mencoba peruntungan di Bundesliga bersama Bayern Muenchen, Ali Karimi mungkin yang paling banyak diketahui publik. Ia sempat dipecat oleh klub yang dibelanya karena tidak berpuasa saat bulan ramadhan.
ADVERTISEMENT
Karier profesional Ali Karimi berlangsung hampir selama 20 tahun. Ia bermain di empat negara berbeda di berbagai klub. Sementara untuk level tim nasional, Ali Karimi mampu mencatatkan 38 gol dari 127 caps untuk Iran.
Catatan itu membuat Ali menjadi salah satu pesepak bola Iran yang paling tersohor. Ia lahir di Karaj, Iran, pada 8 November 1978. Ali Karimi pun menandatangani kontrak profesional pertamanya untuk klub divisi kedua Iran, Fath Tehran, dan menghabiskan dua tahun di sana.
Kemudian dari situ, Ali Karimi diboyong oleh Persepolis, salah satu tim papan atas di Iran. Setelah tiga tahun bersama Persepolis dengan catatan 11 gol dari 42 penampilan, Ali kemudian hijrah ke liga Uni Emirat Arab, Al Ahli.
ADVERTISEMENT
Tapi uniknya sebelum benar-benar bergabung ke Al Ahli, jalan Karimi untuk berkarier di Eropa hampir saja terbuka. Saat itu, Ali ikut Persepolis dalam gelaran pra musim di Eropa, klub asal Italia yakni Perugia sempat tertarik untuk meminang jasa Ali. Tapi Al Ahli datang lebih dulu, dan selama dua musim di sana, Ali punya andil besar dalam raihan Piala liga Uni Emirat Arab (UEA).
Ali Karimi, eks pemain Bayern Muenchen dan Timnas Iran. Foto: Kamal Moghrabi/AFP
Jalan Ali ke benua Eropa mulai terbuka kembali pada Oktober 2004, Iran menjadi tuan rumah bagi Jerman dalam pertandingan persahabatan internasional. Meski Iran takluk dua gol, Ali Karimi bermain bagus dan penampilannya tak luput dari perhatian pemandu bakat.
Tak lama dari itu, tahun berganti dan pada bulan Mei 2005, raksasa Bundesliga, Bayern Muenchen, mengumumkan penandatanganan Karimi. Ia jadi orang Iran ketiga yang bermain untuk Die Roten. Sebelumnya, sudah dua orang Iran lainnya yaitu Ali Daei dan Vahid Hashemian.
ADVERTISEMENT
Ali Karimi adalah seorang gelandang serang yang serba bisa, tak jarang dirinya kerap di plot sebagai penyerang. Posturnya yang tidak terlalu tinggi dan kekar tampak cocok dengan kemampuannya dalam menemukan ruang dan membaca situasi permainan.
Di pertandingan pertamanya menghadapi Bayer Leverkusen, Ali Karimi langsung menyihir jutaan penonton yang datang ke stadion. Ia berhasil membawa Bayern meraih kemenangan dengan skor 5-2.
Karimi berperan dalam terciptanya gol Roy Makaay. Sulit dipercaya ketika seorang pemain Asia bisa memainkan debutnya di Eropa dengan penampilan yang begitu memesona. Pujian tak henti diberikan kepada dirinya.
Karimi terus terlihat matang di Bayern enam bulan berikutnya. Namun, sebuah petaka datang ketika ia harus mengalami cedera pergelangan kaki ketika berhadapan dengan Hamburger SV. Hal tersebut seolah mengakhiri penampilan terbaiknya untuk musim pertama.
ADVERTISEMENT
Selama dua musim, Karimi bermain lebih dari empat puluh kali untuk Bayern. Meskipun dia hanya mencetak beberapa gol, kontribusi Karimi untuk De Bavaria tak perlu diragukan lagi.
Karimi mempersembahkan dua gelar juara, Bundesliga dan DFB Pokal di musim 2005/06. Namun, secara mengejutkan pada musim 2007, Ia malah memutuskan kembali berkarier di kancah sepak bola Asia dan bergabung ke Qatar Sports Club.
Lalu akibat perselisihan tentang kontraknya, Karimi kemudian balik ke negaranya dengan memperkuat Steel Azin. Kariernya di klub tersebut pun diwarnai kontroversi. Pada Agustus 2010, Ali Karimi dikabarkan dipecat oleh klub karena diduga melanggar aturan puasa Ramadhan.
Ali sempat membantah tuduhan tersebut. “Aku ini seorang muslim, aku tau dan aku masih percaya dengan norma-norma Agama,” dikutip dari France24.
ADVERTISEMENT
Namun Karimi melunak dan mau tak mau harus membayar denda. Setelah itu, ia dipekerjakan kembali tetapi hanya bertahan enam bulan.
Di sela-sela itu, Ali Karimi sempat kembali ke Liga Jerman dengan membela Schalke 04. Ia sebetulnya hanya menandatangani kontrak jangka pendek di Bundesliga. Namun, ia berhasil mempersembahkan gelar DFB Pokal untuk klub tersebut.
Dan lagi-lagi, musim-musim berikutnya, Karimi balik ke Iran, kali ini melepas rindu dengan klub yang membesarkan namanya yakni Persepolis. Ia berhasil membuat 50 penampilan dan mencetak hampir satu gol dalam 3 laga.
Ali Karimi kemudian juga pernah memperkuat Tractor Sazi. Ia pun pensiun pada musim panas 2014 setelah membantu klubnya merengkuh Piala liga Iran.
Kendati memiliki karier yang cukup hebat, Ali Karimi dikenang dengan ingatan yang kurang menyenangkan. Hal tersebut tentu beralasan. Ia dianggap sebagai sosok yang sarat kontroversi.
ADVERTISEMENT
Contohnya pada saat Ali Karimi masih aktif memperkuat Iran. Pada babak kualifikasi Piala Dunia 2010, Karimi yang ditunjuk sebagai kapten saat melawan Korea Selatan dengan sengaja menggunakan ban kapten berwarna hijau.
Dalam konteks Iran, tahun-tahun itu, hijau bagi publik Iran adalah simbol politik, yang itu artinya menunjukkan dukungan Karimi kepada tokoh oposisi Hossein Mousavi.
Hal itu membuat sebagian publik Iran membencinya. Karena penggunaan simbol politik adalah hal terlarang dalam aturan FIFA.
Ali Karimi bahkan sempat mendapat julukan ‘Maradona Asia’ karena sikapnya yang tak segan-segan memberikan kritik kepada federasi sepak bola Iran, IRIFFI. Akan tetapi, ia didepak dari skuad karena hal tersebut.
Ali Karimi menyebut tim nasional Iran adalah yang terlemah dalam kurun waktu 10 tahun belakangan. Tak sampai di situ, ia juga menuding, para pengurus federasi tak becus dan tak tahu tentang sepak bola.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian dari semua reputasi yang Karimi bangun, publik sepak bola dunia masih menyisakan ruang memori untuk mantan Pemain Terbaik Asia Tahun 2004 itu. Ali Karimi dianggap sebagai salah satu pesepak bola Asia terbaik pada masanya.
Ali Karimi pun pernah menjadi bagian penting ketika membawa Iran lolos dari babak kualifikasi Piala Dunia 2014. Suporter Iran sejatinya meminta pelatih Qarlos Queiroz saat itu untuk memasukkan nama Karimi ke dalam susunan pemain yang di bawa ke Brasil. Tapi sayangnya, dia harus tergeser oleh para pemain muda Iran.
Menurut catatan Transfermarkt, Ali Karimi telah mencetak 25 gol dan 20 assist dalam 128 pertandingan di level klub. Ia juga berhasil menorehkan 38 gol dari 126 caps.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini: